Bank Dunia Berkunjung Ke Wae Sano, Masyarakat Minta Hentikan Pendanaan Proyek Geothermal

redaksi - Senin, 09 Mei 2022 22:49
Bank Dunia Berkunjung Ke Wae Sano, Masyarakat Minta Hentikan Pendanaan Proyek GeothermalWarga Wae Sano berpose bersama dengan tim dari Bank Dunia. (sumber: Tedy N)

SANO NGGOANG (Floresku.com) - Bank Dunia berkunjung ke Wae Sano, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat untuk melakukan pertemuan tatap muka dengan masyarakat berkaitan dengan pandangan warga tentang proyek panas bumi atau geothermal, Wae Sano, 9 Mei 2022.

Dalam proses dialog itu, Warga Wae Sano dengan tegas menolak proyek itu dan meminta Bank Dunia agar menghentikan seluruh proses pendanaan terhadap proyek itu.

Yosef Erwin Rahmat,  selaku jubir yang mewakili masyarakat Wae Sano menyampaikan apresiasi terhadap Bank Dunia yang telah berkunjung ke kampung mereka.

"Kami, warga Wae Sano yang terdiri dari warga tiga kampung adat yaitu Dasak, Nunang dan Lempe, pertama-tama menyampaikan apresiasi kepada Bank Dunia yang pada hari ini mendatangi dan melakukan pertemuan dengan kami sebagai tanggapan atas  surat penolakan kami sebelumnya terhadap penolakan proyek Geothermal yang didanai Bank Dunia", kata Yosef Erwin.

Bagi Warga Wae Sano, kedatangan Bank Dunia adalah momen yang sudah lama dirindukan oleh warga. Warga menilai bahwa kunjungan itu merupakan bentuk perhatian serius  Bank Dunia sebagai pemberi dana terhadap proyek Geothermal.

Namun, kedatangan Bank Dunia ke Wae Sano sama sekali tidak membuat pikiran warga berubah. Warga tetap berpendirian dan konsisten terhadap sikap penolakan mereka.

"Pada kesempatan ini, kami hendak sekali lagi dan dengan tegas menyatakan bahwa kami menolak pengeboran Panas Bumi di wilayah ruang hidup kami di Wae Sano. Dan mendesak Bank Dunia untuk membatalkan dukungan dana terhadap proyek ini", Tegas Yosef Erwin

Alasan mendasar dari penolakan warga, yaitu karena proyek geothermal mengancam keutuhan ruang hidupnya. Titik-titik pengeboran yang sudah ditetapkan berada di tengah-tengah ruang hidup mereka.

Ruang hidup yang dimaksudkan adalah kesatuan yang utuh dan tak terpisahkan antara pemukiman (golo lonto, mbaru kaeng, natas labar), kebun pencaharian (umat duat), sumber air (wae teku), pusat kehidupan adat (compang takung, mbaru gendang), kuburan leluhur (lepah boak) dan hutan (puar) dan danau (sano). Karena itu, warga menolak semua titik pengeboran (well pad) yang sudah ditetapkan baik Kampung Lempe, Nunang maupun Dasak.

Warga mengetahui bahwa Bank Dunia terikat oleh prinsip “Persetujuan Tanpa Paksaan berdasarkan Informasi yang Lengkap Sebelumnya” (Free, Prior and Informed Consect, FPIC). Karena itu warga menegaskan, sudah sejak awal mereka tidak pernah sekalipun memberi persetujuan atas proyek geothermal Wae Sano. 

Meskipun Pemerintah dan Perusahaan berkali-kali memaksa, membujuk dan merayu warga bahkan memanipulasi suara penolakan warga, semua itu tidak pernah mengubah sikap penolakan mereka terhadap proyek geothermal Wae Sano.

Hal ini juga warga sudah menyampaikannya dalam surat yang telah dikirim ke Bank Dunia pada Februari 2020 dan Juli 2021.

Saat dialog tatap muka itu juga, di hadapan delegasi Bank Dunia warga menyampaikan bahwa saat ini hidup mereka berada dalam situasi cemas dan penuh ketakutan, karena proyek itu terus dipaksakan dengan berbagai cara. 

Namun, mereka yakin bahwa Bank Dunia tidak ingin terlibat dalam proses pembangunan yang penuh intimidasi dan cukup berpotensi adanya kekerasan.

Warga juga menegaskan bahwa jika ada pihak-pihak seperti lembaga agama dan kelompok konsultan yang memberikan rekomendasi melanjutkan proyek pengeboran Geothermal, warga menyatakan bahwa itu merupakan bentuk manipulasi dan pemaksaan kehendak. Karena mereka itu tidak mendapat persetujuan warga yang terkena dampak langsung dari proyek itu.

Selain itu, warga mempertegaskan bahwa jika beredar isu bahwa penolakan warga karena dihasut oleh pihak lain, di hadapan Bank Dunia warga menunjukan suara bahwa penolakan warga sama sekali bukan karena dihasut atau dipengaruhi oleh pihak siapapun. Alasan penolakan warga sangat jelas yaitu ingin mempertahankan ruang hidup kami.

Warga pun berharap semoga tatap muka itu membuat Bank Dunia memahami alasan penolakan warga.

"Karena itu, semoga dengan tatap muka ini, Bank Dunia makin memahami alasan mendasar sikap penolakan kami. Akhirnya sekali lagi kami Warga Wae Sano yang terdiri dari penduduk di kampung adat Dasak, Nunang dan Lempe menyatakan dengan tegas bahwa kami menolak pengeboran Geothermal  di dalam ruang hidup kami dan meminta Bank Dunia menghentikan dukungan dana untuk proyek ini", tutup Yosef Erwin

RELATED NEWS