Potensi Wisata Sejarah Desa Watuliwung: Jejak Raja, Kolonial, dan Perang Dunia II

redaksi - Kamis, 13 November 2025 16:38
Potensi Wisata Sejarah Desa Watuliwung: Jejak Raja, Kolonial, dan Perang Dunia IISumur Tua Wairhubing (kiri) dan Goa Jepang (sumber: Silvia)

WATULIWUNG (Floresku.com) - Desa Watuliwung di Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, menyimpan kekayaan sejarah yang layak dikembangkan sebagai destinasi wisata edukatif. 

Di desa ini masih berdiri sejumlah situs penting yang merekam perjalanan panjang peradaban, mulai dari masa kerajaan lokal hingga era kolonial dan pendudukan Jepang.

Salah satu situs bersejarah tertua adalah Sumur Tua Wairhubing, yang dibangun sekitar tahun 1904 atas perintah Raja Nairoa. 

Saat itu, sang raja memerintahkan pembangunan tujuh titik sumur untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat. Dari tujuh sumur tersebut, kini hanya satu yang masih tersisa dan terpelihara baik. Sumur ini menjadi sumber kehidupan warga serta menjadi cikal bakal nama Dusun Wairhubing.

Warga menelusuri Goa Jepang, salah satu situs dan destinasi  sejarah di Desa Watuliwung 

Selain itu, di Dusun Wetakara terdapat Sekolah Dasar dan bak air berarsitektur Belanda yang dibangun pada tahun 1917.

 Bangunan ini mencerminkan gaya kolonial khas Hindia Belanda dan menjadi saksi sejarah pendidikan di wilayah Watuliwung. 

Di sekitar kawasan ini juga berdiri Wisung Fatima Wetakara, yang memperkuat identitas spiritual masyarakat setempat.

Menariknya, Watuliwung juga memiliki peninggalan masa Perang Dunia II, yakni Goa Nippon di Dusun Watuliwung, dibangun pada tahun 1943 oleh pasukan Angkatan Udara Dai Nippon. 

Goa ini memiliki dua pintu, dua kamar utama (komando dan penyimpanan senjata), serta pos jaga di pintu keluar. Sekitar 50 meter dari lokasi tersebut terdapat goa lain yang digunakan sebagai tempat persembunyian mobil Jeep komandan dan gudang logistik.

Seluruh kompleks goa ini terletak di bawah Bukit Bungat, sebuah titik strategis dengan pandangan luas ke arah pantai utara Flores. Dari sana, pasukan Jepang dapat memantau pergerakan sekutu, dengan senjata penangkis udara yang disamarkan oleh tanaman sayuran.

Penjabat Kepala Desa Watuliwung, Yosvendtus Kondrad Kotten, S.M., menyebutkan bahwa kekayaan situs bersejarah ini menjadi modal penting untuk pengembangan wisata sejarah dan edukasi. 

Ia berharap pemerintah daerah dan masyarakat dapat bersinergi dalam menjaga dan mengelola peninggalan leluhur serta situs kolonial ini sebagai aset wisata budaya yang berkelanjutan. (Silvia). ***

RELATED NEWS