Agustinus Heret, Pedagang Bakso Keliling yang Tak Kenal Menyerah

redaksi - Sabtu, 08 Januari 2022 14:19
Agustinus Heret, Pedagang Bakso Keliling yang Tak Kenal MenyerahAgustinus Heret, pedagang bakso keliling di Maumere. (sumber: Mardat)

MAUMERE (Floresku.com) - Agustinus Heret, biasa disapa Agus, 37 tahun, adalah seorang pria asal Ohe, Kabupaten Sikka. Sehari-harinya ia bekerja sebagai seorang pedagang bakso keliling.  Lima tahun sudah ia menggeluti pekerjaan, atau usaha yang dirintisnya sendiri itu.

Awal mulanya Agus  bekerja sebagai seorang chef di salah satu restoran di Kota Makasar, Sulawesi Selatan.

Setelah beberapa tahun bekerja di Kota Makasar, Agus pun pulang ke kampung halamannya di Ohe. Ia kemudian menikah degan seorang wanita yang berasal dari Desa Hokor.

Menikah dan dikarunia seorang anak, Agus pun memutar otak untuk merintis usaha sendiri. Berbekal ketrampilan dan pengalaman sebagai chef, Agus  menjatuhkan pilihannya i untuk membuka usaha bakso keliling.

Ia pun memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman ke salah satu bank dengan jumlah pinjaman 15 juta. Dengan modal tersebut ia pun menyiapkan perlengkapan alat masak dan juga gerobak.

Pada tahun 2017 ia mulai berjualan keliling di wilayah Kelurahan Aaioti.

“Tempat mangkal saya di sini saja kakak, di Jalan Adi Sucipto, depan Kantor Dinas Perlindungan Anak dan Perempuan," ujar Agus.

Dibantu oleh sang istri, saban hari Agus  berjualan, mulai dari Pukul 09.00 pagi dan baru balik ke rumah ketika jualannya sudah habis.

Ada pun hasil yang didapatkan per hari berkisar 500 sampai 700 ribu rupiah.

Dari penghasilan itu Agus mengatakan keuntungannya tidak banyak. 

“Untung tidak besar, cuma 100 ribu perhari,” ujarnya.

Selain untuknya tidak besar, Agus juga kadang-kadang mengalami bahwa dirinya ditipu.

“Ada yang pesan dan makan bakso,  tapi kemudian tidak mau membayar. Bukan hanya itu, kadang kala juga, jualan baksonya tidak laku samasekali sampai larut malam,” tuturnya.

“Kadang-kandang ban gerobak ini pun pecah saat berjalan keliling untuk berujalan,. Kalau sudah begitu, saya pun terpaksa harus pulang ke rumah, tidak bisa berjualan lagi,” tuturnya.

“Manya, kalau saya tidak jualan sehari saja, saya merasa sedih dan jatuh kasihan kepada istri dan anak. Sebab, kalau saya tidak jualan sehari saja,  berati mereka pun tidak punya uang untuk membeli makanan,” ujarnya.

Tantangan Agus merintis usaha sendiri menjadi makin berat  kalau mengingat beban angsuran pinjaman di bank,  dan  biaya sekolah anak.

Meski berhadapan dengan banyak tantangan, Agus tidak mau menyerah.

“Terus terang, aya tidak berputus asa. Hingga saat ini saya masih terkun berjualan walaupun untungnya kecil-kecilan saja,” tutupnya. (Mardat).***

RELATED NEWS