HOMILI Pater Gregor Nule SVD, Minggu, 06 Februari 2022: Siap Menjadi Utusan Allah

redaksi - Sabtu, 05 Februari 2022 21:32
HOMILI Pater Gregor Nule SVD, Minggu, 06 Februari 2022: Siap Menjadi Utusan AllahPater Gregor Nule SVD (sumber: Dokpri)

Mnggu,  Biasa V Tahun C: Bacaan: Yes 6:1-2a.3-8; 1Kor 15:1-11; Luk 5:1-11)

Ilustrasi. Diceritakan bahwa pak Josef selalu menjadi tetangga yang baik. Suatu pagi seorang ibu tetangganya bertanya kepadanya kalau dia dapat mengantar Daniel, puteranya yang sedang panas tinggi ke Rumah Sakit. Sebenarnya pak Yosef sudah punya rencana lain.  

Tetapi, ia tidak tahu bagaimana harus mengatakan hal itu. Maka ia mengiakannya, manaikkan Daniel dan mendudukkannya di kursi mobil lalu melaju ke Rumah Sakit. Ketika mobil sedang meluncur Daniel menatap wajah pak Yosef dan bertanya, “Apakah engkau Allah?” 

Mendengar pertanyaan itu, pak Yosef terkejut dan menjawab, “Ah, bukan. Saya seorang manusia biasa”. Daniel melanjutkan, “Saya mendengar ibuku ketika ia sedang memohon kepada Allah agar aku dapat diantar ke Rumah Sakit. 

Tadi ibu bilang, ‘Ya Allah, tunjukkan jalan agar anakku yang sedang sakit ini diantar ke Rumah Sakit”. Lalu Daniel melanjutkan, “Kalau engkau bukan Allah, apakah engkau bekerja untuk Dia?” 

Pak Yosef mengangguk dan berkata, “Ya, kadang-kadang saya pikir memang demikian. Dan sekarang karena engkau bertanya begitu, maka saya ingin melakukannya lebih banyak lagi. Saya mau bekerja untuk Allah lebih banyak lagi”.

Refleksi: Bacaan-bacaan hari ini melukiskan tentang panggilan Allah sebagai anugerah yang mampu mengubah manusia secara radikal untuk menjadi utusan Allah dan bekerja demi kebaikan banyak orang dan dunia. 

Yesaya yang mengalami Allah yang agung, penuh kuasa dan kudus merasa diri tidak pantas dan dengan terus terang berkata, “Celakalah aku sebab aku ini seorang yang najis bibir”, (Yes 6:5). 

Tetapi Allah menyucikan bibirnya dan mengutusnya untuk mewartakan Sabda Allah tentang kebenaran dan keadilan kepada bangsa Israel serta mengingatkan mereka untuk meninggalkan sikap hidup dan tindakan yang menginjak-injak kehormatan Allah.

Paulus merasa diri sebagai rasul yang lahir sebelum waktunya karena ia dipanggil ketika  sedang melaksanakan tugas yang tidak terpuji yakni menganiaya para pengikut Jalan Tuhan atau orang-orang kristen. 

Tetapi, cahaya dari langit, yakni cahaya Yesus yang bangkit, membutakan matanya, dan setelah menerima baptisan dari Ananias ia berubah  menjadi seorang pewarta Injil yang gigih kepada segala bangsa. 

Panggilan Petrus  terjadi ketika Yesus meminta Petrus menebarkan jalanya ke tempat yang lebih dalam ke tengah danau. Petrus sangat terkejut mendengar perintah itu karena tidak lazim orang menjala ikan di siang hari, apalagi sepanjang malam mereka telah bekerja keras tanpa menangkap apa pun. 

Meski demikian, Petrus ikuti perintah Yesus, “…karena perkataanMu itu aku akan menebarkan jala juga” (Luk 5:5). Dan hasilnya sungguh luar biasa. Mereka menangkap ikan dalam jumlah yang sangat besar. Akibatnya jala mereka mulai koyak. 

Melihat semua keajaiban itu Petrus menjadi takut lalu bersujud di hadapan Yesus dan meminta Yesus pergi meninggalkannya. “Tuhan, tinggalkanlah aku, karena aku ini orang berdosa”, (bdk. 5:8). Kata-kata Petrus ini mewakili semua temannya yang berdiri tertegun tanpa kata menyaksikan semua kejadian ajaib di siang hari itu. 

Yesus menanggapi ungkapan ketidaklaykan Petrus dengan berkata, “Jangan takut, mulai sekarang engkau akan menjala manusia”. Dan, setelah menyelesaikan tugas mereka, Petrus, Yohanes dan Yakobus langsung meninggalkan segala sesuatu dan mengikuti Yesus. 

Dewasa ini sedikit sekali orang kristen yang rela terlibat secara aktif menjalankan tugas sebagai pelayan pastoral di KBG, Lingkungan, stasi dan paroki serta tugas kemanusiaan lainnya karena merasa tidak mampu, tidak layak, tidak punya keahlian, tidak punya waktu, dan aneka kesulitan lainnya. 

Tetapi, sebagaimana Yesaya, Paulus dan para nelayan sederhana di atas yang terbuka dan mau bekerja sama dengan rahmat Tuhan, demikian pun, setiap orang beriman yang berani menyerahkan diri pada rahmat Allah maka semangat kerasulan akan tumbuh dalam hati dan hidup sehari-hari secara mengagumkan. 

Sebab ketika kita yang rapuh dan lemah percaya kepada Firman Allah dan mentaatinya seperti Petrus  maka akan terjadilah mukjizat dalam hidup dan karya kita. AMEN. 

*Kewapante, Minggu, 06 Februari 2022 .***

 

 

RELATED NEWS