HOMILI: Minggu, 18 Mei 2025: 'Perintah Baru: Para Murid Saling Mengasihi'
redaksi - Sabtu, 17 Mei 2025 16:48

Oleh: Pater Gregor Nule, SVD
PERINTAH BARU: PARA MURID HARUS SALING MENGASIHI
(Minggu Paskah VC: Kis 14:21b-27; Why 21:1-5a; Yoh 13:31-33a.34-35)
Kita merayakan hari Minggu V masa Paskah. Dalam amanat perpisahan, Yesus menyampaikan perintah agar murid-murid-Nya saling mengasihi. Inilah perintah baru dan sekaligus wasiat terakhir Yesus bagi para murid.
Mengapa ajakan saling mengsihi disebut perintah baru? Karena, pertama, para murid harus saling mengasihi di antara mereka sebagaimana Yesus telah mengasihi mereka; kedua, tindakan saling mengasihi menjadi identitas dan tanda pengenal murid-murid Yesus, (bdk Yoh 13:34-35).
Sebetulnya hukum kasih bukanlah sesuatu yang baru. Sejak semula bangsa Israel telah coba menata hidup dan karya mereka, relasi di antara mereka dan dengan Tuhan berdasarkan hukum kasih.
Tetapi, di sini Yesus justeru memberikan isi dan pesan baru. Yesus mengajak para murid dan kita sekalian untuk memahami dan menghayati cinta kasih secara baru.
Karena itu, mungkin ilustrasi berikut dapat membantu kita. “Ada seorang pengemis yang selalu duduk di pinggiran sebuah jalan yang ramai di tengah kota dan mengulurkan tangan kepada setiap orang yang kebetulan lewat di depan matanya.
Pada suatu hari lewatlah di tempat itu Tolstoy, seorang penulis terkenal dari Russia. Tolstoy berhenti sejenak dan mencoba mencari-cari uang di dalam saku dan dompetnya. Ternyata tidak ada apa-apa.
Dengan sangat sedih ia berkata, “Janganlah marah kepadaku, hai saudaraku. Saya tidak membawa uang hari ini”.
Wajah pengemis itu menjadi begitu bersinar-sinar, lalu berkata, “Tidak apa-apa tuan. Saya bergembira sekali karena tuan menyebut saya saudara. Ini pemberian yang sangat tinggi nilainya bagi saya hari ini”.
Melalui perintah baru ini, Yesus menghendaki agar kita saling memperlakukan sebagai saudara, karena kita berasal dari Bapa yang sama. Hanya dengan demikian, kita bisa saling mengasihi tanpa peduli tentang perbedaan asal-usul, status sosial, agama dan ras.
Selain itu, kita tahu bahwa Kristus datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Ia menerima dan melayani siapa saja yang datang kepadaNya, termasuk para pendosa yang bertobat. Ia juga mengampuni musuh-musuh dan orang-orang yang menganiaya, menghukum dan mengkhianati-Nya.
Kasih sejati juga menuntut keberanian untuk mengampuni, menerima mereka yang berbeda dan bahkan keberanian untuk mengasihi orang yang membenci kita. Kita mesti mengampuni mereka tanpa syarat.
Tetapi, mungkin inilah bagian yang sulit dari hukum kasih, yakni mengasihi musuh-musuh atau mengasihi orang yang buat onar, suka mengganggu dan menyakiti hati kita.
Meski demikian, pengampunan tulus dapat membebaskan kita rasa benci dan dendam. Hati kita menjadi tenang, aman dan damai jika kita mengampuni dengan tulus.
Maka kita hendaknya belajar terus-menerus untuk mengampuni sebagai wujud kasih kita kepada Allah dan sesama.
Kita juga mesti rela memperhatikan dan membantu mereka yang miskin, lemah, sakit, tua dan terlupakan dalam masyarakat serta memandang dan mengasihi mereka sebagai saudara.
Sebab kasih yang sejati harus disertai dengan kerelaan untuk berkorban, bahkan berani mati untuk orang-orang yang sungguh membutuhkan, seperti Kristus sendiri.
Mengasihi Tuhan dan sesama dengan sepenuh hati tidak boleh hanya diungkapkan dengan kata-kata, melainkan terutama harus ditunjukkan lewat tindakan nyata.
Maka sebagai orang kristen kita coba untuk meneladani Kristus dan melaksanakan hukum kasih dalam hidup sehari-hari. Seperti Kristus, kita pun dituntut untuk tidak egois dan berani menyangkal diri sehingga bisa menjadi sesama dan saudara bagi orang lain.
Santo Paulus dan Barnabas dalam bacaan pertama menunjukkan sisi lain dari perintah saling mengasihi. Paulus dan Barnabas menunjukkan kasih yang sejati kepada banyak orang yang belum mengenal Yesus melalui ketekunan mewartakan Injil kepada mereka.
Bagi mereka, mewartakan Yesus Kristus dan Injil kepada bangsa-bangsa lain merupakan ungkapan cinta yang paling luhur. Sebab mereka ingin agar orang-orang itu tidak tinggal dalam kegelapan dosa, melainkan mengimani Yesus sebagai jalan kepada cahaya keselamatan dan hidup.
Mari kita coba menghayati perintah saling mengasihi dalam hidup sehari-hari. Kita menghayati cinta yang terbuka dan merangkul semua orang. Kita juga hendaknya rela mewartakan Injil Tuhan kepada orang lain sebagai bentuk cinta kita kepada Allah dan sesama.
Semoga Tuhan Yesus memberkati kita selalu!
Kewapante, 18 Mei 2025. ***