Pembelian 50 Pesawat Boeing oleh Garuda Dinilai Tepat secara Teknis dan Bisnis

redaksi - Selasa, 22 Juli 2025 19:16
Pembelian 50 Pesawat Boeing oleh Garuda Dinilai Tepat secara Teknis dan BisnisSuasana di pabrik pesawat Boeing di Rento di luar Kota Seattle, WA (sumber: Boeing)

JAKARTA (Floresku.com) – Keputusan maskapai pelat merah Garuda Indonesia untuk membeli 50 unit pesawat Boeing mendapat apresiasi positif dari kalangan pengamat penerbangan. Langkah ini dinilai sebagai strategi yang tepat baik dari sisi teknis maupun efisiensi bisnis jangka panjang, mengingat dominasi armada Boeing dalam operasional Garuda selama ini.

Menurut pengamat penerbangan nasional, Gatot Rahardjo, pembelian pesawat dari satu jenis pabrikan—dalam hal ini Boeing—sejalan dengan prinsip communality atau keseragaman armada. 

Prinsip ini mendorong efisiensi operasional maskapai, mulai dari pelatihan pilot, perawatan pesawat, hingga manajemen suku cadang.

“Kalau pakai pesawat satu jenis, itu akan lebih menguntungkan dibanding berbagai jenis. Di Garuda itu yang banyak memang Boeing, ada beberapa Airbus seperti A330, tapi sedikit sekali,” ujar Gatot sebagaiamana dikutip detikcom, Selasa (22/7). 

Ia menambahkan, penggunaan satu pabrikan utama dapat memangkas biaya pelatihan kru dan memudahkan manajemen teknis pesawat.

Namun Gatot juga menegaskan bahwa keputusan Garuda tidak berarti menutup pintu sepenuhnya terhadap pesawat Airbus. Menurutnya, jika ada tipe pesawat dari Airbus yang tidak tumpang tindih dengan Boeing dan diperlukan untuk segmen tertentu, maka tidak menjadi masalah jika dibeli. 

“Misalnya A350 untuk long haul atau pesawat wide body lainnya. Tapi kalau A320 yang sama dengan Boeing 737, ya lebih baik pilih 737 agar konsisten,” jelasnya.

Pengamat penerbangan lainnya, Alvin Lie, menyoroti faktor waktu tunggu sebagai salah satu pertimbangan strategis Garuda memilih Boeing. 

Ia menyebutkan bahwa masa tunggu pengiriman pesawat Airbus saat ini sangat lama, berkisar antara 5 hingga 8 tahun. 

Sementara itu, Boeing memiliki masa tunggu yang relatif lebih singkat, yakni antara 3 hingga 5 tahun tergantung jenis pesawat.

“Di tengah kebutuhan ekspansi armada, kecepatan pengiriman menjadi faktor penting. Boeing unggul di aspek ini,” ungkap Alvin.

Terkait kekhawatiran publik terhadap isu keselamatan Boeing, Alvin mengakui bahwa citra perusahaan asal AS tersebut memang sempat menurun akibat serangkaian insiden. 

Namun, menurutnya, langkah korektif telah dilakukan secara serius oleh Boeing maupun regulator penerbangan Amerika Serikat. “Pemerintah AS sudah membatasi kapasitas produksi Boeing agar mereka bisa fokus pada kualitas. Ini bagian dari proses pemulihan yang penting,” jelas Alvin.

Gatot pun menambahkan, semua pesawat yang telah mengantongi sertifikat kelaikudaraan dari otoritas penerbangan internasional dapat dipastikan aman. “Apapun jenisnya—Boeing, Airbus, ATR, Comac, bahkan N219 sekalipun—kalau sudah laik terbang, berarti sudah melalui pengujian ketat. Tinggal bagaimana maskapai mengoperasikan sesuai SOP dan regulasi,” pungkasnya.

Keputusan Garuda membeli 50 pesawat Boeing diharapkan mampu memperkuat kinerja operasional maskapai dan mendukung pemulihan industri penerbangan nasional pasca-pandemi. (Sandra). ***

 

 

 

RELATED NEWS