Ratusan Pekerja Migran Asal NTT Tewas Setiap Tahun, Gaby Sola Tawarkan Solusi Alternatif Seperti Ini

redaksi - Jumat, 13 Januari 2023 18:05
Ratusan Pekerja Migran Asal NTT Tewas Setiap Tahun,  Gaby Sola Tawarkan Solusi Alternatif Seperti IniGaby Sola (kiri) dan peti jenazah PMI asal NTT (sumber: Istimewa)

JAKARTA (Floresku.com) – “Minggu kedua Januari 2023, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai lagi terima jenazah pekerja migran. Ada 4 jenazah PMI asal NTT berasal dari Sikka, Flores Timur, Malaka dan Lembata,” begitu Gabriel Sola Goa, Ketua Dewan Pembina PADMA Indonesia membuka obrolan dengan Floresku.co, Jumat (13/1), siang.

Pria yang akabr disapa Gaby Sola itu mengatakan, “sedih dan mengharukan mendengar laporan dari Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) NTT bahwa per  tahun 2022 ada  106 pekerja migran asal NTT yang pulang dalam keadaan meninggal dalam rupa jenazah”

Dari 106 PMI tersebut, dia menambahkan,  terdapat 105 orang berangkat secara non prosedural sedangkan 1 orang tercatat riwayat berangkat melalui skema posedural atau penempatan resmi. 

Namun demikian semua jenazah dapat tertangani, yaitu 99 jenazah dimakamkan di daerah asal di NTT, 4 jenazah dimakamkan di negara penempatan, 1 jenazah dimakamkan di dalam negeri di luar daerah NTT, sedangkan 2 jenazah lainnya sedang dalam proses.

Gaby menerangkan, sebetulnya PMI asa NTT di negeri jiran Malasyia selama tahun 2-22  ada 108. 

“Ada dua orang yang belum masuk data BPMI NTT  karena mereka akibat penyakit tertentu sehingga  harus dimakamkan segera di Malaysia,” katanya.

Mirisnya, kata Gaby lagi, dari 108 pekerja migran asal NTT yang meninggal di negeri jiran Malaysia itu, hanya satu orang adalah pekerja mingran melalui jalur prosedurar, sedangkan 107 lainnya, non procedural.

Meski angka kematian PMI asal NTT tahun 2022 terbilang tinggi, tetapi terjadi sedikit pengurangan dibandingkan pada Tahun 2021.  Pada tahun 2021, terjadi 121 kasus kematian pada Tahun 2021.

CNN edisi 19 Desember 2022 melaporkan, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mengungkapkan sebanyak 624 pekerja migran Indonesia (PMI) asal Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal dunia di luar negeri dalam kurun waktu 2017-2022.

Hal itu diketahui dari hasil pemantauan situasi HAM (monitoring based on human right situation) terkait fenomena meningkatnya jumlah kematian pekerja migran yang dilakukan oleh lembaga tersebut.

"Dalam kurun waktu 2017-2022, sebanyak 624 pekerja migran asal NTT meninggal dunia," kata Komisioner Komnas HAM Anis Hidayah dalam keterangan tertulis, Senin (19/12).

Anis juga menyebut Komnas HAM menerima 257 aduan terkait dengan PMI dalam kurun waktu 2020-2022. 

Kasus yang diadukan antara lain terkait pemenuhan hak-hak pekerja migran seperti gaji tidak dibayar dan klaim asuransi bermasalah.

Berkolaborasi untuk rebranding PMI asal NTT

Ketika ditanya mengapa kasus kematian PMI asal NTT terjadi secara berulang, Gaby menjawab, kalau dibilang akar masalahnya  adalah kemiskinan, itu jawaban yang klise.

Menurut dia akar masalahnya yang lebih riil adalah karena Pemerintah Provinsi NTT dan Pemkab/Pemkot di NTT tidak serius memberdayakan Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI) melalui BLK PMI dan mengurus prasyarat CPMI NTT melalui Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA). 

Menurut Gaby,  UU Nomor 18 Tahun 2017 tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia mewajibkan Provinsi dan Kabupaten/Kota membangun BLK PMI(Balai Latihan Kerja Pekerja Migran Indonesia) untuk mempersiapkan kompetensi dan kapasitas PMI sesuai job order 

UU tersebut juga  mengamanatkan supaya  LTSA PMI (Layanan Terpadu Satu Atap Pekerja Migran Indonesia) menyelenggarakan pengurusan kelengkapan prasyarat administrasi dokumen resmi, pemeriksaan kesehatan, asuransi kesehatan dan jiwa serta job order yang betul di negara tujuan berdasarkan informasi akurat Perwakilan RI di Luar Negeri agar tidak terjebak Mafiosi Human Trafficking

Namun,  ternyata sampai saat ini, di NTT hanya ada 4 BLK PMI di Kupang yakni 1(satu) milik Provinsi NTT dan 3( tiga) milik swasta yakni P3M I(Perusahaan Pengerah Pekerja Migran Indonesia).

Sedangkan LTSA PMI yang dibangun Kemnaker ada 4(empat) yakni di Maumere, Kabupaten Sikka, Kabupaten Kupang, Kota Kupang dan Tambolaka, Kabupaten Sumba Barat Daya.

“Ada dugaan kuat bahwa BLK-BLK tersebut belum berjalan maksimal bahkan terbengkalai,” ucap Gaby, gemas.

Dalam Program VicJos,  kata Gaby, ada rencana mau bangun BLK di setiap kabupaten, tetapi belum diwujudnyatakan samassekali. 

Oleh karena itu,  kata Gany lagi,   perlu keseriusan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se NTT untuk mempersiapkan CPMI (Calon Pekerja Migran Indonesia) yang memiliki kompetensi dan kapasitas melalui BLK PMI dan prosedural melalui LTSA PMI berkolaborasi dengan Lembaga-lembaga Agama, Perusahaan ,LSM, Sekolah Vokasi dan Politeknik serta Perguruan Tinggi bersama Pers.

Kolaborasi tersebut dimaksudkan untuk  rebranding  PMI asal NTT sehingga dikenal sebagai PMI yang unggul, bukan PMI asaj jadi.

Desakan PADMA Indonesia

Gaby mengatakan, terpanggil untuk mencari solusi bersama atasi Human Trafficking di NTT dan Rebranding PMI NTT ke depan, Lembaga Hukum dan Ham PADMA Indonesia (Pelayanan Advokasi untuk Keadilan dan Perdamaian Indonesia) anggota jaringan Zero Human Trafficking Network dan Jaringan Nasional Anti TPPO (JarNas Anti TPPO) telah mengambil sikap jelas.

 PADMA Indonesia, jelas Gaby, telah menyatakan dengan tegas bahwa, pertama, mendesak Gubernur NTT dan Bupati/Walikota se-NTT segera berkolaborasi dengan Lembaga Agama dan Swasta untuk membangun BLK PMI dan LTSA PMI di kantong-kantong migrasi secara serius dan menjadi skala prioritas dalam Rencana Aksi Daerah karena NTT Darurat Human Trafficking.

Kedua, mendesak Gubernur NTT dan Bupati/Walikota seNTT segera mengeluarkan PerGub dan PerBup/PerWalkot tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan Orang sebagai implementasi serius Perpres Nomor 22 Tahun 2021 tentang Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan TPPO.

Ketiga, melakukan sosialisasi pencegahan Human Trafficking dan Migrasi Aman secara masif ke desa-desa di NTT berkolaborasi serius Pentahelix (Pemerintah, Akademisi, Rakyat, CSO dan Pers).

Keempat, kolaborasi Pentahelix melakukan GEMA HATI MIA(Gerakan Masyarakat Anti Human Trafficking dan Migrasi Aman)mulai dari Desa sejak tahun 2023. "$toP Bajual Orang NTT!,” Gabriel Goa.

Misionaris awam

Solusi alternatif yang perlu dipikirkan adalah memanfaatkan jaringan gereja untuk membuka kerja sama  GtoG (antarapemerintah) dengan negara-negara lain di dunia, terutama di Eropa, Kanada,  Amerika Serikat dan Australia.

“Kita orang NTT perlu memanfaatkan jaringan gereja tersebut,” tandasnya.

Untuk maksud itu,  dia menerangkan,  NTT harus meningkatkan kualitas lembaga pendidikan dan pelatihannya guna mendidik dan melatih CPMI sehingga memiliki komptensi dan skills yang memenuhi standar untuk bekerja di negara-negara Eropa, Kanada, Amerika Serikat  atau pun Australia.

 Sebab, di negara-negara tersebut lowongan untuk bekerja di pabrik, atau rumah sakit sangat terbuka lebar. 

‘Pemerintah Jerman misalnya, sangat membuka diri untuk pola kerja sama demikian,” katanya.

Cara yang lain, adalah meniru praktik yang dilakukan oleh gereja Katolik Filipina melalui institusi yang disebut  ‘The Philippine Catholic Lay Mission.’

‘Sudah sejak era 1990-an gereja Katolik Filipina juga mengirimkan misionaris awam dengan keahlian tertentu ke negara-negara tujuan misi,” katanya. 

Belajar dari gereja Katolik Filipinai, gereja Katolik di NTT, baik keuskupan dan ordo religius-misioner,  perlu memanfaatkan jaringan dengan gereja di kawasan Eropa, Amerika Utara (Kanada dan Amerika Serikat), dan juga Australia serta Selandia Baru’

Sebetulnya, kata dia, peluang ini sangat terbuka mengingat kehidupan menggereja di kawasan tersebut  di atas mulai merosot. 

‘Gereja Katolik NTT dapat mengirim PMI yaitu orang awam Katolik atau katekis yang dipersiapkan secara baik sehingga mendukung para imam dan biarawan-biarawati Katolik melakukan re-evangelisasi kawasan Eropa, Amerika Utara dan Australia itu. 

Untuk maksud itu, gereja Katolik NTT, wajib meningkatkan kualitas pendidikan keagamaannya supya membekali supaya calon misionaris awam memiliki  komptensi yang bagus dan keahlian yang tinggi sehingga siap bekerja di lingkup gereja  di Eropa, Amerika Utara, dan Australia.

“Jika banyak PMI asal NTT bisa bekerja di negara-negara tersebut, maka pendapatannya akan jauh lebih baik, daripada menjadi PMI di Malaysia,” ujarnyanya.

Dengan kata lain, orang NTT harus berpikir alternatif, supaya tidak lagi mengirim PMI-nya ke Malaysia, tetapi ke kawasan yang dapat memberikan pendapatan jauh lebih besar. 

Melalui rebranding BP3MI dan mengembangkan strategi alternatif pengiriman PMI seperti iti,  kita dapat menekan atau meminimalkan jumlah kematian PMI kita,” pungkasnya. (MAP)***

Editor: redaksi

RELATED NEWS