Oba Geo, Kain Tenun Ikat Kebanggaan Orang Gero-Dhere
redaksi - Rabu, 26 April 2023 16:50
GERO-DHERE (Floresku.com) – Hoba Nage adalah nama yang tak lazim bagi telinga kebanyakan orang Nagekeo. Namun, itu nama yang terlalu umum. Nama itu bisa menimbulkan kesan dan pemahaman yang mengambang tentang kain tenun ikat lokal Nagekeo.
“Kalau soal nama, memang secara umum orang menyebut kain tenun ini -sambil menunjuk ke Oba yang dikenakan beberapa ibu penenun di Geo (Gero, red). Namun, bagi kami orang Geo (Gero) nama yang untuk kain tenun ini adalah Oba Geo,” kata Wilhemus Beu (69), tokoh adat dari suku Geo.
Hermanus Meka (55), salah satu tokoh adat Geo Dhere menerangkan wilayah ulayat dan kebudayaan Geo terdiri atas empat suku yaitu Suku Geo, Suku Meli, Suku Tiwu dan Suku Tonga. Masing-masing suku dipimpin oleh kepala suku.

“Kepala Suku Geo yaitu Wilhemus Wega, Suku Meli adalah Wenslaus Kewa, Suku Tonga dikepali oleh Yohanes Tage/Alex Tozu. Keempat suku ini dikoordinasi oleh Yunus Jogo selaku Saka Pu’u dan Paulinus Jogo selaku Saka Lobo,” ungkap Hermanus Meka.
Menurut dia, Oba Geo adalah warisan budaya yang unik dan menjadi kebanggaan orang di Desa Gero-Dhere.
Empat Motif Utama
Hermanus Meka menerangkan, Oba Geo yang ditenun oleh para wanita di Desa Gero-Dhere secara turun-temurun memiliki empat motif utama yaitu, Motif Mata Leza (Matahari), Motif Tuba (Tombak); Tupa (Ketupat) atau lazim disebut Motif Ruit; Motif Buku Tewu; dan Buku Tali Tode.
Setiap motif mengandung maknanya sendiri-sendiri. Oba Geo dengan motif Mata Lesa menngandung arti pencerahan, semangat dan sukacita.

“Oba Pete dengan motif ini biasa digunakan pada saat upacara adat Tolo Kole, Tode, dan Fe’a atau upacara inisiasi pendewasaan seorang perempuan. Sedangkan Motif Mata Leza yang ditenun pada Saka Eko Bha (Selendang lebar untuk pria) biasa digunakan pada upacara Tau Nuwa (pendewasaan untuk kaum pria),” ujarnya.
“Sedangkan Oba Geo dengan motig Tuba/Tupa menjadi symbol bagi perlindungan diri dan perbekalan. Hoba Geo dengan motif Tuba (Tombak) biasa digunakan saat para pria pergi berburu. Sedangkan Hoba dengan Motif Ketupat menjadi simbol dari ketupat yang disantap pada saat ritual adat,” katanya.
Sementara itu Motif Buku Tewu pada Oba Geo melambangkan batas-batas dalam tahapan ritual adat dalam setahun. “Motif ini biasa digunakan pada saat upacara Tolo Kole, Zu Mu dan Fea,” imbuhnya.
Sedangkan Motif Tali Tode melambangkan persaudaraan, persatuan dan kesatuan, dan biasa digunakan pada saat ritual adat Tode.
Wihelmus Beu yang akbra disapa Wempi menambahkan, selain keempat motif utama di atas, para wanita Desa Gero-Dhere juga menenun motif Wea (Emas yang digantung pada telinga kaum wanita Nagekeo), dan juga motif Peo, simbol kehadiran leluhur, sekaligus tanda persatuan dengan antara leluhur dan anak-cucu yang masih hidup.
Secara Historis, Ada Pengaruh Orang Geo-Meno dari Bajawa
Menilik asal-usulnya, orang Geo (Gero) sekarang datang dari dua sumber yaitu orang Geo-Meno dan Orang Wolowea.
“Sekitar 1887, Orang Geo Meno bermigrasi ke wilayah Geo yang sekarang. Mereka kemudia diterima sebagai ‘saudara’ oleh orang Wolowa yang adalah pemukim asli. Daerah asal orang Geo-Meno adalah di Bajawa utara. Mereka terdiri dari dua suku yaitu Suko Geo dan Suku Tiwu,” jelasnya.
Kelompok yang kedua adalah pemukim asli di Geo yaitu orang Woloewa. Mereka terdiri atas dua suku yaitu Suku Meli dan Suku Tonga.
“Ketika datang ke Geo, orang Geo-Meno membawa serta adat-kebiasaan mereka, termasuk kebiasaan menenun. Diduga, Oba Mite (kain tenun warna hitam dengan garis-garis vertical biru: 7 atau 9 garis; dibawa dari orang Gero-Meno dari Bajawa,” ujar Wempi.
Namun, katanya lebih lanjut, Oba Mite semakin jarang ditenun oleh para wanita.
“Mungkin karena warna dan motifnya yang tidak terlalu menarik, sehingga tidak laku dijual,” katanya.
Meski ada riwayat Oba Mite yang datang dari Geo-Meno di Bajawa, kain tenun Oba Geo yang didominasi warna Merah, Hitam, dan Putih itu sudah dikenal Orang Geo sejak zaman nenek moyang.
“Terus terang, kami tidak tahu kapan orang Geo ini mengenal kebiasaan menenuneu Oba Geo ini. Yang pasti tradisi menenun sudah diwariskan oleh para nenek moyang sejak dulu kala,” Wempi.
Dilakoni oleh semua wanita Desa Gero-Dhere
Menenun Oba, adalah kegiatan yang sudah mendarahdaging bagi kebanyakan wanita di Desa Gero-Dhere.
“Menenun Oba adalah kebanggaan para wanita di Desa Gero-Dhew,Hampir semua wanita dewasa di setiap ruma di desa ini, melakukan kegiatan menenun Oba,” jelas Kepala Desa Gero-Dhere, Wilhelmus Wega.
“Namun tidak semua mereka bergabung dalam Kelompok Tenun GiGa yait Gelu Ine, Gase Ame. Para wanita yang tidak bergabung dengan Kelompok Tenun ‘To’o Jogho, menenun di rumah mereka masing-masing,” pungkas Kepdes yang akrab disapa Wilem itu. *** (MAP).