HOMILI, Hari Minggu Biasa XVB: Mereka Diutus untuk Menghadirkan Kerajaan Allah
redaksi - Sabtu, 13 Juli 2024 17:33MEREKA DIUTUS UNTUK MENGHADIRKAN KERAJAAN ALLAH
(Minggu Biasa XVB: Am 7,12 -15;Ef 1, 3-14; Mrk 6, 7-13)
Ilustrasi:
Seorang dosen dari Amerika Serikat ditugaskan untuk mengajar di sebuah universitas di Jepang. Dosen itu harus menandatangani sebuah perjanjian bahwa selama jam kuliah dia dilarang menggunakan satu kata pun yang berhubungan dengan agama Kristen.
Ia sungguh taat pada perjanjian itu. Tetapi, dalam kesehariannya ia memberi teladan hidup yang baik kepada para mahasiswa, lembaga dan rekan dosen.
Ia ramah dan lemah lembut. Ia sungguh disiplin dalam melaksanakan tugas harian. Ia juga bertanggungjawab dalam melaksanakan tugas akademis.
Setelah beberapa tahun berada di universitas itu, teladan hidupnya sedemikian berpengaruh maka ada sejumlah besar orang, mahasiswa dan dosen, yang secara diam-diam tergerak hatinya dan minta dibaptis menjadi kristen.
Merekalah yang kemudian berusaha mengenal dan mendalami Sabda Allah yang telah diwartakan guru mereka lewat teladan hidupnya. Dan mereka pun menjadi misionaris yang mewartakan Sabda Allah denga kata, sikap dan perbuatan kepada orang-orang Jepang.
Refleksi
Amos adalah orang sederhana, yang bekerja sebagai peternak dan pencari buah ara di hutan. Ia dipanggil Allah dan diutus kepada orang-orang Israel yang keras kepala dan sudah meninggalkan Allah, menyembah berhala serta bersikap dan bertindak tidak adil terhadap sesama yang kecil, miskin dan sederhana.
Sebagai nabi, Amos menyampaikan kritikan, protes terhadap penyalahgunaan agama dan kuasa, ancaman dan peringatan. Amos mengeritik ibadah orang-orang Israel yang sia-sia dan tidak berkenan kepada Allah, karena tidak sejalan dengan hidup moral yang baik.
Ia juga menubuatkan tentang pembunuhan yang akan dialami raja Yeroboam dan pembuangan Israel sebagai akibat kejahatan raja dan penyimpangan bangsa Israel secara umum.
Akibatnya,mereka marah dan Amos diusir. Amazia berkata, “Hai pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah Yehuda. Carilah di sana makananmu, dan bernubuatlah juga di sana”,(Am 7,12).
Tetapi, Amos membela diri dan misi perutusannya. Dia bernubuat bukan atas inisiatif pribadi dan bukan juga untuk mencari nafkah atau penghasilan, melainkan terutama karena taat pada perintah Tuhan.
Firman Tuhan kepada Amos, “Pergilah, bernubuatlah kepada umat-Ku, Israel”, (Am 7, 15). Amos setia melaksanakan perintah Tuhan, kendatipun, ia ditolak, diusir dan dihina.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengutus para murid-Nya berdua-dua untuk mengunjungi kampung dan desa, guna mewartakan Khabar Gembira dan menghadirkan Kerajaan Allah. Yesus mengenal kemampuan para murid-Nya. Mereka tidak berpendidikan tinggi. Mereka umumnya adalah nelayan-nelayan sederhana.
Tetapi, Yesus percaya kepada mereka. Berpegang pada senjata iman dan kuasa yang diterima dari Yesus para murid pasti mampu melaksanakan misi pembebasan manusia dari pelbagai belenggu, setan, penyakit, penderitaan, dosa dan maut. Mereka juga mesti mewartakan Khabar Gembira dan menegakkan Kerajaan Allah.
Dalam amanat-Nya, Yesus ingatkan para murid agar fokus pada tugas utama mereka. Tidak sia-siakan kesempatan dengan urusan pribadi. Maka mereka tidak perlu repot dengan urusan makanan, uang, pakaian, dan jaminan hidup lain.
Karena itu, Yesus minta mereka agar memasuki rumah yang menerima mereka, menetap, serta makan dan minum apa yang disediakan tuan rumah. Mereka tidak boleh pindah-pindah rumah dan penginapan.
Mereka juga mesti memberi salam, hidup dalam damai sejahtera dan mewartakan khabar gembira kepada tuan rumah dan orang-orang yang dijumpai, (Mat 6, 8-10). Mereka melaksanakan semacam “live in” dan misi di rumah dan keluarga-keluarga.
Kita juga mendapatkan perutusan yang sama dari Yesus. Sebagaimana dosen Amerika Serikat di Jepang dan para murid di masa Yesus, dewasa ini pewartaan khabar sukacita Yesus di sekolah-sekolah pada pelbagai level, universitas, keluarga dan rumah-rumah sangat diperlukan dan bahkan urgen.
Yesus, Sabda Allah dan kerajaan Allah mesti diwartakan dan dihadirkan secara intensif, baik melalui kata, sikap dan perbuatan. Sekolah-sekolah, rumah dan keluarga kita hendaknya menjadi medan misi Gereja.
Para guru, dosen, orang tua, orang muda dan anak-anak dipanggil dan diutus menjadi nabi dan misionaris di sekolah, universitas, rumah, keluarga dan lingkungan hidup kita. anak-anak dan orang-orang muda mesti menjadi misionaris dan nabi bagi anak-anak dan remaja lain. Kita mewartakan Injil dan menghadirkan kerajaan Allah melalui kesaksian hidup sehari-hari.
Kita mesti sadar bahwa diri dan hidup kita merupakan Injil hidup, di dalamnya setiap orang akan menemukan Allah yang bersabda, mengajar dan melaksanakan karya keselamatan bagi dunia dan umat manusia.
Selain itu, kita juga butuhkan katekese dan pembinaan iman baik di sekolah, universitas maupun keluarga-keluarga.
Kita mesti merasa terpanggil untuk menghadirkan Yesus Kristus dan ajaran-Nya, serta kerajaan Allah dan nilai-nilainya di tengah lingkungan hidup kita.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita. Amen.
Kewapante, Minggu, 14 Juli 2024. ***