Indonesia Sukses Pertahankan Slot Orbit 146 Untuk Satelit Satria-1

redaksi - Selasa, 06 April 2021 15:45
Indonesia Sukses Pertahankan Slot Orbit 146 Untuk Satelit Satria-1slot orbit satelit (sumber: null)

Gambar proses produksi Satelit Satria-1  oleh perusahaan pembuatnya, Thales Alenia Space (TAS),  Pemerintah Indonesia sudah meminta perpanjangan  waktu selama 14 bulan dengan TAS dan  penyedia roket peluncurnya: SpaceX Falcon 95500, untuk tetap dapat menempatkan satelit Satria-1 di slot orbit 146 BT (Bujur Timur). Satelit berkapasitas 150 Gbps  itu mampu meningkatkan kecepatan internet di seluruh Indonesia dan menjadi yang terbesar di Asia. Ditargertkan satelit itu rampung pada 2022 mendatang .

JAKARTA (Floresku.com) - Indonesia berhasil mempertahankan slot orbit satelit 146 bujur timur. Hal tersebut, dilakukan setelah melalui sidang yang panjang dengan organisasi internasional yang berwenang yakni International Telecommunication Union (ITU).

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G.  Plate, mengatakan pemerintah telah melakukan sidang secara daring dengan lembaga internasional tersebut semenjak Oktober 2020 lalu. Tujuannya, mempertahankan slot orbit satelit 146 bujur timur agar tetap dipergunakan oleh negara Indonesia.

"Dari mulai Oktober 2020 hingga 26 Maret 2021, Kementerian Kominfo melakukan sidang untuk perpanjangan waktu menggunakan slot orbit di atas," kata Menkominfo ketika melakukan Konferensi Pers secara virtual pada Selasa (6/4/2021).

Dalam pertemuan intens yang dilakukan sekitar lima kali pihak ITU mempertimbangkan proposal pengajuan yang diajukan oleh Indonesia. Dengan melihat kesiapan yang matang dari pertemuan tersebut, akhirnya ITU memutuskan memberikan tambahan waktu selama tujuh bulan.

"Pada 1 April 2021 mulai jangka waktu untuk perpanjangan izin orbit ini yaitu sampai dengan 31 Oktober atau tujuh bulan," imbuhnya.

Adanya perpanjangan ini, lanjut Menkominfo, Indonesia terhindar dari denda yang akan diberikan kepada pemerintah oleh ITU, akibat kehilangan orbit tersebut. Denda yang akan diberikan tersebut bisa mencapai nominal USD9 juta.

"Perpanjangan ini berguna untuk menghindari biaya tambahan sekitar USD9 juta," katanya.

Selanjutnya, perpanjangan ini tidak akan berpengaruh terhadap rencana peluncuran SATRIA-1 yang dijadwalkan pada 2023. Pemerintah tetap gencar memenuhi target yang akan dicapai sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Pemerintah memandang, hal ini sangat penting untuk segera diwujudkan sesuai dengan rencana yang telah direncanakan. Infrastruktur ini memiliki peran penting dalam pelayanan akses telekomunikasi di dalam negeri.

Sebab, berpotensi menunjang pelayanan akses internet pada sebanyak 150 ribu titik di berbagai pelosok dalam negeri. Sehingga, masyarakat di berbagai pelosok dapat menikmati pelayanan akses telekomunikasi yang berkualitas di mana pun berada.

"Penting untuk dilakukan demi menyukseskannya peluncuran satelit Satria sesuai dengan target yakni pada kwartal IV 2023," pungkasnya.

Sementara itu, Asosiasi Satelit Indonesia (Assi) menyarankan kepada pemerintah agar lebih ketat dalam memantau perkembangan proyek Satelit Multifungsi Satria. Pengembangan proyek harus sesuai dengan lini masa (timeline) yang telah ditetapkan agar tidak molor dan menimbulkan risiko baru. 

Ketua Umum Assi Hendra Gunawan mengatakan setelah berhasil mengamankan slot orbit 146 bujur timur (BT) yang akan digunakan oleh Satelit Multifungsi Satria, pemerintah selanjutnya perlu memastikan bahwa lini masa pelaksanaan proyek dikerjakan sesuai jadwal yang disepakati dalam kontrak. Keterlambatan pembangunan satelit – yang disebabkan oleh pabrikasi satelit atau ketidaksiapan roket peluncur – merupakan sebuah risiko proyek yang harus diantisipasi oleh pemerintah ke depannya. (KP/MAR)

RELATED NEWS