HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, Minggu IV Adven B, Minggu 24 Desember 2024

redaksi - Minggu, 24 Desember 2023 08:43
HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, Minggu IV Adven B, Minggu 24 Desember 2024Pater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

BELAJAR DARI ALLAH YANG SELALU SETIA PADA JANJINYA

 (Minggu IV Adven B: 2Sam 7:1-5.8b-12.14a,16;Rom 16:25-27; Luk 1:26-38)

SETELAH kejatuhan manusia pertama di taman Eden Allah berjanji bahwa Allah tetap berpihak pada manusia dan melindungi manusia. Maka keturunan yang lahir dari perempuan akan meremukkan kepala ular serta mengalahkan setan, kejahatan, dosa dan maut.

Kitab Samuel melukiskan tentang  raja Daud yang ingin membangun rumah atau bait untuk menempatkan Tabut Perjanjian sebagai bukti dan tanda kehadiran Allah di tengah bangsa Israel. 

Ternyata Allah bertekad membangun rumah atau memberikan turunan untuk Israel. Allah menjadi Bapa, dan orang-orang Israel menjadi umat pilihan. Allah membangkitkan  dan menegakkan Kerajaan Daud.

Injil Lukas melukiskan tentang Allah yang  memenuhi janji-Nya itu dengan memilih Maria, seorang gadis sederhana dari Nazaret, menjadi ibunda Yesus. 

Dan, tanggapan Maria terhadap khabar Malaekat Gabriel, “Terjadilah padaku menurut perkataanmu”,  menjadi awal terjadinya suatu peristiwa luar biasa, yang belum pernah terjadi dan tak akan terulang kembali, yaitu Putera Allah menjadi Manusia di dalam rahim Bunda Maria. 

Inilah berita gembira yang mendatangkan sukacita besar bagi semua orang yang sedang menantikan pembebasan.

Kelahiran Yesus di dunia sebagai Almasih dan Imanuel menjadi bukti kesetiaan Allah untuk memenuhi janjiNya. Manusia tidak pernah dibiarkan menderita dan terlantar. 

Dan, sikap cepat lupa dan mudah ingkar janji bangsa Israel tidak pernah melunturkan kekuatan cinta dan belaskasihan Allah untuk menyelamatkan manusia. Inilah bukti nyata bahwa Allah selalu setia pada janji-Nya.

Tetapi, sejarah perjalanan umat Israel yang selalu diliputi oleh ketidaksetiaan dan kejatuhan manusia menunjukkan bahwa cinta Allah berada di atas segala-galanya. 

Sebab manusia cenderung menjauhkan diri dari Allah dan hidup menurut keinginan sendiri laksana domba yang sesat dan hilang. Namun, melalui pelbagai cara Allah mencari dan memanggil mereka kembali  untuk hidup dalam persatuan dengan Allah. 

Allah tetap setia hadir dan mengulurkan tangan kepada mereka serta menawarkan pertobatan sebagai jalan kembali kepada Allah. Allah tidak pernah menghukum apalagi membinasakan umat-Nya. 

Bagi Allah, manusia dan keselamatannya menjadi prioritas utama  dalam seluruh rencana dan karyaNya. Sebab semua manusia, tanpa kecuali, sungguh berharga di mata Allah.

Sebagai umat beriman, kita pun senantiasa dipanggil untuk hidup sebagai anak-anak Allah dan anggota Gereja. 

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering buat janji, bahkan lebih dari pada itu, kita buat sumpah sesuai dengan panggilan dan  komitmen kita. Maka kita mesti setia menghayati janji-janji kita.

Umumnya janji atau sumpah itu dibuat di hadapan seseorang dan demi Allah, artinya, Allah menjadi saksi sumpah itu. 

Sering kita berkata, “Demi Allah saya berjanji akan taati itu”. Atau,”Demi Allah saya bersumpah, saya tidak pernah lakukan itu”. Atau “saya tidak pernah katakan itu”.

Tetapi, tidak jarang terjadi bahwa apa yang kita ucapkan tidak kita wujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita berkata lain, lalu  buat lain.  Kita janji lain, lalu kita hidup lain, hidup tidak sesuai dengan janji itu.

Mungkin lagu “Tinggi Gunung Seribu Janji” dari Bob Tutupoly sungguh tepat melukiskan kehidupan kita. Saya kutip sepenggal syair,”Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata. Tinggi gunung Seribu Janji…lain di bibir, lain di hati….”, dst. 

Karena itu, menjalani masa adven berarti kita mau teguhkan kembali harapan dan iman kita kepada Allah. Kita memang punya alasan untuk tetap berharap karena Allah selalu setia pada janjiNya. 

Kita belajar untuk terus-menerus setia dalam menjalankan panggilan dan komitmen kita sebagai pengikut Kristus. 

Orang yang setia mesti tulus dan jujur dalam sikap, kata dan perbuatan. Orang yang setia juga mesti bersikap tegas dan konsekuen.

Orang yang setia mesti taat mengikuti pedoman hidup yang ditetapkan Yesus, “Jika ya hendaklah kamu  katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat”, (Mat 5:37).

Semoga Tuhan Yesus yang kita nantikan kedatangan-Nya dan senantiasa beserta kita memberkati kita selalu. Amen. 

Kewapante, Minggu, 24 Desember 2023

P. Gregorius Nule, SVD. ***

 

RELATED NEWS