Pesan Inspiratif: Yesus Melihat dan Menguji Ketulusan Hati Manusia
redaksi - Minggu, 14 Desember 2025 21:47
Pater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
Yesus berpegang teguh pada kebenaran. Yesus mewartakan dan hidup dalam kebenaran. Sebaliknya para imam kepala dan pemuka bangsa Yahudi yakin bahwa mereka adalah pemilik kebenaran.
Para pemimpin agama Yahudi merasa terganggu. dengsn kehadiran, pengajaran dan tindakan Yesus yang penuh kuasa. Bahkan mereka merasa tidak berdaya berhadapan dengan Yesus.
Ketika melihat Yesus yang mengajar di Kenisah Yerusalem mereka mempersoalkan kuasa Yesus untuk mengajar di dalam Kensisah, mengusir para pedagang dari pelataran bait Allah. Bahkan Yesus menyebut bait Allah sebagai Rumah BapaNya.
Mereka bertanya kepada Yesus, "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepadaMu", (Mat 21:23).
Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka. Sebaliknya Yesus mengajukan pertanyaan tandingan untuk menguji ketulusan dan kejujuran mereka.
Yesus minta mereka agar menjawab pertanyaanNya sebagai syarat agar Yesus bisa menjawabi pertanyaan mereka.
Tetapi, ternyata mereka tidak mau menjawab pertanyaan Yesus bukan karena tidak tahu melainkan karena tidak mau mengakui pembaptisan Yohanes yang justeru berasal dari Allah. Karena itu, mereka menjawab tidak tahu.
Menanggapi ketertutupan hati dan kemunafikan para pemimpin agama Yahudi maka Yesus juga tidak mau menjawabi pertanyaan mereka.
Yesus tidak mau menjawab pertanyaan mereka karena Yesus tidak mencari popularitas dan juga karena mereka bukanlah pencari iman.
Selain itu, mereka tidak akan percaya kepada Yesus jika Yesus sampaikan kepada mereka kuasaNya. Karena mereka hanya mau mencobai Yesus.
Sebagai pengikut Yesus sering kita bersikap dan bertindak seperti para pemimpin agama Yahudi. Kita datang kepada Yesus hanya untuk mencobai Yesus.
Ketika hadapi masalah, kesulitan atau jatuh sakit lalu kita datang kepada Yesus untuk mohonkan kuasaNya dengan syarat. Jika ada jalan keluar atau sembuh maka kita percaya kepadaNya, dan jika tidak maka kita tidak percaya.
Iman yang bersyarat tidak pantas bagi seorang beriman sejati. Iman kita kepada Allah hendaknya tulus. Dan iman yang tulus sungguh berkenan kepada Allah.
Semoga kita selalu berusaha membagun iman yang tulus dan sejati. Kita tidak boleh mencobai Tuhan dan kuasaNya. Sebab kita hanyalah manusia yang sungguh bergantung pada Allah dan kuasaNya.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!
Kewapante, 15 Desember 2025

