Terkait Pernyataan MUI Alor, Padre Marco SVD: ‘Kalau Ada Masalah, Mari Kita Cari Solusi Bersama’

redaksi - Senin, 27 Juni 2022 17:13
Terkait  Pernyataan MUI Alor, Padre Marco SVD: ‘Kalau Ada Masalah, Mari Kita Cari Solusi Bersama’Padre Marco SVD, Vatikan (sumber: Dokpri)

VATIKAN (Floresku.com.com) – Belakangan ini viral di media sosial perihal keberatan sejumlah umat Muslim di Alor atas asap beroma daging babi yang mengepul dari Warung ‘Babi Bakar' El Asamau.

Polemik soal asap beraroma daging babi  itu kembali memanas ketika Ketua Majelis Ulama Islam (MUI) Alor, Muhammad Bere  membuat penegasan bahwa haram hukumnya umat Muslim di daerah ini (Alor, red) mencium atau menghirup asap yang beraroma daging babi.

Berita hasil wawancara yang dilansir Tribanapos.net (Minggu, 26 Juni, 2022) mendapat perhatian masyarakat luas, termasuk dari Padre Marco SVD, anggota  Dikasterium untuk Dialog antar Umat Beragama Kepausan yang berdudukan  di Vatikan, Roma, Italia.

Melalui pesan WhatsApp yang dibagikan ke redaksi media ini pada Senin, 27 Juni 2022 pukul 15.25 WIb, Padre Marco membuat catatan bergini:

"Wacana macam ini mengganggu kebersamaan kita di NTT. Dari dulu kala kita tidak pernah mempersoalkan hal yang begini. Kita orang NTT selalu mengadakan pesta sama-sama, keluarga kita bercampur agama, memasak (makanan) sama-sama, asap mengepul di mana-mana, tidak ada masalah. Tiba-tiba muncul persoalan semacam ini. Ini salah satu contoh dari politik identitas yang  mulai memisah-misahkan (orang NTT).” 

“Pemerintah dan semua pemangku adat  dan tokoh agama serta semua anggota masyarakat harus bekerja sama untuk mulai lebih memperhatikan hingga mencegah dengan cermat dan tegas arus masuknya radikalisme di NTT.”

“Biasanya (radikalisme masuk) karena pengaruh dari luar, baik melalui orang-orang atau kelompok, maupun melalui ideoloi-ideologi yang  disebarkan oleh media soaial dan diterima dan ditelah mentah-mentah.” 

“Politik identitas yang memecah-belahkan yang terjadi di tempat lain, jangan dibiarkan  masuk ke NTT.” 

“Kita harus menjadi diri sendiri, sadar budaya dan kearifan lokal bersama, dan berbagai nilai yang dianuti bersama sejak zaman nenek moyang kita.” 

“Dari dulu kala kita selalu akur dan damai. Kalau ada masalah di antara kita, baiklah kita cari jalan keluar secara damai dalam dialog, dan  kita duduk bersama  dalam iklim persaudaraan, kekeluargaan, penuh pengertian dan rasa hormat.

‘(Kita mesti tunjukan bahwa) ini NTT.” Salam Padre Marco, SVD. ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS