Ternyata, 'Perayaan Imlek ' Hanya di Indonesia karena Adanya Diskriminasi

redaksi - Selasa, 28 Januari 2025 18:15
Ternyata,  'Perayaan Imlek ' Hanya  di Indonesia karena Adanya DiskriminasiKemeriahaan Perayaan Imlek di Indonesia (sumber: Istimewa)

JAKARTA (Floresku.com)  - Di negeri China ternyata tak ada yang namanya ‘Perayaan Imlek’, tetap yang ada dan ikenal masyarakat adalah perayaan Tahun Baru China.

Perayaan Tahun Baru China sendiri memiliki akar sejarah yang sangat panjang dan kaya tradisi.

Berikut ini adalah penjelasan lengkap mengenai sejarah Imlek, mulai dari masa Dinasti Shang hingga perkembangan modern seperti sekarang, berdasarkan laporan dari China Highlight.

Imlek pada Era Dinasti Shang

Imlek pertama kali diyakini muncul pada masa Dinasti Shang, sekitar tahun 1600–1046 Sebelum Masehi (SM), atau lebih dari 3.500 tahun yang lalu.

Pada masa itu, masyarakat mengadakan upacara pengorbanan sebagai bentuk penghormatan kepada dewa dan leluhur.

Ritual ini dilakukan pada awal dan akhir tahun untuk memohon berkah hasil panen sekaligus menyembah alam.

Selain itu, legenda tentang monster Nian juga menjadi bagian dari tradisi Imlek.

Nian digambarkan sebagai monster buas yang menyerang manusia, hewan ternak, dan hasil panen setiap malam tahun baru.

Untuk melindungi diri, masyarakat memasang lentera merah, gulungan kertas merah, serta membakar bambu atau petasan yang dipercaya dapat menakut-nakuti Nian.

Tradisi ini masih dilestarikan hingga kini dalam bentuk dekorasi dan pesta kembang api.

Perkembangan Imlek di Masa Dinasti Han hingga Kini

Pada era Dinasti Han (202 SM–220 M), Imlek mulai diatur berdasarkan kalender lunar Tiongkok dan dikenal sebagai Festival Musim Semi.

Tradisi membakar bambu untuk menghasilkan suara keras menjadi salah satu kegiatan khas pada masa itu.

Ritual Imlek pun mulai berkembang, termasuk membersihkan rumah, makan bersama, hingga acara hiburan, terutama saat memasuki masa Dinasti Wei dan Jin (220–420 M).

Perayaan Imlek semakin meriah pada masa Dinasti Tang hingga Qing, didukung oleh kemakmuran ekonomi.

Selain ritual keagamaan, masyarakat mulai menggelar perayaan seperti pameran lampion, pertunjukan seni, hingga kunjungan ke sanak saudara.

Tradisi ini terus berlanjut hingga era modern dengan penyesuaian sesuai zaman.

Saat ini, Imlek identik dengan dekorasi khas berwarna merah, seperti lentera dan amplop merah (angpao), serta kegiatan sosial yang lebih beragam.

Perayaan Imlek di Indonesia

Menariknya, istilah "Imlek" hanya digunakan di Indonesia.

Di negara asalnya, China, perayaan ini dikenal sebagai Sin Cia atau Tahun Baru Lunar.

Nama "Imlek" berasal dari dialek Hokkien, yang berarti "kalender bulan" (im berarti bulan, lek berarti penanggalan).

Istilah ini muncul akibat larangan penggunaan istilah Mandarin di Indonesia selama masa Orde Baru.

Pada era pemerintahan Presiden Soeharto, perayaan budaya Tionghoa, termasuk Imlek, dilarang melalui Instruksi Presiden No. 14 Tahun 1967.

Hal ini disebabkan oleh kebijakan anti-komunis pemerintah yang melihat kebudayaan China sebagai ancaman ideologi Pancasila.

Akibatnya, masyarakat Tionghoa harus merayakan Imlek secara diam-diam tanpa adanya hari libur khusus.

Namun, diskriminasi ini mulai dihapus setelah runtuhnya Orde Baru.

Presiden B.J. Habibie dan Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mencabut larangan tersebut, sehingga masyarakat Tionghoa kembali bebas mengekspresikan kebudayaannya, termasuk perayaan Imlek.

Meski demikian, jejak diskriminasi yang terjadi selama puluhan tahun masih meninggalkan bekas di masyarakat. (*).

Editor: redaksi

RELATED NEWS