Ratusan Petani Waesano Lawan Proyek Geothermal dengan Tanam Pohon Buah-Buahan

redaksi - Jumat, 11 Februari 2022 21:49
Ratusan Petani Waesano Lawan Proyek Geothermal dengan Tanam Pohon Buah-BuahanWarga Desa Wae Sano menanam pohon buah-buahan di lahan yang ditargetkan jadi lokasi pembangunan proyek geothermal sebagai aksi penolakan terhadap proyek geothermal. (sumber: Tedy N.)

WAE SANO (Floresku.com) - Ratusan Petani Waesano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat menggelarkan aksi melawan proyek Geothermal dengan menanam pohon buah-buahan, Jumat, 11 Februari 2022.

Salah satu warga Waesano, Maria Yuliana Frida menyampaikan bahwa aksi menaman itu sebagai bentuk perlawanan mereka terhadap proyek geothermal, mereka hidup nyaman bertahun-tahun di desa itu karena berbagai hasil tanaman.

"Aksi ini sebagai bentuk perlawan kami warga Waesano terhadap hadirnya Geothermal, karena kami hidup bahagia selama ini dari hasil tanaman di atas bumi Waesano", katanya.

Ia juga menegaskan agar seluruh rangakain proses menggolkan proyek itu segera dibatalkan, karena mereka berhak hidup bahagia seperti tahun sebelumnya.

"Segera batalkan seluruh tahapan proses proyek Geothermal ini, karena kami berhak hidup bahagia seperti sebelumnya", tegas Frida.

Lima tahun berlalu, sejak tahun 2017, konsolidasi gerakan menyelamatkan kehidupan di Waesano belum ada titik temu.

Suara penolakan dan suara terima terhadap lahirnya proyek itu pun berusia lima tahun.

Argumentasi pro dan kontra yang lahir lewat berbagai macam aksi terhadap kehadiran proyek itu masih berlanjut hingga saat ini.

Warga Desa Wae Sano menanam pohon buah-buahan sambil memperlihatkan spaduk berisi penolakan terhadap proyek geothermal. (Foto; Tedy N.)

Aksi-aksi tersebut, bukan hanya warga Waesano, tapi juga seluruh elemen masyarakat yang turut peduli terhadap kondisi sosial yang dialami oleh warga Waesano.

Salah satu aksi penolakan yang dilakukan oleh ratusan warga di Waesano, yaitu mereka menanam buah-buahan di kebun mereka yang notabene adalah dekat titik pengeboran, jaraknya sekitar dua meter.

Pada mulanya, lokasi titik pengeboran itu tepat di kebun salah satu warga penolak, tapi karena pemilik kebun itu konsisten untuk menolak, akhirnya titik pengeboran itu digeser dua meter dari kebun penolak itu.

Meskipun demikian, warga tetap bersikeras melawan dengan cara menanam buah-buahan di kebun dekat titik pengeboran itu.

Berdasarkan pantauan media ini pada Jumat, 11 Februari 2022, terdapat ratusan warga menanam berbagai jenis buah-buahan di kebun mereka.

Bapak-bapak sangat aktif membersihkan kebun dengan menggunakan alat seadanya. Sedangkan ibu-ibu sibuk menanam beberapa buah-buahan, salah satu yang paling dominan adalah buah Naga.

Para petani itu sungguh meyakini bahwa buah-buahan yang mereka tanam mampu membuat mereka hidup bahagia, karena selain mereka memakan hasil panen buah-buahan itu, tanah leluhur mereka juga tidak akan hilang hingga anak dan cucu mereka.

Lebih dari itu, aksi menanam itu mau menegaskan bahwa para petani itu menolak keras Geothermal dengan menanam. Karena dengan menanam hasil bumi, hidup dan lingkungan hidup mereka tetap aman, seperti air selalu ada dalam jumlah yang cukup, sajian udara yang sehat dan juga tanah yang subur.

Namun, mereka membayangkan, jika Geothermal itu terjadi, maka besar kemungkinan relasi yang sudah dibangun lama antara manusia dan alam akan menjadi kenangan saja. Seperti di beberapa tempat di mana proyek Geothermal itu menghancurkan hasil pertanian dan kesehatan Warga serta seluruh binatang peliharaan. (Tedy N.)

RELATED NEWS