Maria Patrisia Sare Buka Suara: Klarifikasi Kronologi Tuduhan Perzinaan dan Luka yang Tersisa
redaksi - Rabu, 16 Juli 2025 14:48
MAUMERE (Floresku.com) — Dihujani tudingan perzinaan dalam berbagai pemberitaan media lokal, Maria Patrisia Sare—yang akrab disapa Miran—akhirnya memutuskan untuk bersuara.
Kepada floresku.com, ia menyampaikan kronologi versi dirinya secara utuh, sekaligus membantah tuduhan yang selama ini menurutnya hanya sepihak dan menutupi berbagai kelemahan serta perilaku mantan suaminya, Yohanes Paskarni Andry Kedong, atau Andri.
“Saya sakit hati karena semua tudingan hanya ditujukan ke saya. Padahal, yang terjadi sebenarnya jauh berbeda,” ungkap Miran saat didampingi oleh suaminya sekarang, Patriks, anggota Polsek Kewapante, Kabupaten Sikka.
Awal Pernikahan dan Awal Derita
Miran menikah dengan Andri pada tahun 2014 dan saat itu pindah dari Palue ke Lakabai. Ia bekerja sebagai bidan PTT, sementara Andri bekerja di Adira Finance Maumere. Tak lama setelah menikah, Andri kehilangan pekerjaannya dan sejak itu, Miran mengaku menanggung seluruh kebutuhan rumah tangga, termasuk tiga anggota keluarga Andri yang tinggal bersama mereka.
- PMKRI Maumere Audiensi dengan Kapolres Sikka, Soroti Maraknya Aksi Debt Collector Ilegal
- BRI Pacu Terwujudnya Visi The Most Profitable Bank melalui Penerapan Budaya BRILiaN Way
- Samsung Raih Predikat Merek Paling Direkomendasikan di Indonesia Versi YouGov 2025
“Tiap hari saya harus kerja, pikul semua beban. Dia (Andri) malah tidak mau cari kerja, hanya mabuk dan judi,” jelasnya. Setelah diangkat menjadi PNS pada 2018, Miran bahkan meminjam Rp200 juta dari Bank NTT, yang sebagian besar digunakan untuk melunasi utang-utang Andri dan membeli mobil pikap—yang ternyata dibeli atas nama orang lain.
“Saya ditipu. Mobil dibeli dari uang saya, tapi bukan atas nama saya atau dia, malah atas nama iparnya, suami dari saudara perempuannya,” ucapnya kesal.
Tak hanya itu, Miran juga dipaksa meminjam lagi Rp50 juta dari Obor Mas atas nama dirinya sendiri, dengan jaminan sertifikat tanah yang atas nama ayah Andri. Semua ini membuat konflik dalam rumah tangga mereka semakin memanas.
Puncak Konflik dan Perpisahan
Tahun 2020 menjadi titik balik. Setelah pertengkaran hebat, Miran diusir dari rumah di Kahad. "Semua pakaian saya dibuang, saya diusir seperti binatang, bahkan sempat diancam pakai parang," kenangnya dengan suara berat.
Miran kembali ke rumah orang tuanya di Paga, dan beberapa minggu kemudian Andri datang membagi anak mereka: satu anak laki-laki tinggal bersama Miran, dan anak perempuan dibawa Andri.
Namun, konflik tak berhenti di situ. Dua bulan setelah perpisahan, Andri mengaku sudah memiliki perempuan baru. “Dia bilang, ‘saya sudah nyaman dengan istri saya, jangan ganggu saya lagi’,” ujar Miran.
Bahkan ketika Miran telah membangun hidup baru dengan Patriks, Andri masih kerap datang mengganggu dan bahkan berusaha mengambil kembali anak yang sebelumnya ia serahkan.
Kehidupan Baru dan Masalah Lama
Miran dan Patriks mulai membangun kehidupan baru dengan tenang. Namun beban utang masa lalu terus menghantui. Menurut Miran, selama bersama Patriks, Andri tak pernah mengganggu hingga akhirnya muncul kembali untuk meminta sertifikat tanah yang digadaikan atas nama Miran.
Ketika Miran menolak karena tidak mampu menebusnya, Andri mengancam akan melaporkan mereka ke polisi dengan tuduhan perzinaan.
“Tapi yang awalnya dia laporkan bukan perzinaan, tapi soal pengembalian sertifikat. Mediasi dilakukan di Polres Sikka, dan kami memang tidak mampu bayar. Tapi kok kemudian dijadikan alasan lapor kami soal zina?” tanya Miran.
Ia menambahkan bahwa Andri sendiri sebelumnya sudah menyatakan ingin hidup damai, bahkan sempat membuat kesepakatan agar masing-masing tidak saling mengganggu.
Keadilan Bagi Semua
“Saya ditelantarkan, diusir, dipaksa berutang, bahkan orang tua saya dicaci maki. Kenapa hanya saya yang disalahkan?” kata Miran sambil menahan air mata. Ia mengaku siap menerima segala konsekuensi hukum, tetapi menuntut keadilan yang tidak berat sebelah.
Dalam wawancara tersebut, sepupu Miran, Ais, juga menyuarakan protes keras atas perlakuan keluarga Andri secara adat. "Kalau secara adat sudah buang pakaian dan usir, artinya mereka tidak mau lagi dengan saudari kami. Jadi kenapa sekarang masih ganggu? Dan kerja saja tidak ada, hanya hidup dari saudari kami,” kata Ais tegas.
Penutup
Miran menegaskan bahwa seluruh kronologi yang ia sampaikan adalah nyata dan bukan karangan. Ia berharap publik tidak langsung menghakimi dan menyudutkannya, tetapi melihat secara objektif apa yang benar-benar terjadi.
“Kami memang tidak sempurna, kami akui kami salah. Tapi apakah dia (Andri) tidak punya salah sama sekali?” pungkas Miran penuh harap.
Ia berharap proses hukum berjalan adil dan tidak berdasarkan narasi tunggal yang menurutnya sudah dimanipulasi untuk melindungi citra pribadi dan keluarga mantan suaminya.(Herry Fdz)