Lebih dari 300 Siswa Katolik Diculik di Nigeria, AS Pertimbangkan Sanksi
redaksi - Minggu, 23 November 2025 09:18
Asrama para siswa St Mary's School di Kabupaten Agwara, Nigeria yang porakporanda setelah para siswa diculik secara massal oleh kaum bersenjata bertopeng, Selasa (16/11), (sumber: Vaticn Media)NIGERIA (Floresku.com) — Serangan bersenjata kembali mengguncang Nigeria setelah lebih dari 300 siswa dan guru St. Mary’s Catholic School di Distrik Agwara, Negara Bagian Niger, diculik oleh milisi bertopeng yang datang dengan sepeda motor dan mobil bak terbuka.
Penculikan massal ini menambah daftar panjang tragedi serupa di wilayah utara dan barat Nigeria.
Penyerbuan terjadi pada malam hari ketika kelompok bersenjata tak dikenal memasuki kompleks sekolah dan membawa paksa para korban. Peristiwa ini terjadi hanya sepekan setelah penculikan 25 siswi di Negara Bagian Kebbi dan penyerangan terhadap Gereja Eruku di Kwara pada 18 November 2025.
- HOMILI, Hari Minggu Pesta Kristus Raja: Sungguh Benar, Dia adalah Raja
- Bedah Buku ‘Kembara Pikiran’: Menyusuri Catatan Harian Frizt Meko, Imam dan Misionaris SVD
- Pesan Inspiratif: Orang Yang Telah Bangkit Hidup Sebagai Anak-anak Allah
Belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atau menyampaikan tuntutan tebusan, namun dugaan kuat mengarah pada kelompok Boko Haram.
Respons Amerika Serikat
Situasi keamanan yang memburuk memicu respons keras dari Amerika Serikat. Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengancam intervensi militer cepat dan penghentian bantuan bagi Nigeria jika kekerasan tidak mereda, menyebut maraknya kasus tersebut sebagai “penganiayaan terhadap umat Kristen.”
Pemerintah Nigeria membantah klaim itu dan menegaskan bahwa serangan menargetkan seluruh warga tanpa membedakan agama.
Jonathan Pratt, Kepala Biro Urusan Afrika di Departemen Luar Negeri AS, menyatakan bahwa Washington tengah mempertimbangkan sanksi serta tindakan kontra-terorisme bersama Pentagon.
“Rencana ini melibatkan Departemen Keuangan untuk sanksi dan Departemen Pertahanan untuk operasi kontra-terorisme, termasuk evaluasi ulang bantuan keamanan kepada Nigeria,” kata Pratt.
Kecaman dari Pemerintah Lokal dan Keuskupan
Sekretaris Pemerintah Negara Bagian Niger, Abubakar Usman, menyebut jumlah korban pasti masih dalam pendataan. Ia menyayangkan St. Mary’s School yang kembali beroperasi tanpa pemberitahuan, padahal pemerintah telah menutup sekolah berasrama karena tingginya ancaman keamanan.
Dalam pernyataannya kepada Fides, Keuskupan Kontagora mengecam keras serangan tersebut. Seorang petugas keamanan dilaporkan terluka parah, dan aparat telah dikerahkan untuk melakukan operasi penyelamatan.
Nigeria selama hampir dua dekade menghadapi pemberontakan jihad yang menewaskan 40.000 orang dan membuat lebih dari dua juta warga mengungsi, sementara penculikan untuk pemerasan tetap menjadi ancaman besar di wilayah utara. (Sandra: sumber Vatican News). ***

