Film Dokumenter Perlawanan Para Petani di Manggarai atas Proyek Pertambangan Diputar di Karot, Ruteng Sabtu Ini

redaksi - Kamis, 17 Februari 2022 19:29
Film Dokumenter Perlawanan Para Petani di Manggarai atas Proyek Pertambangan Diputar di Karot, Ruteng Sabtu IniFokus bangun desa, Kaltim gandeng swasta. Foto: Ilustrasi desa (sumber: UCA News)

RUTENG (Floresku.com) -  Sebuah film dokumenter yang mengisahkan perlawanan sekelompok petani katolik di dua desa di Kabupaten Manggarai Timur terhadap proyek pertambangan batu kapur akan diputar di Paroki Santo Fransiskus Assisi di Karot, Ruteng, pada Sabtu, 19 Februari 2022, akhir pekan ini.

Demikian lapor Ryan Dagur untuk UCA News, Rabu, 16 Februari 2022.

Disebutkan, kelompok gereja Katolik membantu memproduksi film berdurasi 23 menit yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang kerusakan lingkungan alam yang dihadapi masyarakat lokal.

"Sebuah film dokumenter yang didukung oleh sebuah kelompok Katolik menyoroti ketabahan para petani Katolik di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia, berjuang melawan perusahaan pertambangan yang telah menghancurkan mata pencaharian mereka."

Film bertajuk 'Gelombang Tambang Satar Punda' (Satar Punda Mining Wave), yang dirilis pada 15 Februari, diproduksi atas kerja sama antara Komisi Keadilan, Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan Fransiskan, Jaringan Advokasi Tambang, proyek media independen WatchDoc dan seorang jurnalis lokal.

Film dokumenter berdurasi 23 menit ini berfokus pada kehidupan warga di dua desa di Kabupaten Manggarai Timur di Pulau Flores.

Kelompok petani itu mengatakan telah terkena dampak buruk setelah tanah dibiarkan tandus dan sumber air hilang setelah desa mereka menjadi lokasi penambangan mangan selama 20 tahun sebelum ditinggalkan oleh perusahaan.

Dalam film tersebut, warga sebuah desa bernama Lengko Lolok juga mengungkapkan kecemasan mereka atas rencana tambang batu kapur yang bisa membuat mereka digusur dan direlokasi.

Pastor Fransiskan, Alsis Goa Wonga, yang ditampilkan dalam film tersebut, mengatakan lanskap lokal telah rusak parah dan ini merupakan tantangan serius bagi masyarakat lokal yang bergantung pada sektor agraria.

"Apa yang telah dialami orang selama dua dekade selama operasi penambangan mangan mengancam untuk kembali," katanya, merujuk pada tambang.

Melky Nahar, produser eksekutif film tersebut dan manajer kampanye untuk Jaringan Advokasi Tambang, mengatakan film tersebut ingin menunjukkan bahwa alih-alih membuat masyarakat lokal makmur, mereka menderita.“Mereka harus bertahan hidup dari pertanian dan peternakan dan tenun, yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Penambangan justru membuat mereka kehilangan semuanya,” katanya.

Melky Nahar mengatakan film tersebut merupakan bagian dari upaya perlawanan berkelanjutan terhadap izin penambangan batu kapur yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.Ia mengatakan film itu akan diputar di Paroki Santo Fransiskus Assisi di Karot, Ruteng, pada Sabtu19 Februari di mana orang-orang gereja, aktivis, mahasiswa dan masyarakat lokal akan hadir.“Film ini juga akan ditayangkan oleh komunitas tertentu sehingga bisa dibicarakan lebih luas lagi,” ujarnya.

Sementara itu Isfridus Sota, warga lain yang sangat menentang pertambangan, mengatakan:"Kami berjuang bukan untuk diri kami sendiri, tetapi untuk keselamatan semua, termasuk mereka yang mendukung pertambangan. Selama ini saya bertanya kepada pemerintah apakah tidak ada alternatif lain yang sehat selain pertambangan. membawa kita ke dalam kehidupan yang sejahtera." (Silvia A.) ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS