Pemda Flotim Ungkap Kronologi Singkat Kematian Maria Peni Hayon, Salah Satu Pengungsi Asal Nobo

redaksi - Sabtu, 27 Januari 2024 15:32
Pemda Flotim Ungkap  Kronologi Singkat Kematian Maria Peni Hayon, Salah Satu Pengungsi Asal NoboWarga mendoakan Maria Peni Hayon salah satu pengungsi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki asal Nobo yang meninggal dunia. (sumber: Istimewa)

LARANTUKA  (Floresku.com) – Pemerintah Daerah Kabupaten Flores Timur (Flotim) melalui Dinas kesehatan mengeluarkan pers rilis resmi tentang kronologi singkat kematian Maria Peni Hayon (70), salah satu pengungsi akibat erupsi Gunung Api Lewotobi Laki-Laki.

Diberitakan sebelumnya Maria Peni Hayon warga Desa Nobo, Kecamatan Ile Bura menghembuskan nafas terakhirnya di Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante Maumere, Kabupaten Sikka, pada Kamis, 25 Januari 2024 malam, karena gangguan pernafasan.

Sebelum meninggal Maria Peni Hayong bersama keluarga sempat mengungsi ke Desa Konga, Kecataman Titehena sejak tanggal 01  hingga 15 Januari 2024. Maria juga dikabarkan sedang mengidap penyakit pernafasan atau Asma.

Berdasarkan pers rilis yang diterima oleh awak media ini dari Kadis Kominfo Flores Timur Hironimus Lamawuran pada Jumat, (26/01), sebelum meninggal Maria Peni Hayon sempat mendapatkan perawatan medis dari petugas kesehatan di Posko Konga.

Dijelaskan dalam pers rilis, pada tanggal 15 Januari 2024 ibu Maria Peni Hayon dijemput untuk menginap di salah satu rumah warga Konga dengan alasan hujan angin dan ibu Maria Peni Hayon dengan riwayat sesak nafas.

“Lalu pada tanggal 21 Januari 2024 Pukul 14.15 Wita Ibu Maria Peni Hayon datang ke Pos Kesehatan Konga dengan keluhan sesak napas kurang lebih selama 4 hari belakang, seta batuk pilek,nyeri ulu hati, dan napsu makan menurun,” kata mereka.

Selanjunya petugas kesehatan melakukan pemeriksaan terhadap pasien Maria Peni Hayon dengan hasil,  TTV: TD 140/70 mmHg, Nadi 90× / menit , Suhu 36 , SP02 87 -99 %. Lalu  pukul 14.20 Wita Pasien dilayani Nebulisasi Ventolin + Nacl 1 : 4 ml.

“Namun pada pukul 14.30 Wita Pasien muntah berwarna hitam darah bercampur lendir ( Stop Nebulisasi) dan pada Pukul 14.35 Wita Maria Peni Hayong dipasangi Infus RL 20 TPM.,” sebut Dinkes Flotim yang termuat dalam pers rilis.

Berselang lima menit tepatnya pada pukul 14.40 Wita pasien kembali mendapat Injeksi Ranitidine 50 mg/IV dan Ondan 4 mg/ IV layani cambusit 1 tablet,  dan dilayani pemasang 0₂ ( Oksigen) 3 LPM.

“14.50 WITA antar ke IGD Boru, untuk mengambil rujukan ke Rumah Sakit St. Gabriel Kewapante dan pada Pada Tanggal 25 Januari 2024 Pukul 23.45 WITA pasien meninggal dunia,” demikian isi pers rilis . (Mardat). ***

RELATED NEWS