Wisuda Perdana STIKES St. Elisabeth Keuskupan Maumere: Perjalanan Panjang dan Haru Julia Fransiska Lodan Menuju Gelar Sarjana

redaksi - Senin, 24 November 2025 09:35
Wisuda Perdana STIKES St. Elisabeth Keuskupan Maumere: Perjalanan Panjang dan Haru Julia Fransiska Lodan Menuju Gelar SarjanaJulia bersama kedua orang tuanya dan Romo Gabriel Mane (sumber: Dokpri)

MAUMERE (Floresku.com)  — Sabtu (22/11) menjadi momen bersejarah bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) St. Elisabeth Keuskupan Maumere. 

Bertempat di kampus yang berlokasi di Jalan Mapitara, Kelurahan Kabor—tepat di belakang SMA Katolik Santo John Paul II Maumere—lembaga ini menggelar wisuda perdana sejak berdirinya. 

Sebanyak 73 wisudawan resmi dilantik, menjadikan acara ini tonggak penting bagi institusi pendidikan kesehatan milik Keuskupan Maumere tersebut.

Di balik seremoni penuh sukacita itu, terselip kisah perjuangan para mahasiswa, salah satunya Julia Fransiska Lodan, putri Modesta Wea asal Wodomia, Nangaroro, Nagekeo dan Benyamin Rotan dari Boru-Hewa, Flores Timur. 

Julia Fransiska Lodan

Julia adalah salah satu wisudawan yang luar biasa karena meraih indeks prestasi akademik (IPK), 3,89. Oleh karena itu ia  dikalungi selendang merah tua dengan tulisan ‘cum-laude’ atau lulus dengan pujian. 

Nama Julia pun menjadi sorotan karena  perjalanan hidupnya menggambarkan ketekunan, keberanian, dan dukungan cinta dari banyak pihak.

“Wisuda ini merupakan pengalaman pertama dan baru untuk saya. Saya sangat bersyukur bisa sampai di titik ini dan tentu karena ada dukungan dari berbagai pihak, khususnya Om Romo Gabriel Mane yang selalu mendukung saya dan memberikan cinta yang luar biasa. Beliau sosok yang paling peduli dan bijaksana dalam hidup saya,” tutur Julia, menahan haru setelah menerima ijazah.

Selain Romo Gabriel, Julia juga menekankan peran kedua orang tuanya. “Mereka selalu mendukung dan mendoakan saya. Mereka adalah kekuatan terbesar yang membuat saya mampu bertahan,” ujarnya.

Perjuangan dari Wodomia: Dari Pengasuh Anak hingga Menjadi Wisudawati

Kisah Julia tidak dimulai di ruang kuliah—melainkan di rumah tempat ia bekerja sebagai pengasuh anak. Lulus dari SMA Negeri 1 Wulanggitang pada 2020, Julia tidak berani bermimpi untuk melanjutkan pendidikan karena kondisi ekonomi keluarga yang serba pas-pasan. Kesempatan kuliah terasa terlalu jauh, bahkan nyaris mustahil.

Julia Fransiska Kedua dari kiri) Lodan bersama keluarga

Namun hidup membawanya pada perjalanan tak terduga. Ia menerima tawaran untuk menjadi pengasuh anak dan menjalani pekerjaan itu selama dua tahun penuh. 

Dari hasil kerjanya, ia mengumpulkan uang sekitar Rp6 juta. Uang tersebut sebagian ia pakai untuk memeriksakan mata, sementara sisanya ia siapkan sebagai modal awal jika suatu hari kesempatan pendidikan itu datang.

Tahun 2022 menjadi titik balik yang mengubah segalanya. Om Romo Gabriel, yang selama ini menjadi figur penting baginya, menginformasikan mengenai peluang beasiswa KIP Kuliah. 

Julia mencoba peruntungan, mendaftar, mengikuti seleksi, dan akhirnya dinyatakan lolos sebagai penerima bantuan tersebut.

“Saat itu saya langsung berhenti mengasuh anak dan memutuskan untuk kuliah. Itu langkah terbesar dan paling berani yang pernah saya ambil,” kenangnya.

Tantangan dan Air Mata di Bangku Kuliah

Perjalanan kuliah Julia tidak berjalan mulus. Sebagai mahasiswa yang hidup jauh dari keluarga dan berangkat dari keterbatasan, ia sering kali berada pada titik lelah dan nyaris menyerah. Namun Romo Gabriel selalu hadir dengan cara-cara bijaksana untuk menguatkan.

“Kadang saya ingin menyerah, tetapi Om Romo selalu meyakinkan saya bahwa saya bisa. Beliau selalu membuat saya percaya bahwa saya harus maju,” ujarnya.

Dukungan itu pula yang membuatnya terus melangkah hingga tiba di hari wisuda. Ia menyebut momen ini sebagai salah satu pencapaian terbesar dalam hidupnya. “Saya bahagia bisa membuat orang-orang yang paling berharga bagi saya bangga—Om Romo, papa, dan mama.”

Syukuran bersama keluarga dan para frater.

Syukuran Sederhana Bersama Keluarga dan Frater

Tidak seperti tradisi sebagian mahasiswa merayakan wisuda dengan pesta besar dan musik meriah, Julia memilih cara yang lebih sederhana namun penuh makna. Usai acara, ia berkumpul bersama kedua orangtuanya, mama asuh atau ibu kos, adik-adik tingkat dari kampung, serta beberapa frater asal Ute.

“Kami hanya mencari sebuah kafe untuk berkumpul dan bersyukur. Tidak ada pesta atau musik keras. Cukup kebersamaan dan ucapan syukur. Itu lebih dari cukup bagi saya,” kata Julia.

Harapan Seorang Lulusan Baru

Di balik semua kisah perjuangan itu, Julia membawa harapan besar. “Semoga ke depan saya bisa menjadi sosok yang berguna bagi semua orang, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan,” ujarnya.

Wisuda perdana STIKES St. Elisabeth bukan hanya menandai lahirnya angkatan pertama lulusan, tetapi juga menegaskan bahwa pendidikan dapat membuka jalan bahkan bagi mereka yang datang dari keterbatasan. Kisah Julia Fransiska Lodan menjadi bukti bahwa tekad, doa, dan dukungan penuh cinta mampu mengubah masa depan. (Silvia). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS