HOMILI Pater Gregor Nule SVD, Hari Minggu Prapaskah V, 17 Maret 2024
redaksi - Sabtu, 16 Maret 2024 13:10Oleh: P. Gregorius Nule, SVD.
RELA MENDERITA DEMI KEBAHAGIAAN BANYAK ORANG
(Minggu Prapaskah V: Yer 31: 31-34; Ibr 5: 7-9; Yoh 12: 20 – 33)
Kita semua sepakat bahwa tidak ada seorang pun yang tidak pernah berpikir tentang kebaikan dirinya. Umumnya setiap orang merencanakan hidup yang lebih baik dan lebih bermakna. Ia mau sukses dan memiliki masa depan yang cerah.
Ia mencintai diri dan hidupnya. Secara manusiawi cita-cita demikian tidak salah, dan bahkan luhur.
Tetapi, Yesus dalam Injil hari ini menarik perhatian kita terhadap makna hidup yang benar seorang pengikut Kristus, sambil bercermin pada tujuan kedatanganNya ke dunia ini.
Yesus datang untuk melaksanakan rencana dan kehendak Bapa di surga, yakni keselamatan seluruh umat manusia. Dan, jalan yang mesti ditempuh adalah jalan salib. Yesus mesti menyerahkan seluruh hidupNya dan rela mati di salib.
Ketika berhadapan dengan kenyataan salib, Tuhan Yesus tidak mengatakan, “Bapa, luputkanlah Aku dari saat ini”. Sebaliknya dengan berani Dia berkata, “Justeru untuk mengalami saat penderitaan inilah Aku telah datang”, (Yoh 12:27).
Inilah satu-satunnya pilihan Yesus. Ia berkorban untuk menyelamatkan dunia dan seluruh umat manusia.
- 2Taw 36: 14-16.19-23, Bacaan I, Hari Minggu Prapaskah IV, 10 Maret 2024
- Mazmur Tanggapan, Hari Minggu Prapaskah IV, 10 Maret 2024
- Menjemput Presiden 'Minus Malum' dan Sir Wakil Presiden?" (Sekenanya Saja)
Kita telah memilih untuk menjadi orang-orang Katolik dan mengikuti Tuhan Yesus, Guru dan Juruselamat. Sebagai murid-murid Kristus, kita diminta supaya mengikuti ajaran dan jalan hidupNya.
Yesus semata-mata hidup dan berkarya untuk kebahagiaan dan keselamatan banyak orang. Maka kita pun hendaknya lakukan hal yang sama.
Alasannya jelas seperti terungkap dalam perumpaman Yesus, “Jika biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja. Tetapi jika mati, ia akan menghasilkan banyak buah, (Yoh 12: 24).
Di sini, Yesus minta kita untuk hidup dalam persekutuan atau kebersamaan dengan yang lain. Sebab hidup kita hanya punya arti lebih apabila kita hidup dan berkarya demi kebahagiaan banyak orang.
Kita tidak boleh mengikuti kecenderungan zaman ini yakni hidup dalam persaingan buta, mengutamakan kepentingan sendiri dan mau menang sendiri.
Sebaliknya, kita diminta untuk mati terhadap diri, tidak egois dan mengesampingkan urusan diri sendiri. Kita menjadi sesama yang baik bagi orang lain, khususnya mereka yang miskin, menderita, serta membutuhkan uluran tangan dan perhatian kita.
etapi, hidup dan berkarya semata-mata bagi kepentingan banyak orang bukanlah hal yang mudah. Perlu dibayar mahal. Artinya, kita hendaknya rela berkorban dan menderita.
Karena itu, kita mesti belajar dari Yesus sendiri. Ia rela mengorbankan diri supaya semua orang selamat dan hidup. Yesus rela mati di salib supaya semua orang bebas dari kegelapan dosa, kejahatan dan hidup dalam kelimpahan.
Yesus berkata, “Barang siapa mencintai nyawanya akan kehilangan nyawanya, tetapi barang siapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memeliharanya untuk hidup yang kekal”, (Yoh 12:25).
Selama masa prapaskah ini kita diajak untuk bermati raga. Sebab hanya orang yang berani mengalahkan dan menyangkal dirinya, serta mempersembahkan hidup untuk melayani Tuhan dan sesama, dialah yang berbahagia. Dialah yang mendapatkan kemuliaan.
Hanya orang yang berani memberikan diri, hidup, waktu dan perhatiannya yang tulus untuk kebaikan dan kebahagiaan orang lain, dia sungguh-sungguh menghasilkan hidup yang baik, berguna serta berkenan kepada Tuhan dan sesama.
Semoga!
Kewapante, Minggu, 17 Maret 2024 ***