HOMILI, P. Gregor Nule SVD, Minggu, 06 November 2022
redaksi - Sabtu, 05 November 2022 23:19INGATLAH AKAN KEHIDUPAN SETELAH KEBANGKITAN
(Minggu Biasa XXXIIC: 2Mak 7:1-2.9-14; 2Tes 2:16-3:5; Luk 20: 27-38)
Ilustrasi
SANTO Thomas Morus pernah menceritakan ilustrasi tentang ‘Company’ yang adalah salah seorang hakim dari tim ke-12 orang hakim yang harus menjatuhkan putusan dalam sistem pengadilan Inggeris.
Dalam menangani sebuah kasus ke-11 orang anggota tim hakim lainnya mau menjatuhkan putusan “bersalah” kepada terdakwa.
Tetapi hanya Company tidak setuju, karena menurutnya terdakwa tidak bersalah. Perlu diingat bahwa suatu putusan baru sah apabila ke-12 orang hakim sepakat.
Maka dengan menyindir pada arti namanya, anggota-anggota hakim lainnya membujuk Company agar menjadi sahabat yang baik dan mau sependapat dengan mereka dan menjatuhkan hukuman kepada terdakwa.
Tetapi, Company menjawab, ‘Apabila sesudah meninggal dunia kita berdiri di hadapan Allah dan kalian masuk Surga karena dalam pengambilan putusan ini, mengikuti suara hati kalian, tetapi aku harus masuk neraka karena aku bertindak melawan suara hatiku. Apakah kalian juga akan ikut bersama aku ke neraka sebagai bukti menjadi sahabatku yang baik?
Refleksi
Hampir setiap hari kita berhadapan dengan peristiwa kematian. Kita mendengar setiap saat sirene mobil ambulance yang membawa jenasah.
Kita juga menyaksikan pawai pengusung peti jenasah menuju tempat pemakaman diiringi dengan tangisan histeris para anggota keluarga. Selain itu, hampir setiap hari kita merayakan misa dan ibadah peringatan arwah.
Semua peristiwa di atas mengingatkan kita bahwa di satu pihak, kematian adalah bagian yang sangat dekat dan bahkan tak terpisahkan dari hidup kita. Dan di pihak lain, kita ditantang untuk merenungkan secara sungguh-sungguh kehidupan setelah kematian.
Apakah ada kehidupan setelah kematian? Dan bagaimana bentuk kehidupan yang ktia miliki setelah kebangkitan?
Bacaan-bacaan suci meyakinkan kita bahwa ada kehidupan sejati setelah kematian. Kematian bukanlah suatu kebinasaan, melainkan jembatan kepada hidup yang kekal bersama Allah. Sebab Allah yang kita imani bukannya Allah orang mati melainkan Allah orang hidup (Luk 20:38).
Kitab Kedua Makabe mengisahkan tentang keberanian ketujuh bersaudara Makabe bersama ibunya yang pantang menyerah melawan perintah raja Antiokhus Epifanes IV yang mewajibkan mereka untuk makan daging babi. Mereka melawan perintah raja yang bengis itu, kendatipun hidup mereka terancam.
Ketahanan mereka dalam menghadapi ancaman kematian membuktikan bahwa imanlah yang meyakinkan mereka tentang nilai hidup manusia.
Hanya Tuhanlah yang memiliki nilai utama dalam hidup manusia. Hanya Tuhanlah yang berkuasa atas hidup dan mati mereka. Karena itu, demi Allah dan harapan akan hidup baru setelah kematian, maka mereka berjuang sampai titik darah terakhir. Sebab bagi mereka, derita, sengsara dan kematian bukan merupakan hukuman melainkan tebusan (2Mak 7:18).
Injil hari ini berbicara tentang kebangkitan orang mati sebagaimana kita nyatakan dalam syahadat para rasul atau doa Aku Percaya. Orang-orang Saduki mempersoalkan pewartaan Yesus ini.
Itulah sebabnya mereka tampilkan contoh tujuh orang bersaudara yang menikahi seorang perempuan. Dan, pada saat kebangkitan siapakah yang akan menjadi suami perempuan itu.
Menanggapi keberatan orang-orang Saduki, Yesus berkata, “Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan”, (Luk 20:34-35).
Di sini, Yesus mau menegaskan bahwa hidup yang akan datang itu lain daripada hidup di dunia ini. Hidup itu juga bukan lanjutan dari hidup di dunia ini.
Sebab di sana tidak ada lagi urusan dengan kehidupan dunia ini,seperti perkawinan, soal makan-minum, soal kenikmatan dan kebutuhan dunia ini. Tidak ada lagi tangisan dan penderitaan.
Orang tidak akan mati lagi. Orang-orang yang telah layak menerima hidup kekal itu akan hidup sebagai anak-anak Allah dan sama seperti malaekat-malaekat.
Apa pesan bacaan-bacaan hari ini untuk kita?
Pertama, kita perlu sadar bahwa kehidupan setelah kebangkitan adalah kehidupan baru berbeda dengan kehidupan di dunia. Daya yang menggerakkan kedua jenis kehidupan ini pun berbeda. Hidup dunia ini dikendalikan oleh keinginan dan kebutuhan fisik – duniawi, sedangkan hidup yang akan datang dikendalikan oleh roh.
Kedua, sebagaimana ketujuh bersaudara Makabe dengan sang ibu dan Company dalam ilustrasi di atas, kita hendaknya berusaha mempertahankan iman kita di tengah tantangan dunia ini.
Kita harus punya hati seorang pahlawan seperti ketujuh bersaudara Makabe untuk membela kemurnian iman akan Allah. Kita juga mesti menjaga kemurnian hati, berjuang melawan ketidakadilan dan membela kebenaran, sebagaimana Company, di tengah kepalsuan dan kemunafikan.
Semoga dalam hidup sehari-hari kita berusaha memperhatikan kebutuhan jiwa dan roh kita. Kita tidak hanya memikirkan kenikmatan dunia ini lalu tenggelam di dalamnya.
Kita pun diminta untuk mengupayakan iman yang benar dan hidup agar kelak kita layak bergabung dengan para malaekat di surga. Semoga Allah menyertai dan memberkati kita. Amen.
Kewapante, Minggu, 06 November 2022. ***