Melirik Keindahan Kain Tenun dan Busana Adat Orang Sabu

redaksi - Jumat, 26 Januari 2024 09:22
Melirik Keindahan Kain Tenun dan Busana Adat Orang Sabu Busana adat orang Sabu (sumber: Istimewa)

KUPANG (Floresku.com) - Pulau Sabu  terletak di sebelah selatan perairan Laut Sawu sebelah timur Pulau Sumba sebelah bara Pulau Rote.

 Secara administratif, pulau yang memiliki luas 414 km² termasuk dalam wilayah Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Selain disebut Pulau Sabu,  pulau ini pun disebut dengan nama Pulau Sawu. Penduduk setempat menyebut pulau ini dengan Rai Hawu (Pulau Hawu)

Suku Sabu (Sawu, Savu), disebut juga sebagai Do Hawu atau Havunese, adalah suku yang mendiami pulau Sabu (Rai Hawu) di kabupaten Kupang provinsi Nusa Tenggara Timur.

Masyarakat suku Sabu berbicara dalam bahasa Sabu. Bahasa Sabu sendiri termasuk kelompok bahasa Bima-Sumba dari Nusa Tenggara Barat. 

Bahasa Sabu mencakup dialek Raijua (di pulau Raijua), Mesara, Timu dan Seba.

Kain Tenun Sabu

Tenun ikat Sabu yang terkenal adalah Si Hawu (sarung sabu) dan Higi Huri (selimut). 
Para wanita penenun di Sabu melakukan semua proses seperti umumnya di Nusa Tengggara Timur. 

Benang direntangkan pada langa (kayu perentang khusus) supaya mudah mengikatnya sesuai motif, setelah dilumuri lilin. 

Pencelupan dilakukan dengan empat warna dasar yakni biru pekat dan hitam, diperoleh ramuannya dari nila, merah dari mengkudu dan kuning dari kunyit. 

Kain tenun Sabu yang terkenal adalah motif flora dan fauna serta motif geometris.

Kain tenun Sabu sempat menjadi perhatian publik Indonesia, saat Presiden Joko Widodo mengenakannya sebagai busana kebesaran pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD, Jumat, 14 Agustusn 2020 lalu. 

Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD di Gedung Nusantara, Kompleks MPR, DPR, DPD, Jakarta, Jumat (14/8/2020).

Busana Adat Laki-Laki Suku Sabu 

Busana adat laki-laki Sabu berupa ikat kepala, kemeja berlengan panjang berwarna putih polos. Tubuh bagian bawah ditutupi oleh sarung tenun dan sehelai kain tenun berukuran kecil diselempangkan di bagian bahu. 

Sedangkan untuk pakaian pengantin, suku Sabu ini memiliki model baju adat tersendiri yang terdiri dari :
• Selendang yang digunakan pada bahu pria
• Destar pengikat kepala sebagai lambang kebesaran/kehormatan disertai dengan mahkota kepala pria yang terdiri dari tiga tiang terbuat dari emas.
• Kalung mutisalak yaitu sebagai mas kawin dengan liontin gong.
• Sepasang gelang emas
• Ikat pinggang/sabuk yang memiliki 2 kantong pengganti dompet/tas
• Habas/perhiasan leher terbuat dari emas.

Busana Adat Wanita Suku Sabu 

Untuk baju sehari-hari yang dikenakan oleh kaum wanita pada suku Sabu di Nusa Tenggara Timur adalah  baju kebaya pendek dan bagian bawahnya mengenakan kain tenun dua kali lilitan dan tanpa asesories.

Sedangkan untuk baju pengantin tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) khususnya kaum wanita suku Sabu memiliki ciri khas sebagai berikut :
• Sarung wanita yang diikat bersusun dua pada pinggul dan sedada
• Pending (ikat pinggang terbuat dari emas).Gelang emas dan gading yang dipakai pada upacara adat/perkawinan
• Muti salak/kalung dan liontin dari emas
• Mahkota kepala wanita dan tusuk konde berbentuk uang koin/sovren/ uang emas pada zaman dahulu
• Anting/giwang emas bermata putih/berlian
• Sanggul wanita berbentuk bulat diatas/puncak kepala wanita.

Demikian, sekilas keindahan kain tenun dan busana adat orang Sumba. Sebuah warisan dan wujud kearifan lokal yang wajib dilestarikan. (Sandra). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS