1,7 Juta Anak Usia Dini Belum Diimunisasi Dasar, Kemenkes Canangkan BIAN 2022

MAR - Sabtu, 21 Mei 2022 00:46
1,7 Juta Anak Usia Dini  Belum Diimunisasi Dasar, Kemenkes Canangkan BIAN 2022Bulan Imuniasasi Anak Nasional 2022. (sumber: EDUWARA/Dit.Promkes)

 JAKARTA (Floresku.com)  – Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, terdapat 1,7 juta anak usia dini atau anak di bawah umur lima tahun di Indonesia yang belum mendapat layanan imunisasi dasar lengkap selama pandemi Covid-19. Urutan terbanyak yakni di Jawa Barat, disusul Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan DKI Jakarta.

Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan mencanangkan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022. Program yang bertujuan menggenjot cakupan imunisasi rutin anak yang sempat menurun selama pandemi Covid-19, dicanangkan di halaman Gedung Daerah, Kepulauan Riau pada Rabu (18/5/2022).

Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin mengatakan selama pencanangan BIAN, diharapkan orang tua segera membawa anak ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat atau pos pelayanan imunisasi untuk mendapatkan imunisasi rutin.

Menurut dia, pemberian imunisasi terbukti melindungi anak dari penyakit berbahaya sehingga anak lebih sehat dan lebih produktif. Tak hanya itu, manfaat dari imunisasi juga jauh lebih besar dibandingkan dampak yang ditimbulkan pada masa depan.

“Ini relatif murah dibanding mereka terkena penyakit berbahaya saat sudah dewasa. Karena kalau sampai sakit, itu biayanya bisa sampai jutaan. Kalau sampai masuk ICU bisa mencapai puluhan juta. Jadi jauh lebih murah kalau kita melakukan vaksinasi atau imunisasi saat kita sehat,” kata Budi seperti yang dilansir Eduwara.com, Jumat (20/5/2022) dari laman resmi Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kemendikbudristek.

Tiga Strategi

Untuk itu, sambung dia, pemberian imunisasi rutin pada anak sangat penting. Kementerian Kesehatan telah menyusun tiga strategi untuk menggalakkan imunisasi rutin pada anak guna memberikan perlindungan dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Pertama, menambah tiga jenis imunisasi rutin pada anak yang sebelumnya 11 vaksin menjadi 14 vaksin. Vaksin yang ditambahkan adalah vaksin Rotavirus untuk antidiare dan vaksin PCV untuk antipneumonia yang ditargetkan untuk anak, serta vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks yang diberikan untuk anak kelas V dan VI sekolah dasar (SD), untuk mencegah potensi kanker serviks saat anak menjadi dewasa.

“Untuk Bapak dan Ibu tolong dibantu agar imunisasi tiga ini jalan, supaya mengurangi angka kematian ibu dan anak,” harap Menkes.

Kedua, Kementerian Kesehatan menyiapkan satu aplikasi pencatatan imunisasi secara digital, yakni Aplikasi Sehat IndonesiaKu (ASIK). Tidak ada lagi pencatatan manual di buku. Semua data imunisasi anak akan langsung dimasukkan ke ASIK yang terintegrasi dengan PeduliLindungi.

“Aplikasi ini akan kita berikan ke semua Puskesmas dan Dinas Kesehatan, supaya datanya juga ada di Dinas Kesehatan,” imbuh dia.

Ketiga, belajar dari sistem vaksinasi Covid-19, nantinya imunisasi anak akan dilakukan melalui undangan di aplikasi. Sehingga Pemerintah Daerah (Pemda) maupun tenaga kesehatan sudah mengetahui anak yang belum divaksinasi.

“Dengan tiga inisiatif ini, mudah-mudahan tujuan kami tetap meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita. Peranan ibu-ibu sangat penting untuk menyukseskan imunisasi ini,” lanjut Menkes.

Sebagai informasi, pencanangan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) adalah upaya Kementerian Kesehatan menutup kesejangan imunitas kesehatan di masyarakat sebagai dampak dari pandemi Covid-19

BIAN dilaksanakan selama satu bulan, bertahap di seluruh provinsi Indonesia. Tahap pertama dilaksanakan mulai Mei 2022 di seluruh provinsi di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. Tahap kedua dilaksanakan mulai Agustus 2022 di seluruh provinsi di Jawa dan Bali.

Terlaksananya BIAN meliputi kegiatan imunisasi tambahan campak rubela dan imunisasi kejar (OPV, IPV dan DPT-HB-Hib) dengan baik dan dapat mencapai target yang diharapkan. Dengan terselenggaranya kegiatan BIAN diharapkan kekebalan masyarakat terbentuk, sehingga pada akhirnya bisa mencapai eliminasi campak-rubela, mempertahankan status Indonesia Bebas Polio, mempertahankan eliminasi tetanus pada ibu hamil dan bayi baru lahir serta mengendalikan penyakit difteri dan pertussis. (K. Setia Widodo/*)

Tulisan ini telah tayang di eduwara.com oleh Redaksi pada 21 May 2022 

Bagikan

RELATED NEWS