NANGARORO (Floresku.com) - Dokter Eduarda Yayik Pawitra Gati, istri Bupati Nagekeo selaku Bunda endidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kabupaten Nagekeo melantik dan mengukuhkan Bunda PAUD 19 Desa sekecamatan Nangaroro. Acara pengukuhan dilangsungkan di Aula Kantor Camat Nangaroro, Selasa, 8 Februari 2022, pagi.

Dalam sambutannya Bunda PAUD dr. Yayik menekankan pentingnya pendidikan karakter mulai dalam kandungan ibu dan sampai anak merasa mandiri dewasa,  salah satunya melalui seni budaya.

"Sejak awal kita harus memperhatikan pembentukan watak anak-anak dengan memperkenalkan nilai-nilai seni budaya lokal misalnya lewat tarian-tarian dan nyanyian-nyanyian daerah," ungkap dr.Yayik.

• Usaha Ternak Babi di Manggarai Barat: Antara Membangkitkan Ekonomi dan Ancaman ASF
• Operator TKK di Lewolema Flotim Meninggal Dunia Saat Bayinya Baru Berusia Satu Bulan
• Marcellus Hakeng: Kreasi Solutif PLN Menyiasati Letak Geografis Indonesia Patut Diapreasiasi

Tak hanya itu, dr Yayik juga berpesan kepada ke-19 Bunda PAUD Desayang baru dilantik agar giat menyadarkan para orang tua di desa masing-masing agar memperhatikan pemenuhan gizi anak.

“Saya minta pada para  Bunda PAUD yang dikukuhkan hari ini  untuk lebih peduli, dengan  berbagi ilmu dan pengalaman,  serta saling mengingatkan kaum ibu di desa masing-masing agar bisa memberikan asupan makanan dan gizi yang cukup pada ibu hamil dan anak anak,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Desa Utetoto, Athanasius Harpenas, suami dari Bunda PAUD Desa Utetoto, atas nama masyarakat Desa Utetoto menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Kabupaten Nagekeo dalam hal ini  Bupati dan Wakil Bupati, secara khusus kepada Bunda PAUD Nagekeo dr Eduarda Yayik Pawitra Gati atas perhaitian yang terus menerus mendorong percepatan pembangunan, khususnya di bidang pendidikan di Desa Utetoto.

“Kepada warga Desa Utetoto saya  mengajak  untuk mendukung upaya pemerintah dengan mengirimkan anak-anak ke sekolah mulai dari usia TK.  Mae ghewo ko'o na'u nena Ine Ema Ebu Kaco kita: Too jogho waga sama, kema sama, sama -sama kita kema, moo kema tei ghawo gena,” pungkasnya.  (*)  ***