'Nunu Mere Boka Peka', Mengenang Kepergian Opa Nani Aoh - Mantan Bupati Ngada dan Nagekeo
redaksi - Rabu, 03 Agustus 2022 21:26Oleh: San Mite
“Nunu mere boka peka - ba,e beja”, mengutip salah satu ungkapan lokal dari bung Nikson, warga Nagekeo dalam status WhatsApp-nya.
Ungkapan ini menggambarkan tentang Tumbangnya pohon bringin besar yang dijadikan sebagai suatu analogi tentang hilangnya sosok legendaris atau tokoh besar yang telah berjasa dan menjadi panutan bagi masyarakat Nagekeo dan Ngada.
Opa Nani, (Yohanes Samping Aoh) adalah mantan Bupati Kabupaten Ngada dan Nagekeo menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 19. 15 WIB, hari Sabtu, 30 Juli 2022 di Rumah Sakit Hermina Depok, Jawa Barat.
- BNI Memperkuat Sinergi dengan Ditjen Diktiristek Lewat Program Financial Ecosystem
- SENDAL SERIBU, Selasa, 02 Agustus 2022: Yesus Selalu Ada
Opa Nani memiliki track record yang boleh dibilang luar biasa. Ia pernah sebagai Camat Boawae, Ketua DPRD Ngada, Bupati Ngada pada tahun 1994-1999, dan Bupati Nagekeo pada Pemilu I pada tahun 2008-2013.
Melalui akun Facebooknya Silvester Teda Sada, Kadis Pariwisata Nagekeo, menggambarkan Johanes Samping Aoh sebagai sosok yang telah berjasa bagi masyarakat, Ngada dan Nagekeo, setidaknya dalam empat hal berikut.
Pertama, Opa Nani dikenal sebagai Pencinta Lingkungan Hidup. Pada masa Opa Nani menjabat sebagai Camat Boawae diceritakan bahwa ia pernah menghukum masyarakatnya yang kedapatan membakar hutan pada saat berburu adat atau dalam bahasa lokal “to’a lako”.
Ia menghukum warga dengan cara “berjalan pakai lutut”, hal ini dilakukan agar masyarakat jera dan tidak melakukan pembakaran hutan lagi.
Selain itu, selama menjadi Bupati Ngada, ia juga bersama masyarakat Ngada pernah mencetuskan “Program Ngada Sejuta Bambu”. Program ini kemudian berkembang pesat hingga hari ini.
Kedua, Opa Nani dikenal sebagai Bapa Kota Mbay. Beliau juga merupakan salah satu tokoh yang penuh semangat dan berjuang keras untuk memindahkan ibukota Kabupaten Ngada dari Bajawa ke Mbay pada masa itu.
Bukti perjuangannya itu melahirkan PP 65/1999 dan BWK I sampai BWK IV mengenai tata ruang kota Mbay, walaupun proses eksekusinya tidak berhasil. Hingga pada akhirnya, pemekaran Kabupaten Nagekeo dari Ngada terjadi, beliau dipercayakan kembali oleh masyarakat sebagai Bupati Nagekeo yang pertama dari Daerah Otonom Baru tersebut.
Ketiga, Opa Nani dikenal Sebagai Pelawak yang terbungkus dalam Makian. Berdasarkan ulasan kisah yang disematkan Bapak Silvester Teda bahwa Opa Nani dikenal sebagai seorang humoris yang membungkus candaan-candaan tersebut dalam kata-kata nakal berupa makian. Sasaran candaan tersebut biasanya mengenai para sahabat atau teman kelas.
Keempat, Opa Nani dikenal sebagai B'apa Air Minum' Kota Mbay. Pada saat menjabat sebagai Bupati Nagekeo, Opa Nani pernah berjasa dalam mendukung pembangunan Sarana Air Bersih Lowomeli Boawae.
Sebelum melakukan pembangunan Sarana Air Bersih tersebut Opa Nani bersama masyarakat melakukan upacara peminangan secara adat pada komunitas adat Suku Deu di Boawae dan komunitas adat keturunan Ebu Mola Ito di Watugase.
Pembangunan Sarana Air Bersih ini yang kemudian disalurkan juga bagi warga kota Mbay-Aesesa dan warga dapat menikmatinya sampai hari ini. *
San Mite adalah pemerhati sosial, berdomisili di Mauponggo, Kabupaten Nagekeo. ***