HOMILI, Pater Gregor Nule, SVD, Minggu, Pekan Prapaskah V, 26 Maret 2023

redaksi - Minggu, 26 Maret 2023 09:32
HOMILI, Pater Gregor Nule, SVD, Minggu, Pekan Prapaskah V, 26 Maret 2023Pater Gregor Nule, SVD, Pastor Paroki Ratu Rosari, Kewapante, Keuskupan Maumere. (sumber: Dokpri)

IMAN, JAMINAN HIDUP TANPA AKHIR

(Minggu Prapaskah VA: Yeh 37:12-14; Rom 8:8-11; Yoh 11:1-45)       

Satu hal yang sungguh menarik perhatian kita hari ini yakni bahwa bacaan-bacaan suci menampilkan secara menyolok realitas kematian. 

Kematian  diulang sebanyak 20 kali, dengan ungkapan yang berbeda-beda, seperti kubur, tidak hidup, mati, dan tertidur. 

Karena itu, pada kesempatan istimewa ini saya ajak kita semua untuk diam sejenak merenungkan kematian sebagai rahasia mahabesar dalam hidup ini. 

Kematian itu adalah sesuatu yang pasti bagi semua makhluk hidup. Kita semua pasti akan mati. Tetapi, kapan dan bagaimana saat kematian itu akan tiba, tidak seorang pun tahu.

Ada yang meninggal secara tragis lantaran kecelakaan, atau meninggal akibat perang atau konflik antar kelompok, atau bencana alam.  

Ada juga yang meninggal karena proses alamiah biasa, seperti ketuaan, sakit yang berkepanjangan, dll. 

Kematian terkadang datang tiba-tiba dan tidak berkompromi, atau tanya pendapat kita, mau atau tidak. Kematian juga sepertinya  tidak pusing perduli dengan perasaan dan nasib keluarga atau orang-orang yang ditinggalkan.

Mungkin karena alasan itu maka banyak  orang cenderung mengabaikannya. Atau tiidak mau berpikit dan omong tentang kematian. Orang justeru lebih fokus   dengan kesuksesan-kesuksesan, hidup yang baik, sejahtera dan menyenangkan.

Berhadapan dengan kenyataan ini kita sering betanya: mengapa demikian? Mengapa Allah membiarkan kita hidup untuk sementara waktu, dan selanjutnya Dia mengambil kita lagi? Apakah Allah ingin mempermainkan nasib manusia?

Bacaan-bacaan hari ini mengajak kita untuk menyadari bahwa Allah yang kita imani  adalah Allah yang hidup dan Allah bagi orang-orang hidup. Allah adalah penguasa kehidupan, dan setiap orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh kehidupan tanpa akhir.

Nabi Yehezkiel melukiskan tentang pengalaman bangsa Israel di tengah derita pahit diasingkan di tanah pembuangan Babel. Hidup mereka penuh penderitaan dan ketidakpastian, laksana tulang-tulang dalam kubur. 

Semua ini terjadi sebagai akibat dosa dan ketidaksetiaan. Bangsa Israel meninggalkan Allah, lakukan banyak kejahatan dan tidak setia pada janji mereka.

Tetapi, Allah berjanji akan memulihkan nasib umat-Nya. Saatnya akan tiba dan Roh Allah akan menghidupkan kembali tulang-tulang itu. 

Kubur-kubur akan dibuka, dan Istael akan bangkit, keluar dari kubur dan kembali ke tanah airnya. Mereka akan selamat, asalkan mau bertobat, berbalik dari dosa-kejahatan, dan percaya kepada Allah. 

Sebab hanya Allah yang berkuasa membangunkan kembali yang runtuh dan membebaskan manusia dari kuasa dosa, kegelapan dan maut.

Ilustrasi: Peristiwa pembangikatan Lasuras dari kematian. (sumber: My Catholic Life).

Peristiwa pembangkitan Lazarus dari kematian mewartakan kebenaran yang sama. Yesus sepertinya dengan sengaja menunda kedatanganNya ke rumah Lazarus ketika tahu bahwa Lazarus, sahabat-Nya, sedang sakit parah.

Yesus berkata, “Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab melalui penyakit itu Putera Allah akan dimuliakan”, (Yoh 11:4).  

Yesus menghendaki penderitaan dan kematian Lazarus menjadi kesempatan Allah dimuliakan dalam Putera-Nya. Dengan demikian, suatu misteri iman dibuka. 

Para murid dan orang-orang yang menyertai Maria dan Marta mulai percaya bahwa  Yesus mempunyai kuasa yang menjamin hidup tanpa akhir. 

Itulah sebabnya Yesus bersabda, “Akulah kebangkitan dan hidup. Siapa saja yang percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya”, (Yoh 11:25-26).

Seandanya Yesus datang pada saat Lazarus sakit dan menyembuhkannya, maka Yesus hanya akan dikenal dan diakui sebagai seorang tabib, yang mampu menyembuhkan orang sakit. 

Tetapi, Yesus punya kuasa melebihi seorang tabib. Ia adalah penguasa kehidupan. Ia punya kuasa membangkitkan orang mati dan memberi hidup sejati dan kekal kepada orang-orang yang percaya.

Sebagai umat beriman dan pengikut Kristus,, kita perlu sadar bahwa kita dilahirkan untuk mati, dan setiap saat kita bisa saja mengalami kematian. 

Kita alami kematian iman sebagai akibat dosa, kejahatan dan ketidaktaatan pada perintah-perintah Allah. Kita ikut rencana dan keinginan sendiri.

Kita juga alami kematian sosial. Kita alami mati rasa. Kita tidak perrduli dengan nasib dan perasaan orang-orang di sekitar kita. Kita ingat diri. Kita sombong dan serakah. Tanpa Kristus kita akan tetap mati.

Karena itu, selama masa prapskah ini kita diajak untuk bermati raga, belajar melatih diri untuk berpuasa dan pantang, serta meningkatkan hidup doa dan perhatian kepada orang lain yang menderita.

Kita juga diajak untuk sadari segala sesuatu yang menjerumuskan kita kepada kematian, dan berusaha agar sedikit demi sedikit mematikan egoisme, kesombongan, keserakahan dan dosa dalam diri dan hidup kita. 

Kita berusaha keluar dari kubur-kubur yang membuat menderita dan tak berdaya. Sebab hanya dengan mati, kita akan memperoleh hidup yang melimpah.

Semoga Tuhan Yesus memberkati kita. Amen.

Kewapante, Minggu, 26 Maret 2023

P. Gregorius Nule, SVD  ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS