Bekali Para Guru: KGSB Bersama Rumah Guru BK dan Konsultan Psikologi Pelangi Gelar 'Pelatihan PFA Batch I'
redaksi - Senin, 07 Maret 2022 13:17JAKARTA (Floresku.com)- Guna membekali para guru supaya memiliki kemampuan yang mumpuni dalam mendidik para peserta didik, Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) bersama Rumah Guru BK dan Konsultan Psikologi Pelangi mengadakan Pelatihan Psychological First Aid (PFA) Batch I pada 19 Februari dan 5 Maret 2022.
Sebanyak 60 guru telah lolos dalam proses seleksi dan menjadi peserta pelatihan PFA Batch I ini. Mereka berasal dari tingkat SD hingga SMA/SMK se-Indonesia serta Timor Leste. Pelatihan PFA ini dilakukan melalui platform zoom online senilai 42 JP.
Pelatihan tersebut digelar sebagai upaya untuk mengatasi masalah kesehatan mental pada siswa belakangan meningkat seiring berbagai faktor pemicunya.
- Ense Da Cunha Solapung Jadi Pengurus 'Bidang Perijinan' dalam Kepengurusan APNI 2022 - 2027
- Mabuk Minuman Keras, Seorang Pemuda di Flores Timur Aniyaya Seorang Wartawan
- SLOKI MUARA, Senin, 07 Maret 2022: Mengadili Sesama dengan Kebenaran
Data Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) per Juli 2020 menyebutkan ada lebih dari 3.200 (13 persen) anak SD hingga SMA di 34 provinsi di Indonesia yang, mengalami gejala-gejala yang mengarah pada gangguan depresi ringan hingga berat.
Sebagian besar diantaranya 93 persen gejala depresi tersebut dialami anak pada rentang usia 14-18, sementara 7 persen lainnya pada usia 10-13 Tahun. Pandemi menjadi salah satu faktor dominan anak dari kategori rentang usia tersebut mengalami masalah kesehatan mental.
Dampak dari masalah kesehatan mental pada siswa sangat beragam mulai dari rasa cemas, mudah marah, stres, depresi bahkan keinginan bunuh diri. Itulah sebabnya peran guru dan sekolah sangat penting terutama dalam memberikan dukungan psikologis awal (DPA) pada masalah kesehatan mental siswa.
Narasumber kompeten yang dihadirkan yakni Founder Konsultan Psikologi Pelangi & Dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Reneta Kristiani, M.Psi, Psikolog, Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara di Kemendikbud Ristek RI, Ana Susanti, M.Pd. CEP, CHt serta Psikolog di Konsultan Psikologi Pelangi & Dosen Fakultas Psikologi Universitas Esa Unggul, Lita Patricia Lunanta, M.Psi, Psikolog.
Founder KGSB, Ruth Andriani menuturkan, Pelatihan PFA atau Dukungan Psikologis Awal merupakan salah satu bentuk keprihatinan akan kondisi kesehatan mental yang banyak dialami oleh usia anak dan remaja di Indonesia.
Melalui Pelatihan PFA ini para guru serta sekolah diharapkan akan memiliki pemahaman dan kemampuan untuk memberikan DPA yang tepat untuk siswa yang mengalami masalah psikologis.
“Sekolah merupakan salah satu lingkungan tempat tumbuh kembang anak dan remaja. Sekolah idealnya merupakan jaring pengaman bagi peserta didiknya. Untuk itu, kami berinisiatif untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan kemampuannnya di bidang DPA guna mengatasi masalah kesehatan mental pada siswa,” ujarnya,
- Terkait Tenggelamnya Kapal Ikan di Perairan Tanjung Bunga, ABK Hilang Terakhir Ditemukan Selamat
- WVI Bersama Pemerintah Desa Pocong, Matim Deklarasikan Program Menuju Desa Layak Anak
- Kades Pocong Ardianus Ayon Berharap TBM Mangka Leong Bentuk Karakter Generasi Muda Pocong
Sementara Founder Rumah Guru BK dan Widyaiswara di PPPPTK Penjas dan BK Kemendikbud Ristek RI, Ana Susanti, M.Pd. CEP, CHt menambahkan, cakupan wilayah Pelatihan PFA yang luas di seluruh Indonesia ini sejalan dengan salah satu program Kemendikbud Ristek RI yakni memberikan pelatihan peningkatan kompetensi guru di seluruh Indonesia.
“Sejauh ini program pelatihan PFA dari Kemendikbud Ristek RI masih terbatas untuk guru se-Indonesia, tentunya masih belum sebanding dengan jumlah guru yang ada di indonesia. Adanya Pelatihan PFA dari KGSB ini sangat bermanfaat untuk memeratakan kemampuan para guru di seluruh Indonesia agar masalah kesehatan mental siswa lebih cepat teratasi,” ujar Ana.
Sesi Pelatihan PFA diawali pembekalan dari para narasumber terkait PFA pada Sabtu, 19 Februari 2022.
