Homili, Hari Minggu, 25 Agustus 2024: Apakah Kamu Juga Mau Meninggalkan Aku

redaksi - Sabtu, 24 Agustus 2024 08:41
Homili, Hari Minggu, 25 Agustus 2024: Apakah Kamu Juga Mau Meninggalkan AkuPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

APAKAH KAMU JUGA MAU MENINGGALKAN AKU 
(Minggu Biasa XXIB:Yos 24:1-2a.15-17.18b; Ef 5:21-32; Yoh 6:60-69)

Bacaan-bacaan hari ini menampilkan dua pengalaman yang bertolak belakang. Bangsa Israel mendapat perlakuan istimewa dari Allah. Mereka dipilih Allah menjadi umat-Nya.  

Tetapi, banyak kali mereka ingkar janji dan tidak setia, lalu berpaling kepada allah-allah lain. Ada yang merasa kecewa karena harapan mereka tidak terpenuhi. Mereka alami banyak tantangan dan kesulitan, khususnya ketika melintasi padang gurun. 

Mereka alami kekurangan roti, daging, makanan yang sedap dan air. Mereka mesti alami  panas terik serta dingin dan kegelapan malam yang mencekam.  

Ketika mendiami tanah terjanji mereka ditantang oleh penduduk setempat maka mereka mesti terus-menerus berjuang keras, berkorban dan bahkan ada yang sampai mati. 

Tetapi. di  Sikhem, bangsa Israel membuat tekad dan  menetapkan sikap  untuk tetap setia pada Allah yang telah menunjukkan cinta besar kepada mereka.  

Allah menantang orang-orang Israel dengan pertanyaan, “Apakah mereka memilih Dia sebagai Allah mereka?” (Yos 24:15). Dengan tegas mereka menjawab, “Kami hanya mau mengabdi Tuhan, sebab Dialah Allah kami” (Yos 24:16). 

Di sini, Allah tidak mau memaksakan kehendak-Nya. Ia ingin bersekutu, mempunyai partner dan umat yang betul bebas, satu bangsa yang sungguh dengan sadar dan sukarela memilih Dia sebagai Allah. 

Bangsa Israel juga telah bertekad untuk hidup menurut kehendak Allah, sebab kehendak-Nya merupakan sumber hidup dan kebahagiaan.

Injil menampilkan dua sikap berbeda dari para pengikut Yesus ketika mendengarkan ajaran-Nya. Yesus memperkenalkan Diri sebagai Roti Hidup. Ia menegaskan bahwa barang siapa  makan Daging-Nya dan minum Darah-Nya akan memperoleh hidup yang kekal. 

Ajaran ini dianggap amat keras dan sulit diterima oleh banyak orang. Mereka tidak paham. Padahal Yesus sebetulnya berbicara tentang penyerahan Diri-Nya secara utuh sampai kematian-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan semua orang yang percaya. Banyak pengikut Yesus merasa kecewa, marah dan tinggalkan Yesus. 

Yesus menantang keduabelas rasul untuk menentukan sikap yang tepat. Yesus menanyakan komitmen mereka: apakah terus bertahan mengikuti Yesus atau mau mengundurkan diri juga? 

Mewakili teman-temannya, Petrus berkata, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Sabda-Mu adalah Sabda Hidup yang kekal”? (Yoh 6:69). 

Petrus mau mengungkapkan bahwa Yesus adalah satu-satunya jaminan kehidupan. Tanpa Dia, hanya ada kematian. Yesus adalah Cahaya Abadi, terpisah daripada-Nya, hanya ada kegelapan. Yesus adalah Kekuatan, tanpa Dia hanya ada kelemahan dan kerapuhan. Yesus adalah Cinta, tanpa Dia hanya ada kebencian dan permusuhan.

Bagaimana dengan kita saat ini. Tantangan iman yang dialami bangsa Israel dan para murid Yesus juga kita alami dalam hidup setiap hari. Kita alami pelbagai macam kesulitan hidup. Kita alami penderitaan, penyakit, kematian, dan kegagalan dalam banyak aspek hidup. 

Ada juga kemiskinan, kelaparan, dan kemelaratan. Ada kekecewaan dan ketidaksetiaan terhadap janji dan komitmen dalam hidup membiara. Ada juga perselingkuhan dalam hidup perkwinan. Ada kebencian, fitnah, iri hati dan kemarahan. 

Mungkin terkadang kita sulit memahami dan menerima ajaran Yesus Kristus dan ajaran Gereja. Mungkin kita merasa berat dengan banyak tuntutan Gereja: bayar iuran, dana Gesser, atau mesti ikut katekese baru boleh menikah atau anak  dipermandikan. 

Dan, macam-macam tuntutan lain sebagai wujud tanggung jawab dan keterlibatan kita untuk kehidupan Gereja kita.

Berhadapan dengan semua itu, mungkin kita kecewa dan marah, lalu pilih jalan lain. Tetapi, ada pula yang tinggalkan Yesus  Kristus, tidak mengikuti ajaran dan perintah-perintah-Nya  karena masa bodoh dan malas.   

Dalam situasi seperti ini Yesus bertanya kepada kita, “Apakah kamu tidak mau pergi juga”? Di sini iman dan kesetiaan kita diuji. Apa jawahan kita?  

Marilah berdoa agar  kita mampu meneladani para pendahulu iman kita. Bangsa Israel telah merasakan cinta Allah tak terbatas sehingga mereka tidak punya alasan untuk meninggalkan Allah yang esa.  Keduabelas rasul tetap setia pada Yesus, meskipun mereka tidak paham dan harus terus-menerus berjuang dan berkorban. 

Kita pun hendaknya tetap kuat dalam iman dan setia menjalani hidup kita dalam situasi apa pun, khususnya dalam situasi sulit. 

Kita juga berdoa bagi para imam dan biarawan/wati agar  setia dan bersemangat dalam pelayanan kasih. Kita berdoa bagi para pasangan suami-isteri agar kasih setia Kristus bagi umat-Nya menjadi model dan inspirasi  bagi kasih sayang mereka sebagai pasangan suami-isteri. 

Sebab ketidaksetiaan dan perselingkuhan bisa terjadi bila orang menyembah “allah” lain, yakni egoisme, keangkuhan dan kenikmatan diri. 
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita sekalian!!

Kewapante, Minggu 25 Agustus 2024.
   
 

RELATED NEWS