Didampingi Founder Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil, Bupati Nagekeo Resmikan Perpustakaan Ramah Anak di Kecamatan Keo Tengah

redaksi - Kamis, 09 November 2023 10:33
Didampingi Founder Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil, Bupati Nagekeo Resmikan Perpustakaan Ramah Anak di Kecamatan Keo TengahDidampingi Founder Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil, Bupati Nagekeo Resmikan Perpustakaan Ramah Anak di Kecamatan Keo Tengah (sumber: Komifo)

KEO TENGAH (Floresku.com) - Bupati Nagekeo Johanes Don Bosco Do meresmikan 2 unit Perpustakaan Ramah Anak Taman Bacaan Pelangi di Kecamatan Keo Tengah, Selasa 7 November 2023. 

Kedua Perpustakaan Ramah Anak yang diresmikan Bupati Don yaitu perpustakaan di SDK Mabhambawa Desa Wajo dan SDK Pautola Desa Pautola.

Turut hadir Camat Keo Tengah, Danposal Maunori, Kapospol Keo Tengah, Kepala Desa Wajo, Sekdes Pautola, Kepala SDK Pautola dan SDK Mabhambawa serta bapak ibu guru, tokoh masyarakat dan undangan lainnya. 

Kedatangan Bupati Don dan Founder Taman Bacaan Pelangi (TBP) Nila Tanzil bersama tim di kedua sekolah disambut  dengan tarian dan sapaan adat yang dibawakan oleh siswa-siswi SD. Peresmian ini ditandai dengan pengguntingan pita oleh Bupati Don didampingi Founder Taman Bacaan Pelangi Nila Tanzil.

Bupati Don bersama rombongan berkesempatan meninjau langsung ruang perpustakaan baru sembari memantau aktivitas membaca siswa yang dikategorikan berdasarkan beberapa level bacaan. 

Duduk bersimpuh di lantai beralaskan karpet, Bupati  Don dan tim TBP berkesempatan menguji satu per satu kemampuan membaca siswa mulai dari kelas 1 hingga kelas 6. 

Ini dilakukan Bupati agar secara langsung mengetahui kemampuan membaca anak berdasarkan jenjang atau level membaca siswa  mulai dari yang terkecil level kumbang hingga level tertinggi gajah di mana level ini anak sudah bisa membaca lancar dan mampu menceritakan kembali isi bacaan dengan menggunakan  kata katanya sendiri. 

Dari hasil tesnya didapat masih ada siswa-siswi  kelas tinggi belum bisa membaca lancar dan membaca memahami atau berdasarkan levelnya masing – masing. 

“Ada yang kelas tiga tapi kemampuan membacanya sudah di level gajah level tertinggi tapi ada yang kelas enam kemampuan membacanya masih di level kancil. 

“Saya test tadi di dalam ma da’e bhodo (hasil test tadi belum apa-apa)”  ungkap Bupati Don.

Dengan demikian, kepala sekolah dan guru diminta untuk lakukan pemetaan dengan sungguh sungguh kompetensi anak dan pastikan level membaca setiap anak tercapai menurut kelasnya. 

Kepala sekolah harus memastikan anak membaca sesuai jenjang / kategori kemampuan membaca sedangkan guru kelas memastikan dengan jelas kemampuan baca setiap anak dengan cara mendampinginya. 

“Setiap guru harus mengenali siswanya, petakan kemampuan baca anak secara tepat ” pesan Bupati. Untuk kelas 1, 2 dan 3 anak sudah bisa membaca lancar dan memahami, sedangkan kelas 4,5 dan 6  anak harus sudah banyak membaca buku karena dengan banyak membaca melalui buku anak mengerti banyak hal mulai mengenal alam raya, tata surya juga galaxy jagat raya. 

“Anak -anak bisa manfaatkan buku-buku yang ada di perpustakaan ramah anak ini. Setiap minggu anak bisa membaca satu judul buku dan satu tahun sebanyak 52  judul buku” pinta Bupati.

Selain itu, Bupati Don berharap dukungan dan kerjasama dari semua pihak mulai dari pemerintah desa, komite sekolah, para alumni hingga orang tua wali untuk bisa bersama-sama mendukung lembaga sekolah dalam menjalankan program pendidikan khususnya peningkatan minat baca siswa. 

“Bapak Desa bisa masuk setiap kelas cek anak level membaca anak seperti apa, masuk perpustakaan lihat level baca anak mulai dari kumbang yang masih membaca dengan suku kata dan mengeja  hingga level gajah yang membaca lancar dan memahami” pesan Bupati.

Terhadap siswa yang lambat dan belum bisa membaca lancar Bupati berharap para guru dan kepala sekolah untuk lakukan pendampingan dan bimbingan. 

“Komunikasikan dengan orang tua bila ada anak yang lambat membaca  agar dilatih di rumah dan luangkan waktu untuk membaca bersama anak. Ciptakan acara atau hari membaca bersama orang tua di sekolah,” harap Bupati Don.

Pada kesempatan tersebut siswa SDK Mabhambawa menampilkan atraksi musik ndoto atau dalam bahasa Keo Tengah  yang berarti musik bambu sebuah karya seni tradisional asli kampung Wajo Desa Wajo. 

Bupati Don berharap ke depan anak anak SDK Mabhambawa dapat menulis sebuah cerita tentang  bagaimana sampai terciptanya musik ndoto mulai dari proses pencarian bambu, proses pembuatan, hingga bisa digunakan jadi alat musik.

“Bambu yang seperti apa yang bisa digunakan dan sampai keluar bunyi yang berbeda itu seperti apa. Bisa diceritakan dalam tulisan nanti, saya rasa ini hal penting yang bisa dilakukan demi menjaga kelestarian budaya tradisional kita, “ungkap Bupati Don.

Sedangkan Nila Tanzil Founder Taman Bacaan Pelangi mengatakan dengan diresmikannya Perpustakaan Ramah Anak SDK Mabhambawa berarti menjadi perpustakaan yang ke-231 sedangkan Perpustakaan Ramah Anak SDK Pautola menjadi perpustakaan yang ke-232 yang sudah didirikan di 19 pulau di Indonesia sejak Tahun 2009.

Sedangkan untuk Kabupaten Nagekeo sendiri untuk fase II Tahun 2023 ini akan diresmikan sebanyak 21 Perpustakaan Ramah Anak yang tersebar di seluruh  wilayah kecamatan. 

Dengan demikian total sebanyak 109 Perpustakaan  Ramah Anak Taman Bacaan Pelangi yang dibangun sejak 2019 yang lalu.

Ia berterima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Nagekeo yang telah bekerja sama berupaya membangun perpustakaan sekolah ramah anak. 

Baginya, Kabupaten Nagekeo menjadi Kabupaten pertama yang benar- benar mau ikut sumbangsih menyalurkan dana untuk bangun perpustakaan sekolah. 

“Terima kasih sekali pak Bupati, Taman Bacaan Pelangi merasa terbantu sekali dengan suport yang luar biasa baik dari Pemda, sekolah, komite sehingga ada Perpustakaan Ramah Anak bagi anak-anak kita,” kata Nila.

Ia menambahkan dalam upaya memajukan pendidikan tidak hanya berharap pada peran guru dan kepala sekolah akan tetapi peran orang tua tidak kalah pentingnya. 

Orang tua diharapkan jangan beranggapan bahwa ketika anak sudah di bangku sekolah maka semuanya akan menjadi tugas guru, orang tua seolah tidak mau tau dengan perkembangan belajar anak, karena sejatinya, anak memiliki lebih banyak waktu di rumah. 

“Anak di rumah itu belajar lebih banyak dari orang tua dan orang tua memberikan contoh yang baik pada anaknya” pungkasnya. (*/Kominfo Nagekeo)

Editor: redaksi

RELATED NEWS