Suara Merdu Guru-Guru SDK Ruteng VI Semarakkan Misa Inkultarasi di Katedral Ruteng
redaksi - Selasa, 22 Februari 2022 12:30
SABTU, 19 Februari 2022, saya mengikuti Misa atau perayaan Ekaristi Kudus di Katedral Ruteng. Ini jadi perayaan ekaristi pertama saya di Gereja Katedral Ruteng.
Maklum, meski saya adalah seorang Katolik, tapi saya bukan umat paroki Katedral.
Sebelum masuk gereja megah milik umat Katolik sekeuskupan Ruteng itu, di depan gereja sudah tersedia tempat cuci tangan dan pengukur suhu.
Dua barang itu menandakan bahwa gereja sangat mematuhi anjuran pemerintah soal protokol kesehatan. Salut!
Saya agak kuaatir ketika melakukan pengecekkan suhu. Kwatir jika suhu tubuh saya melebihi batas normal. Sekalipun, saya merasa badan saya tidak bermasalah. Kuatir saja, sebab dua jam sebelumnya, saya berada di dekat para pelajar dari Rahong Utara yang terkonfirmasi positif Covid-19. Untungnya, semuanya normal, petugas membolehkan saya masuk rumah Tuhan.
Duduk di lantai atas, persis di tempat anggota paduan suara
Saya masuk ke dalam gereja melalui pintu di sisi kiri gereja. Langkah kaki saya mengikuti seorang pria paruh baya. Saya menaiki beberapa anak tangga, dan tibalah saya di lantai dua yang berhadapan dengan Altar Tuhan. Duduk bersama anak-anak, yang belakangan saya tahu bahwa mereka adalah siswa siswi dari SDK Ruteng VI.

Bangku panjang dalam gereja itu hanya boleh buat tiga orang. Tidak boleh lebih. Kalau paksa kan malu diliatin anak-anak lain. Sejak dari luar gereja hingga dalam gereja benar-benar menjalankan protokol kesehatan ketat. Semua bermasker. Lengkap sudah.
Di tempat ini, saya duduk di bangku agak belakang, di tempat paling tinggi. Jangkauan pandang sangat luas hingga meja Altar yang kelihatan kecil dari jarak saya duduk.
Situasi mulai hening, lewat pengeras suara, saya mendengar suara wanita yang mengajak umat dalam gereja untuk mengikuti ekaristi.
Misa inkulturasi. Suara yang masuk ke telinga saya. Mendengar kata inkulturasi saya coba mengeluarkan buku kecil yang saya dapatkan di halaman gereja dari petugas. Buku panduan misa.
Halaman depan buku kecil itu ada tulisan "Pepil Rame Misa" (Tata Perayaan Ekaristi).
Sekelompok orang di depan saya sontak berdiri, bapak-bapak dan ibu-ibu. kompak mengenakan baju putih, plus dengan lipa songke, tenunan Khas Manggarai. “Pas sudah gumamku. Misa Inkulturasi.”
Ekaristi dimulai. Seorang ibu dengan rambut sebahu, sangat Cantik dengan balutan lipa songke. Ia Maju menuju mimbar kecil, memimpin rekan-rekannya. Rupanya ibu ini dirigen (Pemimpin Koor). Benar saja, lagu pembuka berbahasa Manggarai dengan iringan bunyi gong dan gendang menambah semarak suasana perarakan. Tentu juga suara merdu anggota Koor.
Sementara itu, di kejauhan tampak terlihat kelompok anak-anak dengan balutan Songke berarakan menuju altar suci.
Di belakang mereka, para misdinar dan tentu sang Imam, pemimpin Ekaristi Misa Inkulturasi sore ini.
Imam membuka misa inkulturasi dengan tentunya bahasa Manggarai. "Le ngasang de Ema agu de Anak agu de Nai Nggeluk." Yang kemudian seisi gereja serempak menjawab Amen.
Lengkingan suara anak-anak SDK Ruteng VI di dekatku membuyarkan konsentrasi.
Ritus demi ritus ekaristi berjalan lancar dan semuanya menggunakan bahasa Manggarai. Sesekali sang imam dalam khotbahnya menggunakan dialeg Kolang. Ia pun berpesan agar manusia selalu mampu momang ata sot toe momamg ite (mengasihi musuh).
Lantunan suara emas bapak-ibu guru kembali berkumandang mengiringi anak-anak SDK Ruteng VI menari lenggak lenggok dalam balutan busana adat Manggarai menuju Altar. Mereka mengantarkan persembahan kudus ke hadapan Tuhan sang Pencipta.
Sangat fasih dan lantang seorang anak SDK Ruteng VI itu menyampaikan permohonan Torok di hadapan imam. Sementara itu, kelompok koor bapak dan ibu guru SDK Ruteng VI juga makin bersemangat melantun lagu-lagu Manggarai.
Seusai Misa Inkulturasi, Kepala SDK Ruteng VI, Ibu Gere Rofina dalam obrolan singkat mengaku bangga dengan kekompakan guru-guru dan anak-anak SDK Ruteng VI.
"Saya puas, kami hari ini bjsa tampil maksimal, Koor yang indah dan semangat anak-anak kami. Bangga dengan ini semua," cetusnya dengan wajah senyum sumringah.
Lebih jauh, Rofina menjelaskan bahwa misa inkulturasi ini penting agar umat terutama anak-anak di Sekolahnya (SDK Ruteng VI) tidak mudah lupa dengan warisan budaya Manggarai, terutama doa Bahasa Manggarai. Selamat Belajar generasi Bangsa. Mendunialah dengan Kemanggaraianmu.***
Oleh: Teryy Janu.