Tekan Risiko Bencana, BPBD Manggarai Bersama WVI Gelar 'Pelatihan Pengembangan Sekolah Siaga Bencana' di Dua Sekolah Dasar Inpres
redaksi - Minggu, 02 April 2023 11:37RUTENG (Floresku.com) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai bersama Wahana Visi Indonesia (WVI) menggelar pelatihan siaga bencana bagi para guru dan siswa serta perwakilan orang tua siswa di dua Sekolah Dasar Inpres (SDI) di wilayah Kabupaten Manggarai, yaitu SDI Perak dan SDI Wangko.
Kegiatan yang melibatkan Puspas -WVI Keuskupan Ruteng dan Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Manggarai ini digelar untuk menekan resiko tinggi yang ditimbulkan oleh bencana alam.
Hal ini sangatlah penting mengingat bahwa kedua lembaga pendidikan Sekolah Dasar Inpres tersebut dicatat sebagai sekolah yang terpapar bencana alam tanah longsor dan angin kencang pada Januari dan Februari 2023.
Koordinator WVI AP Manggarai, Hilaria K. Meot mengatakan bahwa, sebagai yayasan kemanusiaan yang berfokus pada kesejahteraan anak, dengan pendekatan pengembangan tranformasional, advokasi dan tanggap bencana, Wahana Visi Indonesia (WVI) tentunya terus berupaya mendukung Pemerintah Kabupaten Manggarai.
Salah satunya adalah memastikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi anak-anak dan masyarakat pada umunya termasuk dalam konteks kebencanaan.
"Karenanya, kegiatan pelatihan ini juga tentunya diharapkan bisa membantu anak-anak dan masyarakat Manggarai pada umumnya dalam meminimalisir adanya resiko tinggi ketika terjadi bencana," ujarnya.
Pada tempat yang sama, Lusty Budiman sebagai narasumber dari Disaster Risk Reduction (DRR) Specialist Wahana Visi Indonesia dalam pemaparannya menyebutkan tiga pilar utama yang perlu diperhatikan oleh pihak sekolah guna mencapai satuan pendidikan yang aman bencana.
"Pertama, fasilitas sekolah yang aman. Kedua, adanya management bencana di sekolah. Dan pilar ketiga adalah adanya pendidikan pengurangan resiko bencana di sekolah yang dipadukan dengan pembelajaran dan kurikulum sekolah, baik dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kegiatan ekstra kurikuler," cetusnya.
Lebih lanjut, Lusti menegaskan perlunya kerjasama semua komponen sekolah dan semua pihak terkait guna mengembangkan kesiapsiagaan dalam mengurangi resiko bencana dan juga dampaknya bagi masyarakat sekolah.
"Semua komponen di sekolah, baik guru, siswa, komite, orang tua dan semua lembaga dan stakeholder terkait di sekitar sekolah harusya bekerja sama agar bisa mengembangkan kesiapsiagaan di sekolah secara berkala dengan simulasi dan praktek yang pada akhirnya bisa mengurangi resiko serta dampaknya bagi masyarakat sekolah," tegasnya.
Sementara itu, Ardi Husen selaku Kepala Bidang di Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabuapten Manggarai, dalam uraiannya menyebutkan tiga fase yang perlu diketahui dalam penanganan bencana, yaitu pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
"Kegiatan satuan pendidikan aman bencana adalah salah satu tahap yang kita perlu lakukan. Di tahap pra bencana sebagai kesiapsiagaan agar nanti kalau ada bencana masyarakat sekolah sudah siap menghadainya dan bisa meminimlisir korban," katanya.
Sementara itu, Kepala sekolah SDI Perak Paulus Pantur dalam pembicaraannya menyampaikan terima kasih kepada WVI dan pihak Puspas-WVI Keuskupan Ruteng serta BPBD Kabupaten Manggarai yang sudah hadir untuk memberikan sosialisasi tentang sekolah tanggap bencana kepada para guru dan siswa serta perwakilan orang tua siswa di SDI Perak.
Baginya, kegiatan yang diadakan tersebut sangatlah membantu pihak sekolah dan orang tua siswa dalam pengembangan sekolah tanggap bencana.
"Saat terjadi longsor di SDI Perak saya sempat bingung karena tidak tahu mau menghubungi siapa saja dan mencari tim untuk bisa berdiskusi dan mengupayakan bantuan. Namun, dengan adanya dukungan dari WVI dan pihak Puspas-WVI Keuskupan Ruteng serta BPBD Kabupaten Manggarai, kita merasa terbantu sekali, khususnya juga terkait upaya pengembangan tanggap bencana," ujarnya.
Untuk diketahui, potensi bencana di SDI Perak adalah longsor dan di SDI Wangko angin kencang. Di SDI Perak, Desa Perak Kecamatan Cibal terjadi bencana Longsor.
Sebelumnya, di 2 desa ini juga sudah dikembangkan Destana(Desa Tangguh Bencana) dan pembentukan tim PRB desa (Pengurangan Resiko Bencana) untuk ancaman tertinggi yaitu tanah longsor. (Jivansi). ***