HOMILI, Pater Gregor Nule SVD pada Minggu, 23 Maret 2024
redaksi - Sabtu, 22 Maret 2025 17:06

PERTOBATAN ADALAH JALAN KEPADA KESELAMATAN
(Minggu III Prapaskah C: Kel 3:1-8a.13-15; 1Kor 10:1-6.10-12; Luk 13:1-9)
Bacaan-bacaan hari ini mengingatkan kita akan Allah yang menghendaki agar manusia baik dan selamat. Allah tidak menginginkan pnderitaan, kematian, apalagi kebinasaan manusia.
Kitab Keluaran melukiskan tentang pengalaman bangsa Israel yang hidup di bawah perbudakan Mesir. Mereka sungguh menderita. Mereka mesti menjalankan kerja paksa. Hak-hak mereka diinjak-injak. Dan, banyak dari mereka mati karena disiksa dan dibunuh.
Dalam situasi demikian mereka mengeluh kepada Tuhan. Dan Tuhan mendengarkan keluh-kesah mereka. Tuhan sungguh peduli dan terlibat dalam hidup dan perjuangan orang-orang Isarel.
Tuhan bersabda,”Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka meminta dibebaskan dari penindas-penindas mereka, Aku mengetahui penderitaan mereka”, (Kel 3:7)
Karena itu, Tuhan memilih Musa dan mengutusnya untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan bangsa Mesir, serta membawa mereka ke tanah terjanji, tanah yang kaya akan susu dan madu.
Santo Paulus melukiskan tentang sikap bangsa Israel yang suka membangkanng. Mereka telah mengalami banyak kebaikan Allah: dibebaskan dari perbudakan Mesir, menyediakan tiang awan yang melindungi mereka di siang hari dan memberi terang di malam hari.
Allah memberikan mereka manna, roti dari surga, dan air segar dari wadas ketika mereka kehabisan makanan dan air di padang gurun.
Tetapi, tanggapan bangsa Israel justeru di luar dugaan. Mereka membangkang, bersunggut-sunggut serta tidak taati Allah dan perintah-perintah-Nya.
Lebih daripada itu, mereka meninggalkan Allah serta membangun relasi dan kesetiaan baru kepada dewa-dewi kafir. Akibatnya, banyak dari mereka binasa di padang gurun (bdk 1Kor 10).
Injil Lukas berbicara tentang pentingnya pertobatan sebagai syarat untuk selamat.
Ketika orang datang kepada Yesus dan menyampaikan tentang beberapa orang Galilea yang dibunuh Pilatus dan darahnya dicampurkan dengan darah korban persembahan, Yesus menantang para pendengar-Nya agar insyaf dan melakukan instrospeksi diri.
Yesus mengajak para pendengar-Nya agar sadar bahwa kendatipun orang-orang Galilea dibunuh dan mati secara mengerikan atau kedelapan belas orang yang mati ditimpa menara dekat Siloam, mereka bukanlah pendosa berat melebihi dosa orang-orang lain.
Karena itu, Yesus menegaskan bahwa jika seseorang tidak bertobat ia akan binasa dan alami nasib yang sama, (bdk Luk 13:5).
Di sini, Yesus mau mengoreksi pemahaman yang keliru tentang hubungan langsung antara kematian, penderitaan dan malapetaka dengan dosa. Orang tidak boleh menghubungkan begitu saja penderitaan dan kematian yang fatal dan mengerikan dengan dosa.
Ketika seseorang jatuh sakit, atau alami kecelakaan atau kematian yang mengerikan, sering orang langsung berpikir tentang dosa-dosa berat yang telah dilakukannya. Penderitaan, penyakit dan kematian dilihat sebagai akibat dari perbuatan jahat dan dosa.
Pendapat demikian tidak tepat. Tetapi, ketika orang tidak mau bertobat ia bisa saja mengalami kematian yang mengerikan.
Maka ada hubungan yang sangat erat antara malapetaka dan penderitaan dengan tidak adanya pertobatan. Kalau orang tidak mau bertobat ia pasti alami banyak penderitaan dan malapetaka.
Bagaimana dengan kita?
Bercermin pada pengalaman Israel, kita mesti sadar bahwa Allah tidak pernah meninggalkan kita, umat-Nya. Allah selalu melindungi dan menuntun kita melalui jalan yang baik dan benar.
Tetapi, sering tidak dengarkan suara Tuhan dan melanggar perintah-perintah-Nya. Kita mau urus diri sendiri. Kita andalkan kemampuan dan pilihan hidup sendiri. Akibatnya kita menyimpang ke jalan yang mengantar kepada kebinasaan.
Kalau kita tidak insyaf akan kesalahan dan dosa lalu bertobat pasti kita akan alami penderitaan, malapetaka dan binasa.
Jika kita tidak memelihara Kesehatan, mengomsumsi makanan dan minuman yang tidak sehat, tidak beristirahat secukupnya kita akan sakit dan menderita.
Jika kita tidak mentaati aturan lalulintas dan ketertiban umum dalam dalam keluarga, lingkungan dan masyarakat kita akan membuat diri dan orang lain menderita.
Karena itu, kita mesti bertobat dan benar-benar bersih. Kita mesti merombak hati, cara pikir dan perilaku sehari-hari. Yang keliru dan salah kita benahi dan betulkan. Hanya dengan demikian, kita pasti akan aman dan selamat.
Semoga Allah yang maha berbelas kasih memberkati seluruh usaha tobat kita. Amen.
Kewapante, Minggu, 23 Maret 2025. ***