HOMILI, Minggu, 22 September 2024: Nasib Orang Benar dan Jujur

redaksi - Sabtu, 21 September 2024 13:37
HOMILI, Minggu, 22 September 2024: Nasib Orang Benar dan JujurPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

NASIB ORANG BENAR DAN JUJUR

(Minggu Biasa XXV B: Keb 2:12.17-20; Yak5:1-6; Mrk 9:38-43.45.47-48)

Sering kita lihat bahwa banyak orang jujur, baik dan benar alami cobaan, tantangan dan kesulitan-kesulitan besar dalam hidup sehari-hari. 

Mereka dibully, dibenci, digosip, bahkan dituduh macam-macam, termasuk tuduhan-tuduhan palsu. Sering mereka alami nasib malang, penolakan dan kematian.

Kitab kebijaksanaan melukiskan tentang nasib orang-orang benar dan jujur yang sering disebut anak-anak Allah. Mereka setia pada perintah-perintah Allah. 

Mereka berusaha menyenangkan Tuhan dan sesama melalui kata-kata, sikap dan tindakan sehari-hari.

Tetapi, orang-orang fasik atau jahat merasa tidak aman hidup bersama dengan orang baik dan jujur. 

Mereka merasa kebaikan dan kejujuran orang benar menjadi gangguan, ancaman dan gugatan. 

Orang fasik berkata, “Marilah kita menghadang orang yang baik, sebab bagi kita ia menjadi gangguan dan menentang pekerjaan kita”, (Keb 2:12). 

Sering orang jahat ingin perlakukan orang baik dan jujur secara tidak adil dan jahat hanya untuk buktikan apakah Tuhan akan membela dan melindungi mereka.

Ilustrasi: Injil Mrk 9:38-43.45.47-48 (Dumber: Istimewa)

Nasib serupa dialami oleh Yesus. Selama tiga tahun Yesus berkeliling sambil berbuat baik, menerima semua orang yang datang kepada-Nya, serta melayani secara khusus orang-orang miskin, kecil dan tersingkirkan. 

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa mendapat tempat istimewa di hati Yesus.

Berhadapan dengan semua yang baik itu, para pemimpin agama Yahudi, Tua-tua Israel, orang Farisi dan ahli Taurat justeru memberikan tanggapan yang sungguh negatif. 

Mereka selalu melawan Yesus. Mereka mencari alasan-alasan untuk mempersalahkan Yesus.

Fokus utama Yesus adalah keselamatan manusia. Maka ketika berhadapan dengan orang sakit Yesus tidak tunda-tunda layani. Dia segera menolong. 

Bisa terjadi bahwa Yesus menyembuhkan orang sakit dan mengusir roh jahat pada hari Sabat, yang tentu saja “melanggar” tata aturan hari Sabat. 

Kasus-kasus demikian mengusik hati orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka iri hati, cemburu dan membenci-Nya.

Puncak kebencian para pemimpin agama Yahudi yakni kematian pada salib. Yesus mesti disingkirkan dan  dijatuhi hukuman yang paling hina dengan tuduhan-tuduhan palsu.

Karena itu, Yesus membuka pikiran dan hati para murid untuk memahami misteri akhir hidup-Nya atau misteri salib. 

Yesus mau meyakinkan mereka bahwa hukuman salib bukanlah suatu penghinaan, melainkan merupakan saat kemuliaan-Nya. 

Sebab darah yang tertumpah di salib dan kematian-Nya akan menghapus dosa dan mengalahkan maut, serta kebangkitan-Nya menjadi awal hidup kekal.

Maka setiap orang yang percaya kepada Kristus dan setia menghayati imannya akan mengalami pelepasan dari dosa dan maut, dan pada akhir zaman, hidup kekal bersama Kristus.   

Tetapi, para murid justeru lebih repot dengan urusan dunia. Mereka bertengkar tentang siapa yang terbesar ketika Yesus, sang Guru, telah tiada. 

Mereka masih berpikir tentang kerajaan dunia yang menawarkan kemegahan dan kekuasaan. Maka mereka cenderung berjuang mencari dan mendapatkan kedudukan dan jabatan.

Yesus memanfaatkan peristiwa itu untuk mengajarkan mereka tentang makna menjadi murid Yesus. Bukan jabatan, kedudukan atau menjadi orang penting dalam kerajaan Allah.

Hal yang paling utama adalah kerelaan untuk menjadi kecil dan melayani semua. Yesus berkata, “Jika seseorang ingin menjadi yang pertama, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan menjadi pelayan dari semuanya”, (Mrk 9:35).

Apa pesan bacaan-bacaan hari ini bagi kita. 

Kita perlu ingat bahwa sejak awal mula Tuhan ciptakan manusia, bumi dan segala isinya dalam keadaan baik adanya. Semua makhluk hidup dalam kerukunan dan persaudaraan.

 Mereka saling menghargai satu sama lain. Itulah keindahan, ketenangan dan kedamaian hidup di taman Eden.

Tetapi, situasi mulai berubah drastis dan total setelah kejatuhan manusia pertama. Muncul kecurigaan dan hilang sikap saling percaya. Kebencian dan permusuhan terjadi di mana-mana, bahkan orang saling membunuh dan membinasakan.

Karena itu, kita perlu waspada dan berhati-hati. Kita juga perlu berjuang untuk bertahan dalam hidup yang baik, jujur dan benar. Kita akan hadapi banyak musuh dan penolakan. 

Sebab ada orang yang merasa tersinggung atau terganggu ketika kita omong tentang hal-hal yang mengganggu kebaikan bersama. Atau, kita angkat masalah ketidakberesan dalam hidup sehari-hari, dalam perkawinan dan keluarga, dan dalam masyarakat. 

Kita  mesti ingat akan nasehat St. Yakobus  berkaitan dengan ancaman dan bahaya iri hati, sikap ingat diri atau egoisme. Yakobus berkata, “Di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri, di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat”, (Yak 3:16). 

Kita juga mesti hati-hati terhadap orang-orang yang hanya banyak omong tapi buat sedikit. Sebab ada yang suka mengajar dan menasehati. Ada yang hanya mau cari jabatan, kedudukan dan gila hormat.

Maka kita mesti teguh bersandar pada Tuhan, sumber kekuatan, penghiburan dan kedamaian. Kita mesti tekun berdoa dan setia berbuat baik. 

Sebab musuh dan setan hanya bisa dikalahkan oleh Tuhan. Senjata utama kita adalah tekun berdoa dengan penuh iman, teguh menjadi orang jujur dan benar, serta tekun melakukan perbuatan-perbuatan baik atas dasar kasih!

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!

Kewapante, Minggu, 22 September 2024. ***

 

 

RELATED NEWS