PUISI-PUISI Irfan Limbong: Terminal dan Pasar Senggol
redaksi - Kamis, 18 Agustus 2022 21:57Terminal - Mengenang Terminal Ende, Kotaku
Ruang tunggu yang sunyi bak TPU kebon jeruk
Tirus tanpa sebuncit uang saku
Hening tanpa suara jilbab yang ditepuk angin
Yang terendam terik matari di persimpangan adalah Brori
Kernet angkot Ende-Nangapanda, Sarjana ceking yang di ikat belis
Anak pengemis pelebur becek hujan dengan kaki tanpa garis kaki
Supir playboy mengiris siang dengan parang kusut Patimura
Gadis-gadis hits membangun putih tenda polusi di ketiak mereka
Aku mengadu di bawah telapak kaki Bung Karno
Memasangi teropong di dua mata tuanya
Menyibak jauh belantara Ende
Memimpikan mimpi yang menikahi sepasang mimpi
Tiba-Tiba putus sekolah
Sarjana-Sarjana tak punya Kerja
Pasar Senggol
Sirih pinang yang pucat
Memesan minggu penuh keringat di pagar wilcon gigimu
Seperti tarian cacing dalam gelas cap mawar
Mengeram di kepala, di hatimu yang mendidih
Di pecah tumitmu yang menyimpan kelam garis kehidupan
Aku tak pernah memesan ubi cincang
Yang di cabut dari dalam mulut ikan
Terbungkus kuning daun kelor yang di paksa tetap tegar
Tuhan....
Jika sekompi dagangan itu tak laku lagi dan lagi
Salahkah mereka tikam mati sial takdir Mu?
*Irfan Limbong atau Ahmad Irfan, Sarjana Sastra Inggris dari Universitas Putra Batm. Irfan berasal dari Ende, NTT, tinggal di Mataram, NTB.