HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, Minggu XXXIII A, 19 November 2023
redaksi - Sabtu, 18 November 2023 07:52KETEKUNAN, JALAN KEPADA KEBAHAGIAAN SEJATI
(Minggu XXXIII A: Ams 31:10-1319-20,30-31,1Tes 5:1-6; Mt 25:14-30)
ORANG yang tekun dan ulet selalu berusaha memperjuangkan cita-cita dan tujuan yang diimpikan. Dan apa yang diperjuangkannya pasti mendatangkan hasil. Kitab Amsal mumuji perempuan atau istri yang cakap.
Istri yang cakap adalah dia yang tekun dan setia menjalankan peran dan tugas sebagai nyonya rumah. Ia tampil sebagai istri bagi suaminya, dan ibu bagi anak-anaknya. Ia giat melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Ia dapat melakukan banyak hal untuk kebaikan keluarganya dan orang lain.
Suami, anak-anak dan keluarganya percaya kepadanya. Maka istri yang cakap lebih berharga daripada emas dan permata, serta tidak sebanding nilainya dengan harta apa pun di dunia.
Keunggulan seorang istri yang cakap tidak terletak pada kecantikan wajahnya dan kemolekan tubuhnya, melainkan sikapnya yang tulus dalam melayani sesama dan orang lain, serta sikap pasrah penuh iman kepada Allah dan kehendakNya.
Ia takut akan Tuhan dan takwa kepada Allah. Sebab orang yang takut akan Tuhan dan menaruh hormat kepada orang lain selalu berusaha menjauhi kejahatan dan melakukan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan kehendak Allah.
Injil hari ini mewartakan tentang panggilan Allah kepada setiap orang untuk mengambil bagian dalam kemuliaan Kerajaan Surga. Tetapi, panggilan itu menuntut usaha atau kerja keras, ketekunan dan pengorbanan.
Ketekunan dalam perjuangan untuk mendapatkan hidup ilahi dalam Kerajaan Surga diibaratkan dengan hamba-hamba yang menerima kepercayaan untuk mengelola talenta tuannya yang sedang bepergian ke luar negeri.
Jumlah talenta sangat bervariasi sesuai dengan kemampuan setiap hamba. Ada yang menerima lima, ada yang dua dan ada yang satu talenta.
Hamba-hamba yang menerima lima dan dua talenta mengembangkan uang tuannya dan menghasilkan keuntungan 100 persen. Kedua hamba ini dipuji tuannya serta mendapat kepercayaan lebih besar dan kehormatan untuk ikut serta dalam kebahagiaan sang tuan.
Sedangkan hamba yang menerima satu talenta tidak buat apa-apa dengan uang tuannya. Ia hanya coba mengamankannya sehingga tidak hilang.
Inilah tipe manusia yang masa bodoh dan malas. Ia tidak mendapat keuntungan apa pun, dan bahkan ia dihukum tuannya. Apa yang menjadi pesan bacaan-bacaan suci hari ini untuk kita?
Pertama, Allah telah memberikan kepada setiap manusia akal budi, hati nurani, kehendak bebas, kesempatan, kekuatan dan kemampuan-kemampuan lainnya dalam jumlah dan bobot yang berbeda-beda, entah lima, dua atau satu.
Kita juga diberi kepercayaan dan sekaligus tanggungjawab untuk mengembangkan semua pemberian Tuhan sehingga menghasilkan buah-buah kebaikan dalam hidup sehari-hari.
Buah-buah itu hendaknya kita tunjukkan lewat tindakan mengabdi kepada Tuhan dan melayani sesama, sesuai dengan bakat, kemampuan, peran dan profesi masing-masing.
Orang yang telah menerima banyak dituntut untuk memberi lebih banyak pula, sedangkan orang yang menerima sedikit diminta untuk memberi dalam ukuran dan bobot yang setimpal.
oLEH Karena itu, yang terpenting adalah melakukan dan memberikan sesuatu untuk kemuliaan Allah dan kesejahteraan sesama atau kebaikan dunia, sebagai bukti usaha melipatgandakan pemberian Tuhan itu.
Kedua, perumpamaan hari ini juga mengingatkan kita bahwa menjalankan tugas dengan baik dan penuh tanggungjawab merupakan kewajiban kita. Kedua hamba yang telah melaksanakan tugas dengan baik bukannya disuruh untuk istirahat dan bersenang-senang, tetapi sebaliknya kepada mereka diberikan tanggungjawab dan kepercayaan yang lebih besar lagi. Artinya, mereka mesti terus bekerja lebih giat lagi untuk melayani lebih banyak orang.
Kita sudah terima banyak dari Tuhan. Apa yang sudah kita lakukan demi kebaikan dan kepentingan banyak orang sebagai balasan dan ucapan terima kasih kita kepada Tuhan.
Hidup kita mesti berarti bukan hanya untuk diri sendiri dan keluarga, melainkan untuk banyak orang.
Sebaliknya, setiap orang yang tidak mau bekerja dan melibatkan diri dalam karya pelayanan kepada sesama manusia dan pengabdian kepada Allah adalah orang malas, masa bodoh, tidak bertanggungjawab dan tidak tahu berterima kasih.
Ia akan diminta pertanggungjawaban, dihukum dan tidak akan memperoleh bagian dalam sukacita Kerajaan Surga.
Ketiga, dengan menampilkan sosok “istri yang cakap”, Kitab Amsal menantang kita untuk berani bertanggungjawab terhadap hidup dan tugas kita masing-masing.
Kita diajak untuk memaknai serta memanfaatkan hidup dan karya kita sehari-hari sehingga mendatangkan kebahagiaan bagi diri sendiri, kesejahteraan bagi keluarga dan orang lain, serta demi kemuliaan Allah.
Selain itu, sosok “istri yang cakap” juga mengajarkan nilai pengorbanan kepada kita. Istri yang cakap tidak memikirkan kesenangan diri dan tidak pernah berambisi untuk mendapatkan pujian atau sanjungan, pengakuan atau apresiasi ketika melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan baik.
Ia pun tidak memaksa orang lain untuk membantunya, apalagi mengambilalih apa yang menjadi tugasnya. Dalam diam ia bekerja, dan dalam kasih ia rela berkorban.
Oleh arena itu, hendaknya kita belajar meneladani ketekunan, perjuangan dan pengorbanan kedua hamba dan sang“istri yang cakap”, dalam hidup dan karya kita sehari-hari.
Semoga Tuhan memberkati segala niat baik dan usaha kita. Amen.
Kewapante, 19 November 2023
P. Gregorius Nule, SVD. ***