Lebih Dekat dengan Bung Karno dengan Membaca "Surat-Surat Islam dari Ende"

redaksi - Senin, 07 Juni 2021 18:30
Lebih Dekat dengan Bung Karno dengan Membaca "Surat-Surat Islam dari Ende"Bung Karno semasa di pengansingan di Ende 1934-1938 (sumber: Istimewa)

Oleh Bonefasius Jehandut

SEJARAH mencatat, Ir. Soekarno atau yang akrab disapa Bung Karno diasingkan oleh Pemerintah Hindia Belanda di Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur dari tahun 1934 hingga 1938.

Bung Karno bersama Inggit Ganarsih istrinya tinggal di rumah Haji Abdullah yang kini dijadikan situs bersejarah, terawat dengan baik.

Pengasingan Soekarno ke Ende dilakukan setelah Gubernur Jenderal Pemerintah Kolonial Hindia Belanda, De Jonge menerbitkan surat keputusan pengasingan Ir Soekarno ke Ende, 28 Desember 1933.

Kemudian Bung Karno bersama Inggit Garnasih (istri), Ratna Djuami (anak angkat), serta mertuanya, Ibu Amsi, bertolak dari Surabaya menuju Pelabuhan Ende dengan kapal barang KM van Riebeeck.

Selama kurang lebih delapan hari perjalanan, 14 Januari 1934 Soekarno tiba di Pelabuhan Ende.

Selama di Ende, Bung Karno melakukan banyak kegiatan. Mulai dari aktivitas yang bersifat personal seperti membaca, merenung, mendalami agama Islam, menulis, hingga aktivitas yang melibatkan orang lain lain seperti berdikusi dengan para misionaris SVD di rumah Biara Sto. Yoseph Ende, mementas 13 judul tonil atau drama untuk menghibur sekaligus mendidik warga setempat.

Salah satu dari sekian banyak aktivitas Bung Karno semasa pengasingan adalah menulis surat, yang kemudian dikumpulkan menjadi sebuah buku berjudul, "Surat-Surat Islam dari Ende'.

Nah, surat tentang apa saja yang ditulis Bung Karno dari Ende. Berikut cuplikannya!

Bung Karno minta risalah soal ‘Sajid’

“Dari Ir.Sukarno

Kepada T. A. Hassan, Guru “Persatuan Islam”, Bandung

Ende, 1 Desember 1934.

Assalamu’alaikum,

Jiakalau saudara-saudara memperkenankan, saya minta saudara memberi hadiah kepada saya buku-buku yang tersebut di bawah ini:

1 Pengajaran Shalat, 1 Utusan Wahabi, 1 Al-Muchtar, 1 Debat Talqien, 1 Al- Jawahir.

Kemudian daripada itu, jika saudara-saudara bersedia, saya minta sebuah risalah yang membicarakan soal “sajid”. Ini buat saya bandingkan dengan dengan alasan-alasan saya sendiri tentang hal ini. Walaupun Islam zaman sekarang menghadapi soal-soal yang beribu-ribu kali lebih besar dan lebih sulit daripada soal “sajid” itu, maka toh menurut keyakinan saya, salah satu kecelaan Islam zaman sekarang ini, ialah pengeramatan manusia yang menghampiri kemusryikan itu. Alasan-alasan kaum “sajid”, misalnya mereka punya brosur “Bukti Kebenaran”, saya sudah baca, tetapi tak 1 ias meyakinkan saya. Tersesatlah orang yang mengira, bahwa Islam mengenal suatu “aristokrasi Islam”. Tiada satu agama yang menghendaki kesama-rataan lebih daripada Islam. Pengeramatan manusia itu, adalah salah satu sebab yang mematahkan jiwanya sesuatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia itu, melanggar t a u h I d. Kalau tauhid rapuh, datanglah kebencanaan!

Sebelum dan sesudahnya terima itu buku-buku, yang saya tunggu-tunggu benar, saya mengucapkan beribu-ribu terima kasih.

Wassalam,

SUKARNO.”

Sukacita Bung Karno

Yang dipetik di atas adalah surat pertama yang ditulis Bung Karno dari Ende. Setelah hampir dua bulan kemudian Bung Karno menulis lagi. Pada surat kedua itu menngkapkan rasa sukacitanya karena telah menerima dan membaca semua buku yang dikirim T.A Hasan kepadanya. Dia menulis sebagai berikut:

“Ende, 25 Januari 1935

Assalam’alaikum,

Kiriman buku-buku gratis beserta kartupos, telah saya terima dengan girang hati dan terima kasih yang tiada hingga. Saya menjadi termenung sebentar, karena merasa tak selayaknya dilimpahi kebaikan hati saudara yang sedemikian itu. Ya Allah yang Mahamurah!

Pada hari ini semua buku dari anggitan saudara yang ada pada saya, sudah habis saya baca. Saya ingin sekali membaca buah pena saudara yang lainnya. Dan ingin pula membaca “Buchari” dan “Muslim” yang sudah tersalin dalam bahasa Indonesia atau Inggris? Saya butuh Buchari atau Muslim itu, karena di situlah dihimpunkan Hadits-hadits yang dinamakan sahih. Padahal saya membaca keterangan dari salah seorang pengenal Islam dari bangsa Inggris bahwa di Bachari-pun masih terselip hadits-hadits yang lemah itu, - yang sering lebih “laku” dari ayat-ayat Qur’an. Saya kira anggapan ini adalah benar. Berapa besarkah kebencanaan yang telah datang pada umat Islam dari misalnya “hadits” yang mengatakan. Bahwa “dunia” bagi orang Serani, akhirat bagi orang”Muslim” atau “hadits”, bahwa satu jam bertafakur adalah lebih baik daripada beiribadat satu tahun, atau “hadits”, bahwa orang-orang Mukmin harus lembek dan menurut seperti onta yang telah ditusuk hidungnya!

Dan adakah Peraturan Islam sedia sambungannya Al Burhan I – II? Pengetehuan saya tentang “wet” masih kurang banyak. Pengetahuan “wet” ini, saya ingin sekali perluaskan; sebab di dalam praktek sehari-hari, umat Islam sama sekali dikuasai oleh “wet” itu, sehingga “wet” mendesak kepada “Dien”.

Haraplah sampaikan komplein saya ini kepada tuan Natsir atas tulisan- tulisannya yang berbahasa Belanda. Antara lain inleiding-nya di dalam “Komt tot hed gebed” adalah menarik hati.

Wasalam dan silaturahmi,

SUKARNO

BERSAMBUNG…

RELATED NEWS