Kemenparekraf Gelar 'Sharing Session Pejuang Pariwisata 2025': Ruang Inspirasi untuk Gerakan Pariwisata Berkelanjutan

redaksi - Kamis, 11 Desember 2025 20:31
Kemenparekraf Gelar 'Sharing Session Pejuang Pariwisata 2025': Ruang Inspirasi untuk Gerakan Pariwisata BerkelanjutanKementerian Pariwisata Gelar Sharing Session Pejuang Pariwisata 2025 (sumber: Kemenpar)

JAKARTA (Floresku.com) -  Kementerian Pariwisata melalui Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan kembali menunjukkan komitmennya dalam memperkuat fondasi pariwisata nasional dengan menggelar Sharing Session Pejuang Pariwisata 2025, sebuah forum pembelajaran yang menghadirkan para penerima Wonderful Indonesia Award (WIA) 2025 kategori Local Hero in Tourism.

Kegiatan yang digelar secara daring selama dua hari ini dibuka oleh Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan, Martini M. Paham, yang menegaskan bahwa para pejuang pariwisata adalah “pilar perubahan” dalam pembangunan pariwisata yang inklusif, kreatif, dan berbasis masyarakat.

“Pembangunan pariwisata tidak selalu tentang mega proyek. Justru perubahan besar lahir dari individu dan komunitas yang menjaga alam, merawat budaya, dan menghidupkan ekonomi lokal,” ujar Martini.

Baca juga:

Ia menambahkan, kegiatan ini dirancang sebagai ruang kolaborasi lintas sektor agar praktik baik dari para pemenang WIA 2025 dapat direplikasi di berbagai daerah. 

Tema besar “Bergerak, Berdaya, Berdampak” menjadi penegasan bahwa gerakan pariwisata harus berorientasi pada manfaat nyata bagi masyarakat dan lingkungan.

Asisten Deputi Peningkatan Kapasitas Masyarakat, Ika Kusuma Permana Sari, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan tindak lanjut WIA 2025. 

“Kami ingin semangat inovasi para local heroes menyebar lebih luas dan melahirkan penggerak-penggerak baru di seluruh Indonesia,” ujarnya.

Tiga pemenang WIA 2025 kategori Pejuang Pariwisata tampil membagikan kisah perjuangan mereka:

Muhammad Ikhwan AM (Sulawesi Selatan) yang mengembangkan ekowisata Karst Rammang Rammang,

Ritno Kurniawan (Sumatra Barat) yang mentransformasi kawasan pembalakan liar menjadi destinasi wisata Nyarai,

Rudi Hartono (Kalimantan Barat) penggagas konservasi mangrove berbasis digital di Desa Sungai Kupah.

Masing-masing tokoh menyampaikan pesan inspiratif, dari pentingnya aksi nyata, menjaga alam sebagai identitas bangsa, hingga pariwisata yang humanis dan bertanggung jawab.

Ratusan peserta dari perangkat daerah, pengelola desa wisata, komunitas, akademisi, UMKM, hingga pelaku industri ikut hadir dalam sesi ini. Mereka menyambut antusias forum ini sebagai ruang kolaborasi dan penyebaran praktik baik pariwisata berbasis masyarakat.

Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana sebelumnya menekankan bahwa WIA bukan hanya ajang penghargaan, tetapi instrumen perubahan.
“Kita ingin memastikan pariwisata Indonesia tumbuh dengan arah yang tepat, kuat, dan berkelanjutan,” ujarnya.

Melalui forum ini, Kemenparekraf berharap semakin banyak “pejuang” lahir dari berbagai penjuru negeri, membawa perubahan nyata bagi masa depan pariwisata Indonesia. (Sandra). ***

RELATED NEWS