HOMILI, Hari MingguBiasa XXVIIIC: Tuhan, Tambahkanlah Iman Kami
redaksi - Sabtu, 04 Oktober 2025 21:05
TUHAN, TAMBAHKANLAH IMAN KAMI
(Minggu Biasa XXVIIC: Hab 1:2-3.2:2-4; 2Tim 1:6-8.13-14; Luk 17:5-10)
Ilustrasi
Seorang ibu pernah menjumpai pastor parokinya untuk menceritakan pengalaman dan uneg-unegnya. Ia berkata, “Bapak pastor, sekarang saya tidak mau ke gereja dan tidak mau berdoa lagi”.
Pastornya bertanya,”Mengapa demikian? Ibu adalah anggota Legio Maria. Ibu sangat aktif di KBG dan Lingkungan. Mengapa ibu tidak mau berdoa lagi?”
Ia menjawab,”Bapak pastor, Tuhan tidak pernah mendengarkan doa saya. Suami saya tetap saja sakit. Kedua orang tua saya sudah meninggal. Padahal saya selalu minta agar suami cepat sembuh, dan segala masalah yang kami hadapi segera teratasi”.
Di luar dugaan ibu itu, pastor paroki berkata, “Ibu tidak punya iman yang benar. Karena itu, ibu mesti berdoa minta iman yang benar. Mulai sekarang ibu berdoa, ‘Tuhan, tambahkanlah iman saya’.
Refleksi
Bacaan pertama menampilkan nabi Habakuk yang dalam kesedihan mendalam mengeluh kepada Tuhan katanya, “Tuhan, berapa lama lagi aku berseru tetapi tidak Kau dengar?”, (Hab 1:2).
Sang nabi sepertinya ragu-ragu dan tidak sungguh percaya bahwa Tuhan selalu mendengarkan doa-doanya karena dalam kenyataan raja Yoyakim yang lalim itu terus menindas bangsanya.
Tetapi, Allah menegaskan bahwa Ia sudah mempersiapkan hukuman bagi Yuda dan warga kota yang jahat. Sebaliknya, orang jujur dan lurus hati akan selamat dan hidup berkat imannya, (Hab 2:4).
Yesus dalam Injil hari ini menasihati para murid-Nya agar tetap dan terus percaya serta berharap kepada Tuhan sehingga bisa bertahan dalam segala cobaan.
Para murid juga diminta untuk tetap beriman teguh sehingga mereka sanggup mengusir roh jahat dan menyembuhkan orang-orang sakit.
Itulah sebabnya mereka berseru, “Tuhan, tambahkanlah iman kami”, (Luk 17:5). Para rasul mencari iman yang benar.
Lalu kita bertanya, apa itu iman? Iman bukan sekedar percaya kepada isi ajaran-ajaran Gereja dan menerima hal-hal tertentu sebagai benar. Sebaliknya, iman yang sejati adalah sikap pasrah dan berserah penuh kepada Allah.
Maka iman menjadi satu-satunya jalan, melaluinya kita memperoleh keselamatan. Orang beriman mempercayakan diri tanpa syarat kepada Allah serta berpegang teguh pada janji keselamatan Allah.
Dalam sejarah keselamatan, iman yang sejati kita lihat dalam diri Abraham yang berani tinggalkan kampung halamannya menuju tanah terjanji yang kaya susu dan madu. Abraham sudah punya tanah, rumah dan harta kekayaannya.
Tetapi, ia tingggalkan semua dan bawa seadanya hanya karena percaya kepada Allah dan berpegang teguh pada janjiNya.
Musa juga berpegang pada Firman Allah maka ia berani menghadap Firaun dan minta supaya bangsa Israel dibiarkan tinggalkan Mesir dan berangkat ke negeri yang dijanjikan Allah, Kanaan. Musa bukanlah siapa-siapa, tetapi karena iman yang kokoh kepada Allah dan FirmanNya maka ia sanggup membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir.
Maria tidak mengerti tetapi ia percaya kepada Allah dan FirmanNya yang disampaikan melalui malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dan melahirkan seorang Putera, yang hendaknya dia namakan Imanuel.
Karena itu, ia berkata, “sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanMu itu”, (Luk 1:38).
Sebagai pengikut Yesus kita belajar dari para rasul Yesus. Mereka tidak mencari kekayaan, pangkat atau kuasa. Mereka justeru berusaha mengenal Yesus dan kehendakNya.
Mereka mau mengikuti Yesus serta hidup sesuai dengan ajaran dan kehendak Yesus.
Karena itu, mereka berdoa minta iman, agar mereka tahu beriman dan berserah penuh kepada Allah dan kehendakNya.
Bagaimana dengan praktek doa kita? Iman dan doa ibu dalam ilustrasi di atas mungkin mewakili iman dan praktek doa kita sekarang. Ketika ada kebutuhan tertentu barulah kita berdoa. Kita berdoa saat sakit, atau menghadap ujian, ingin bepergian, dan lain-lain.
Dalam doa kita hanya minta Allah supaya bereskan masalah-masalah kita, atau supaya rencana-rencana berhasil, atau supaya anggota keluarga yang sakit bisa cepat sembuh, musim yang teratur dan hasil panen yang baik.
Dan, apabila masalah yang dihadapi tak kunjung selesai, artinya doa kita sepertinya tidak dikabulkan karena apa yang kita harapkan tidak bisa jadi kenyataan. Masalah tetap saja ada.
Akibatnya orang mulai protes dan bisa mogok berdoa. Ia tidak mau percaya lagi kepada Tuhan karena sepertinya Tuhan tidak mendengarkan doanya.
Tipe orang beriman demikian bisa menjadikan Allah seperti sapu dan kotak sampah. Allah hanya dibutuhkan pada saat ada kotoran. Allah hanya ada untuk melayani kebutuhan-kebutuhan kita.
Karena itu, kita butuhkan iman sejati dan praktek berdoa yang benar. Maka kita pantas berdoa bersama para rasul, “Tuhan, tambahkanlah iman kami”.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!
Kewapante, 05 Oktober 2025. ***