Discovery Learning: Model Pembelajaran Bahasa Jerman yang Menarik

redaksi - Jumat, 04 November 2022 21:17
Discovery Learning: Model Pembelajaran Bahasa Jerman yang MenarikMaria Yasinta Lily Beka Bhaya, S.Pd (sumber: Dokpri)

Oleh: Maria Yasinta Lily Beka Bhaya, S.Pd*

DALAM menghadapi arus globalisasi yang begitu pesat penggunaan bahasa asing sangat diperlukan. Zaman sekarang orang tidak cukup hanya menguasai bahasa Inggris melainkan juga bahasa asing lainnya seperti Bahasa Jerman. 

Saya pernah membaca kalimat yang berbunyi demikian; “Englisch ist ein Muss, Deutsch ist ein Plus”– Bahasa Inggris adalah sebuah keharusan, tetapi bahasa Jerman adalah sebuah nilai tambah. 

Dengan demikian Bahasa Jerman juga dapat menjadi modal penting untuk bergaul dengan dunia luar.

Di dalam sistem pendidikan Indonesia, bahasa Jerman diajarkan sebagai mata pelajaran peminatan yang fokus utamanya adalah jurusan bahasa. 

Sementara pada jurusan non bahasa-eksakta dan sosial diajarkan sebagai pelajaran lintas minat. Bahasa Jerman memiliki kedudukan sebagai bahasa asing kedua, dengan demikian mengajarkannya pada peserta didik dan kemudian menerapkannya bukan menjadi hal yang mudah. 

Pembelajaran bahasa Jerman harus dibuat secara menarik sehingga memiliki daya tarik yang memikat peserta didik. Untuk tujuan ini, pendidik sebagai tutor/pembimbing perlu merancang pembelajaran menarik tersebut.

Salah satu model pembelajaran inovatif yang mampu menarik minat belajar mereka adalah adalah discovery learning

Model pembelajaran ini memberikan ruang yang terbuka bagi pendidik dan peserta didik untuk belajar, bertanya dan berdiskusi sekaligus memberikan kesempatan pada peserta didik untuk lebih aktif. 

Sebagai fasilitator, pendidik hanya membuka ruang kesempatan itu agar semakin terbuka bagi mereka. Dalam praktiknya, pembelajaran model discovery learning ini memiliki sintak atau tahapan yang perlu diperhatikan. 

Tahapan pada model pembelajaran discovery learning menjembatani peserta didik untuk perlahan memahami informasi baru yang harus mereka kuasai. Tahapan tersebut adalah stimulus, mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data, mengolah data, pembuktian dan kesimpulan. 

Sebagai gambaran, tahapan discovery learning dapat dilihat sebagai berikut, Pertama; stimulus. Untuk mengajarkan keterampilan berbicara  pendidik bisa memberikan stimulus berupa kata-kata yang harus dikuasai peserta didik. 

Kata-kata yang diberikan adalah kata-kata sekiranya menurut peserta didik sulit untuk dilafalkan. Kedua, mengidentifikasi masalah. 

Pada tahap ini, pendidik dapat meminta peserta didik untuk membaca kata-kata yang ditemukan dalam tahap stimulus. Tujuannya adalah pendidik dan peserta didik mendengarkan dengan jelas kata-kata apa yang masih keliru diucapkan oleh peserta didik. Hasilnya pendidik mencontohkan dan atau menyebutkan pelafalan yang benar untuk kata-kata yang diberikan. Ketiga, tahap mengumpulkan data. 

Pada tahap ini, pendidik menerapkan permainan Alpho (tebak kata yang ditutupi), menggunakan kartu kata yang berisi kata-kata yang sudah diberikan sebelumnya. 

Permainan ini dilakukan secara berkelompok dengan isi aktivitas memilih kata-kata yang harus ditebak oleh anggota kelompok. 

Permainan ini bertujuan untuk melatih daya ingat siswa terhadap kosakata beserta pelafalannya. Membagi peserta didik dalam kelompok kerja yang memiliki leader dalam permainan juga melatih mereka untuk bertanggung  jawab, mandiri dan teliti. 

Hal penting yang juga dilakukan dalam tahap ini adalah mendengarkan audio dialog. Peserta didik mendengarkan audio berisi dialog sambil melengkapi dialog rumpang dengan kata-kata yang mereka dengar. 

Aktivitas melengkapi dialog ini bisa dilakukan pada platform liveworksheet. Tujuan dari keseluruhan aktivitas pada tahap ini adalah (1) mengumpulkan konsentrasi siswa pada audio, (2) membantu pendidik dan peserta didik mengecek jawaban yang  tepat pada bagian rumpang. 

Keempat, tahap mengolah data. Pada tahap ini peserta didik akan melakukan permainan memasangkan kalimat tanya dengan jawaban yang tepat. 

Aktivitas ini dilakukan secara berkelompok dalam bentuk perlombaan. Tujuannya adalah memupuk mental peserta didik untuk berkompetisi dan menunjukan hal yang mereka ketahui. 

Metode belajar ini membuka ruang agar siswa bergerak, bekerja cepat dan tepat serta saling berbagi hasil pekerjaan mereka.  

Kelima, tahap pembuktian. Tahap ini biasa disebut juga sebagai tahap evaluasi. Tahap ini merupakan tahap yang krusial karena dapat memetakan pemahaman peserta didik pada seluruh aktivitas yang telah dibuat dalam tahap-tahap sebelumnya. 

Peserta menghasilkan output berupa dialog dengan mengacu pada contoh-contoh yang sudah diberikan pada langkah-langkah pembelajaran sebelumnya. 

Hasil evaluasi dapat dipetakan setelah peserta didik berkolaborasi dengan teman untuk membawakan dialog yang telah dibuat/ditulis. 

Keenam, tahap kesimpulan. Tahap ini merupakan tahap akhir dari seluruh proses pembelajaran discovery learning

Tahap ini harus dilakukan pendidik sebagai bentuk penjelasan konklusi materi pembelajaran. Pendidik dan peserta didik mereview aktivitas yang telah dilakukan serta menemukan kesimpulan materi yang sudah dipelajari. 

Pada tahap ini juga, pendidik memperoleh umpan balik dari peserta didik tentang proses, bentuk, dan substansi pembelajaran yang telah dijalankan sehingga dapat menjadi catatan perbaikan untuk pembelajaran selanjutnya. 

Dari kacamata pendidik, metode pembelajaran discovery learning adalah salah satu metode yang dapat membangun minat belajar peserta didik pada bahasa jerman. Dengan metode ini, peserta didik secara bertahap mengenal dan menguasai informasi bahasa jerman melalui aktivitas belajar yang menarik.  Discovery learning menjadi menarik karena dapat dipadukan dengan berbagai bentuk aktivitas baik di dalam maupun diluar kelas sehingga peserta didik masuk dalam ruang belajar yang menyenangkan. 

Sebagai penutup dari gagasan ini, kalimat ini menjadi penting untuk digarisbawahi,’”Hal rumit jika diajarkan secara kaku sulit untuk diingat meskipun diajarkan berkali-kali. Akan tetapi, jika diajarkan dengan cara yang menyenangkan dapat diingat berkali-kali meskipun hanya diajarkan sekali.”

 Discovery learning adalah way to remember untuk belajar Bahasa Jerman yang menyenangkan. ***

*Maria Yasinta Lily Beka Bhaya, S.Pd adalah pendidik pada SMAS St. Fransiskus Saverius Ruteng.

RELATED NEWS