Kemudian peserta melakukan tugas mandiri praktek PFA serta ditutup dengan kegiatan permainan peran (role play) dan evaluasi pada Sabtu, 5 Maret 2022.
Dalam sesi role play para peserta terbagi dalam kelas kecil.Secara bergantian masing-masing menjadi guru dan siswa. Mereka diminta melakukan komunikasi yang buruk (bad communication) serta komunikasi yang baik (good communication) saat konseling terkait mental health yang dialami. Dari role play ini, guru mendapat perspektif baru dari sudut pandang murid. Selain itu, mereka juga bisa langsung mempraktekan ilmu DPA yang telah dijabarkan oleh narasumber yaitu Look, Listen dan Link.
Dalam paparannya, Reneta Kristiani menjelaskan tahapan Look meliputi asesmen mengenai keadaan, kebutuhan, reaksi emosional serta resiko yang dihadapi siswa.
Tahapan selanjutnya yaitu Listen dilakukan dengan mendengarkan aktif, hadir untuk siswa, berusaha mengerti dan memahami siswa.
Tahap ketiga yakni Link adalah menghubungkan siswa dengan orang atau pihak lain sesuai dengan kebutuhannya. Bila siswa membutuhkan penanganan medis dapat dirujuk ke dokter.
Bila siswa membutuhkan konseling lebih lanjut bisa dirujuk ke konselor atau psikolog. Bila sudah ada gangguan psikologis yang membutuhkan pengobatan lebih lanjut bisa dirujuk ke psikiater.
“Saat Listen hindari terlalu cepat memberikan nasehat, solusi dan saran pada siswa. Berusahalah untuk hadir sepenuhnya, dengarkan secara aktif, terima dan pahami perasaan siswa agar siswa merasa nyaman untuk bercerita, merasa dipahami dan dimengerti ujar Reneta.
Dirinya memberi catatan penting yang tidak boleh dilakukan guru saat DPA yaitu terlalu cepat memberi nasehat, melabel siswa, meremehkan permasalahannya, serta menyalahkan siswa.
- Ense Da Cunha Solapung Jadi Pengurus 'Bidang Perijinan' dalam Kepengurusan APNI 2022 - 2027
- Mabuk Minuman Keras, Seorang Pemuda di Flores Timur Aniyaya Seorang Wartawan
- SLOKI MUARA, Senin, 07 Maret 2022: Mengadili Sesama dengan Kebenaran
Selain itu, Reneta mengingatkan para guru untuk juga memperhatikan kesejahteraan dirinya dengan secara rutin melakukan self-care dan manajemen stres agar terhindari dari stress, burn-out, dan compassion fatigue sehingga tetap dapat memberikan dukungan secara optimal.
Salah satu peserta, Harmoko, S. Pd, M. Pd., Kons., Gr, Guru BK, SMA Negeri 1 Mataram merasa sangat terbantu dengan adanya Pelatihan PFA. Dirinya mengakui cukup kewalahan dengan permasalahan pengajaran selama pandemi yang semakin meningkat.
Ditambah lagi pada 2018 Lombok mengalami bencana alam gempa, sehingga penanganan masalah kesehatan mental pun sudah kerap ia lakukan.
“Banyak temuan dari kasus percobaan bunuh diri sebenarnya karena korbannya memang butuh didengarkan.Terima kasih kepada KGSB dan para pemateri yang menyadarkan saya ternyata langkah PFA yang saya terapkan selama ini sudah sesuai” ujarnya
Sadar akan tingginya minat para guru terhadap kebutuhan pelatihan PFA ini, KGSB pun berkomitmen akan melakukan kegiatan serupa. Hal ini merupakan wujud kepedulian KGSB terhadap pengembangan kemampuan para guru dalam menangani masalah kesehatan mental para siswanya.
Satkaara Berbagi
Satkaara Berbagi adalah inisiatif dari PT Cetta Satkaara sebagai perwujudan nilai Care and Respect yang dilahirkan dari keinginan tiap individu di Satkaara untuk saling berbagi dengan sesama.
Satkaara Berbagi diselenggarakan secara berkala setiap tahunnya mulai dari 2014 yang menyasar pada program pendidikan, kesehatan, kemanusiaan dan lingkungan hidup. Pada 2021 Berbagi menginisiasi program bagi tenaga pendidik dengan dibentuknya Komunitas Satkaara Guru Satkaara Berbagi.
Komunitas Guru Satkaara Berbagi
Guru Satkaara Berbagi (KGSB) adalah wadah beranggotakan guru setingkat Paud/TK, SD-SMA sederajat dari seluruh provinsi di Indonesia.
KGSB diresmikan pada 18 Desember 2021 dan menjadi bagian dari program Satkaara Berbagi yang salah satunya berfokus pada kontribusi di bidang pendidikan.
Program dari KGSB meliputi kegiatan pengembangan diri berupa seminar dan pelatihan bagi tenaga pendidik yang dilakukan regular setiap bulannya.
KGSB mengusung filosofi berbagi yaitu dari dan untuk guru yang diharapkan mampu berdampak serta bernilai bagi dunia pendidikan yang lebih baik di masa depan. ***