HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, pada Pesta Tritunggal, 15 Juni 2025

redaksi - Sabtu, 14 Juni 2025 15:15
HOMILI, Pater Gregor Nule SVD, pada Pesta Tritunggal, 15 Juni 2025Ilustrasi: Tiga orang nelayan sedang membersihkan pukat. (sumber: Istimewa)

MISI ALLAH TRITUNGGAL MAHAKUDUS DI DALAM HIDUP ORANG BERIMAN    
   (Pesta Tritunggal C: Ams 8: 22-31; Rom 5:1-5; Yoh 16: 12 – 15)

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD

Ilustrasi:  Ada seorang uskup yang sedang berlayar menuju sebuah pulau untuk  mengunjungi umatnya.  Pada suatu hari ia mampir di sebuah pulau kecil untuk beristirahat sejenak. 

Ia berjalan menyusuri pantai dan bertemu dengan tiga orang nelayan yang sedang membersihkan pukat.

Dengan bangga ketiga nelayan itu bercerita bahwa mereka adalah orang-orang Kristen, karena  telah dibaptis oleh beberapa misionaris yang mengunjungi pulau itu beberapa waktu yang lalu. 

Bapak Uskup amat terkesan, lalu bertanya, “apakah kamu tahu doa Aku Percaya? 

Jawab mereka, “Kami tidak pernah dengar tentang doa itu”. Apakah kamu tahu doa Bapa Kami, Doa tobat, dan doa-doa lain? Mereka hanya menggeleng.  Lalu, apa yang kamu ucapkan bila berdoa? 

Mereka berkata, “Kami memandang ke langit dan berdoa, “Ya Allah, kami bertiga; kamu bertiga. Terima kasih”. 

Bapak Uskup heran akan doa mereka yang bertentangan dengan ajaran iman itu.  Masa Allah disebut “kamu bertiga”. 

Lalu Bapa Uskup mulai mengajar mereka berdoa “Aku percaya, Bapa Kami dan doa-doa lain”. Ternyata  sulit sekali bagi nelayan-nelayan sederhana itu belajar doa-doa.  

Maklumlah setiap hari mereka hanya berurusan dengan pukat, sampan dan ikan-ikan. 

Tetapi, syukurlah, sebelum Bapak Uskup meninggalkan pulau itu mereka sudah mampu ucapkan doa-doa tanpa salah. Bapak Uskup sangat puas karena usahanya berhasil.

Beberapa bulan kemudian Bapak Uskup kembali melewati pulau itu. Bapak  Uskup jalan-jalan di dek kapal sambil berdoa. 

Dengan senang ia mengenang bahwa di  pulau  terpencil itu ia pernah mengajar tiga orang nelayan dan mereka bisa hafal doa Aku Percaya dan Bapa Kami tanpa salah. 

Ketika  sedang termenung, tiba-tiba ia melihat seberkas cahaya dari timur, yang bergerak mendekati kapal mereka.

Saat  mereka semakin dekat Bapak Uskup mulai mengenali mereka. Ketiganya serentak berseru, “Bapa Uskup, kami sangat senang kita bisa bertemu lagi. Kami dengar bahwa kapal bapak akan lewat di sini maka kami cepat-cepat datang untuk  menyalami Bapa Uskup”.  

Lalu mereka berkata lagi, “Tetapi bapak Uskup, kami minta maaf karena  doa bagus yang Bapak ajarkan itu kami lupa.  Kami minta, bapak Uskup, ajari kami lagi doa-doa itu”. 

Melihat ketiga nelayan sederhana yang begitu tulus, penuh sukacita dan baik hati itu,  bapak uskup berkata ,”Sudahlah, pulanglah saja ke rumahmu, saudara-saudaraku yang baik.  Setiap kali kamu berdoa, katakan saja, “Ya Allah, kami bertiga, kamu bertiga. Terima kasih”. Itu doa bagus.

Refleksi:
Hari ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Pesta ini mengungkapkan sebuah kebenaran iman yang paling agung. 

Tetapi, mesti diakui bahwa kita alami kesulitan besar untuk memahami kebenaran iman ini. Hal serupa sudah dialami oleh para murid Yesus dahulu. 

Yesus berkata, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya”, (Yoh 16:12).   

Meski demikian, Yesus mengingatkan para murid agar tidak perlu cemas akan situasi keterbatasan manusiawi mereka. Allah Bapa sendiri mengetahui situasi itu, dan Dia tahu apa yang akan Ia lakukan. 

Dalam nama Yesus , Bapa akan mengirim seorang Penolong, yaitu Roh kebenaran, yang menuntun para murid kepada seluruh kebenaran. 

Roh Kebenaran itu juga akan  menyingkapkan misteri Allah kepada Gereja. Dan, Roh Kebenaran akan menuntun Gereja untuk menafsirkan secara baru Sabda Allah menurut kebutuhan dan tantangan zaman.

Injil hari ini mewartakan tentang misteri kesatuan Allah Tritunggal. Yesus adalah pusat kesatuan itu. Tetapi kita hanya dapat sampai pada pusat kesatuan itu melalui Roh Kebenaran. 

Kita mengenal Bapa melalui Yesus yang telah menyampaikan apa yang didengar-Nya dari Bapa. Roh juga hanya akan memimpin kita pada kebenaran yang didengar-Nya dari Yesus. 

Itulah sebabnya Yesus berkata, “Ia akan memberitakan kepadamu apa yang Dia terima daripadaKu. Segala sesuatu yang Bapa punya adalah kepunyaanKu”, (Yoh 16:15).

Selain itu, misteri Tritunggal mahakudus dialami dan dipahami Gereja melalui kehadiran dan peran-Nya di dalam hidup sehari-hari. Allah yang kita imani adalah Allah yang esa, yang menampakkan dalam tiga pribadi: Bapa, Putera dan Roh Kudus.

Tiap hari kita dapat mengalami pribadi Bapa yang mencipta, mengadakan dan melahirkan. Bapa yang memelihara dan menumbuhkan seluruh alam semesta. Bapa yang selalu menciptakan segala yang baru dalam diri manusia dan alam semesta.

Tiap hari kita mengalami Pribadi Putera yang melaksanakan kehendak keselamatan Bapa bagi manusia dan dunia. Putera yang menebus dan memulihkan semua yang rusak dan terluka. Putra yang membangkitkan dan menghidupkan semua yang mati.

Tiap hari kita juga mengalami pribadi Roh Kudus yang membaharui, menghibur dan menyertai. Roh yang menghembuskan cinta, persaudaraan, kegembiraan dan harapan.

Ketiga nelayan sederhana dalam ilustrasi di atas, sukses  dan hidup dalam sukacita karena mereka selalu merasa satu, bersaudara, bekerja sama, serta dalam segalanya merasa sehati, dan sejiwa. Pengalaman hidup ini terungkap dalam doa mereka setiap hari, “Ya Allah, kamu bertiga dan kami bertiga, terima kasih”. 

Karena itu, bercermin pada misteri Allah Tritunggal Mahakudus, kita belajar membangun persatuan, persaudaraan dan kerja sama  di dalam keluarga, KBG, Lingkungan, Paroki, dan masyarakat guna mengusahakan kebaikan dan kepentingan bersama.  

Kesatuan Allah Tritunggal didasarkan pada kasih, maka hidup dan kerja sama di antara kita pun hendaknya di dasarkan kasih. Hanya dalam pemeliharaan Allah Tritunggal kita teguh bersatu. Amen.
Kewapante, Minggu, 15 Juni 2025. ***

 

Editor: redaksi

RELATED NEWS