MASINDO: Masyarakat Butuh Informasi Kajian Ilmiah Produk Tembakau Alternatif
Redaksi - Selasa, 15 Agustus 2023 08:54JAKARTA – Informasi komprehensif mengenai profil risiko dan manfaat dari produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan, rokok elektrik (vape), dan kantong nikotin, perlu diketahui oleh semua pihak. Untuk itu, pemerintah memiliki peran penting dalam memperbanyak kajian ilmiah produk tembakau alternatif sebagai salah satu upaya untuk menekan angka perokok di Indonesia.
Ketua Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (MASINDO), Dimas Syailendra, mengatakan informasi tentang profil risiko dan manfaat produk tembakau alternatif masih simpang siur dan masih memerlukan kajian lebih lanjut. Akibatnya, masyarakat, khususnya perokok dewasa, tidak memiliki informasi yang akurat dan menyeluruh.
“Kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif itu sangat penting bagi masyarakat. Informasi berdasarkan kajian ilmiah tersebut diperlukan untuk membuat keputusan yang lebih baik bagi mereka (perokok dewasa) yang ingin terus menggunakan produk mengandung nikotin. Terlebih lagi, jika informasi tersebut dihasilkan oleh lembaga dan pihak yang kompeten serta kredibel,” papar Dimas.
Sebagai pihak yang memiliki otoritas dan pembuat kebijakan, pemerintah memiliki kompetensi dan peran sentral dalam mendukung masifnya kajian ilmiah produk tembakau alternatif. Dimas mengatakan, pemerintah dapat menjadi fasilitator yang baik dalam berbagai kolaborasi antarpemangku kepentingan seperti perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri, organisasi, dan masyarakat.
“Dengan dukungan pemerintah, masing-masing pemangku kepentingan dapat memberikan kontribusi yang maksimal sesuai dengan kemampuannya untuk pengembangan penelitian produk tembakau alternatif,” kata Dimas.
Lebih lanjut, Dimas menjelaskan ada enam upaya yang diperlukan agar hasil kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif dapat semakin optimal dan mengakomodasi semua pihak.
Pertama, melibatkan semua pemangku kepentingan. Kedua, kerja sama dan kolaborasi antarpemangku kepentingan yang dapat meningkatkan akses terhadap sumber daya, memperluas cakupan penelitian, serta memperkuat validitas dan relevansi hasil kajian ilmiah.
Ketiga, metode penelitian yang sesuai. “Metodologi penelitian yang baik dan tepercaya dalam kajian ilmiah tentang produk tembakau alternatif sangat dibutuhkan untuk mendapatkan hasil yang optimal,” tambahnya.
Keempat, adanya pembiayaan penelitian yang memadai. Pemerintah, lembaga pendanaan riset, dan industri produk tembakau alternatif perlu memberikan pembiayaan yang memadai untuk kajian ilmiah tersebut. Pembiayaan yang cukup akan memungkinkan peneliti untuk mengakses sumber daya yang diperlukan seperti peralatan penelitian, laboratorium, dan data.
Kelima, transparansi informasi dalam bentuk publikasi hasil kajian ilmiah kepada publik. Agar informasinya tersampaikan secara luas, transparansi hasil penelitian produk tembakau alternatif dalam bentuk jurnal-jurnal ilmiah harus dapat diakses secara bebas oleh masyarakat umum.
Terakhir, menyediakan semua informasi penelitian yang jelas pada media yang kredibel. “Setelah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, semua informasi yang terkait dengan kajian ilmiah produk tembakau alternatif harus disampaikan dengan jelas dan akurat kepada masyarakat melalui media-media yang kredibel,” terang Dimas.
Ia melanjutkan hasil kajian ilmiah tentang produk tembakau alternatif dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap profil risiko dari produk tersebut. Kajian tersebut juga dapat meningkatkan keyakinan masyarakat karena produk ini memiliki profil risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr. Dwinita Wikan Utami mengatakan kajian ilmiah terkait produk tembakau alternatif masih sedikit.
Dwinita mengapresiasi akademisi dari berbagai perguruan tinggi yang sudah mulai menggencarkan kajian ilmiah mengenai produk tembakau alternatif. “Kita perlu meningkatkan kajian atau riset karena masalah tembakau itu penting,” ujarnya.
Lebih lanjut, Dwinita menyebut kolaborasi dengan para akademisi di berbagai perguruan tinggi juga perlu ditingkatkan lagi sehingga tercipta keterbukaan informasi dan meninjau sejauh mana kajian ilmiah produk tembakau alternatif dilakukan.
“Dengan kolaborasi, jadi ada sharing session dengan public research kami untuk saling memberi informasi sebagai ajang komunikasi dan diskusi. Sehingga, peluang kerja sama terkait penguatan risetnya bisa terbuka,” ungkapnya.