HOMILI Pater Gregor Nule SVD: Allah Setia Memelihara Utusan-Nya
redaksi - Sabtu, 29 Januari 2022 21:29Minggu ke-4, Tahun II/C, 30 Januari 2022: Jer, 1, 4-5.17-19; 1Kor 12,31-13,15; Lukas 4:21-30.
YEREMIA dipanggil menjadi nabi bangsa Yehuda selama masa pembuangan di Babilonia pada akhir abad ke 6 dan awal abad ke 7 SM.
Ia harus berhadapan dengan kemelut dan kehancuran orang-orang Israel dalam segala aspek hidup. Muncul imam-imam dan nabi-nabi palsu yang meninabobohkan umat Israel dengan kata-kata manis dan optimisme yang dangkal hanya untuk meraih popularitas, simpati dan keuntungan pribadi.
Karena itu, Yeremia diutus Allah untuk menjalankan tugas kenabiannya dengan tegas dan keras, “untuk mencabut dan merobohkan, membinasakan dan meruntuhkan, membangun dan menanam”.
Akibat yang mesti diterima sang nabi adalah penolakan, penganiayaan, pengasingan dan kematian di negeri asing. Meski demikian, panggilan dan perutusan nabi Yeremia bukanlah suatu kegagalan belaka atau kesia-siaan.
Pewartaannya telah membangun kembali suatu kesadaran baru akan identitas orang-orang Yahudi sebagai bangsa pilihan Allah yang murtad dan sekaligus memotivasi mereka untuk berbalik kepada Yahweh, Tuhannya.
Yesus tampil di tengah kaum keluarga dan kerabatnya dengan pewartaan yang membangkitkan kekaguman di satu pihak, serta penolakan dan ancaman untuk mencelakanNya, di pihak lain.
Yesus berkata, “Hari ini genaplah nas yang baru saja kamu dengarkan”. Artinya, “hari ini tahun rahmat Tuhan telah tiba, pembebasan bagi kaum miskin dan tertindas menjadi kenyataan” seperti yang dinubuatkan Yesaya, dan kini memperoleh pemenuhannya.
Orang-orang sekampunNya bertanya-tanya: mungkinkah Yesus adalah Mesias yang dijanjikan? Tetapi, mengapa Ia tidak membebaskan bangsaNya dari penguasa asing, tetapi sepertinya Dia tenang-tenang saja di hadapan para penjajah itu.
Pertanyaan lain, mengapa Yesus berbicara tentang kasih karunia Allah yang justeru merangkul dan bahkan memihak bangsa-bangsa lain dan orang-orang asing seperti janda di Sarfat, di tanah Sidon yang mendapat perhatian istimewa dari nabi Elia, dan penyembuhan panglima Naaman, orang Siria, dari penyakit kustanya, oleh nabi Elisa.
Di sini, Yesus berbicara tentang Allah yang mengasihi semua orang, termasuk orang-orang bukan Yahudi dan orang-orang asing. Itulah sebabnya orang-orang Israel, yang keras kepala dan tegar hati itu, tidak bisa memahami pewartaan dan perutusan Yesus sebagai Mesias. Maka mereka marah besar, menghinaNya sebagai anak tukang kayu yang sederhana, lalu dengan keras pula menolakNya.
Bagi Yesus penggenapan tahun rahmat Tuhan berarti terwujudnya sukacita sejati yang ditunjukkan kepada semua bangsa dan siapa saja yang berkenan menerimanya.
Maka tahun rahmat Tuhan yang telah datang harus dimengerti sebagai terciptanya suasana hidup baru bagi umat manusia, yakni hidup dalam damai dan sukacita penuh; bebas dari segala bentuk ketertindasan, tekanan, frustrasi dan ketidakadilan.
Sebagaimana Yeremia kita pun dipanggil untuk terlibat secara aktif dalam tugas perutusan dan kenabian Yesus sekarang dan di sini. Bacaan-bacaan hari ini menawarkan kepada kita dua pesan untuk kita renungkan dan hayati dalam hidup sehari-hari.
Pertama, baik dalam PL maupun PB Allah tidak pernah menjanjikan sebuah misi perutusan yang gampang yang dihiasi dengan banyak keberhasilan dan keuntungan menurut ukuran dunia. Yeremia mengalami banyak kesulitan, tantangan, penolakan dan bahkan ia mesti dibuang ke Mesir dan di sana ia mati dan dikuburkan. Tetapi, ia tidak pernah kecewa, apalagi lalai dan mengkhianati misi perutusannya.
Yesus sangat berani dan tegas terutama ketika Dia harus berbicara tentang kebenaran, keadilan, nasib dan hak-hak orang kecil dan miskin yang diperdaya, karena Dia sungguh yakin bahwa apa yang dilakukanNya cocok dengan kehendak Bapa.
Bagi Yesus memperjuangkan kebenaran dan keadilan adalah lebih penting dari pada popularitas, keamanan dan kenyaman diri dan hidupNya. Dia tidak pernah takut dikucilkan dari dan oleh lingkungan dan orang-orangNya sendiri.
Sebagai pengikut Yesus, kita pun hendaknya berani memperjuangkan kebenaran dan keadilan, berani katakan benar jika benar, dan salah jika salah, kendatipun kita harus ditolak, tidak disenangi dan tidak menjadi sahabat banyak orang munafik. Ingatlah, setiap orang yang mau menjadi saksi Yesus, saksi kebenaran dan keadilan mesti siap dibenci, dicaci-maki dan ditolak.
Kedua, warta keselamatan Allah ditujukan kepada semua bangsa. Status bangsa pilihan tidak hanya dikenakan pada orang-orang Israel, melainkan kepada siapa saja yang percaya. Maka syarat untuk menjadi orang pilihan Allah adalah percaya atau beriman kepada Allah.
Di tengah dunia dan masyarakat yang mulai diobrak-abrik dan dikotak-dikotakkan oleh pelbagai kepentingan dan interes warta keselamatan dan cinta Allah yang merangkul semua harus mendapat perhatian khusus para pengikut Kristus.
Maka kita diminta untuk hidup baik dan benar bukan karena takut akan hukuman Allah, melainkan atas dorongan hati nurani yang telah dimurnikan oleh Roh Allah. Kita hidup bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk melayani sesama dengan kasih - agape, yakni kasih yang rela berbagi sebagai ungkapan syukur atas kasih Allah yang melimpah dalam hidup kita.
Kita menghayati cinta Allah yang menantang, menggugat, dan sekaligus membebaskan dan mengubah hati dan hidup kita.
Hari ini Yesus mengundang kita untuk hidup dalam “Tahun rahmat Tuhan”, mewujudkan hidup yang penuh kasih bagi siapa saja karena tujuan utama yang diperjuangkan Yesus adalah “agar setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal karena tahun rahmat Tuhan telah datang”. Amen.
*Kewapante, Minggu, 30 Januari 2022.