RENUNGAN KATOLIK, Selasa, 13 April 2021: "sed erant illis òmnia commùnia" - Kis 4:32

redaksi - Senin, 12 April 2021 22:29
RENUNGAN KATOLIK, Selasa, 13 April 2021: "sed erant illis òmnia commùnia" - Kis 4:32P Kons Beo (sumber: null)

Oleh: P. Kons Beo, SVD

(Pekan II Paska - St Martinus I, Paus)

Bacaan I Kisah Rasul 4:32-37.
Mazmur 93:1ab.1c.2.5
Injil Yohanes 3:7-15

Tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan bersama mereka

BERAPAKAH energi yang terkuras demi sesuatu yang ingin dipunyai? Kerja, usaha, perjuangan, berkeringat pada intinya adalah untuk mendapatkan sesuatu. Demi kelangsungan hidup. Sesuatu yang amat wajar. Bahkan mesti jadi satu keharusan.

KITA tentu gerah akan yang tak bekerja.  Yang tak 'mengumpulkan bersama.' Yang sibuk dengan hal-hal yang tak  berguna. Yang biarkan berlalu begitu saja waktu dan segala potensi. Tanpa usaha dan kerja keras. Jelas karena  itulah ada suara tegas dari Rasul Paulus, misalnya, "jikalau seseorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan" (cf 2Tes 3:10).

KISAH hidup awal para murid Yesus bentangkan satu cara pandang dan sikap hidup sedemikian radikal. Ada 'kerja bersama, ada kumpulkan bersama dan ada nikmati bersama.' Tidak penting seberapa banyak yang dikumpulkan oleh masing-masing anggota. Tetapi yang jelas, siapapun dapat menikmati sesuai kebutuhannya (cf Kis 4:35).

ITU berarti yang 'mengumpulkan banyak tak boleh terlalu percaya diri akan segala lebihnya itu. Apalagi bila mesti merasa berhak untuk bermegah di atas yang kurang bahkan tak (sanggup lagi) memberi. Karena toh, semua yang diperoleh masing-masing telah diletakkan di depan kaki rasul-rasul (Kis 4:35).

RASUL-RASUL tentu tak sedang matikan 'hak-hak pribadi.' Tetapi bahwa ada satu sikap hati yang lain. Itulah gairah hati demi kebaikan dan kehidupan bersama. Hidup bersama menjadi ceriah saat setiap murid bebas dan ikhlas melepaskan dan ceriah bahwa ada yang mempergunakan sesuatu kebutuhannya.

KEMENDESAKAAN serta kebutuhan nyata dan apalagi bersifat darurat mesti menjadi kekuatan yang meruntuhkan apa yang diusahakan dan dikumpulkan demi diri sendiri. Karenanya, hati yang ikhlas memberi, berbagi, bagi para murid adalah satu sukacita injili. saat segala bisa 'rintangi hati' telah terlewati.

KITA pasti tidak dipaksa memberi hanya di saat darurat. Walau hal itu tentu amat berarti. Karena, kemurahan hati tidak boleh lahir dari cuma karena kegiatan atau situasi darurat. Murah hati atau hati yang ikhlas  memberi selalu mengalir dari ruang dalam batin bebas merdeka. Yang telah menjadi satu 'tradisi batin' yang elok.

HIDUP ini bukanlah semua ajang pameran dari segala kelimpahan yang kita dapati dari usaha dan pekerjaan. Bukanlah pula satu tindakan 'senyap untuk menimbun.' Yang akhirnya harus bikin kepikiran bagaimana harus mendirikan 'menara jaga' agar jangan diintip dan diserang 'musuh.'

SEKIAN banyak orang sungguh tampil sebagai pekerja tangguh. Mereka mengumpulkan banyak. Namun mereka hidup apa adanya dalam kesederhanaan. Tak terjerat oleh hati gelisah. Karena mereka tahu apa artinya memberi dan berbagi kepada yang lain. Sikap hati memberi, mendermakan tentu mesti menjadi paket formasi nilai dalam ruang lingkup hidup kita.

Verbo Dei Amorem Spiranti

Tuhan memberkati.
Amin

RELATED NEWS