Insan Pers Sayangkan Sikap Arogan Oknum PNS Sikka yang Intimidasi Wartawati di Maumere

redaksi - Rabu, 02 Februari 2022 13:35
Insan Pers Sayangkan Sikap Arogan Oknum PNS Sikka yang Intimidasi Wartawati di MaumerePatman Werang, Kontributor TVRI Flores Timur. (sumber: www.facebook.com/Patman Werang)

LARANTUKA (Floresku.com) - Seorang wartawati media online floresku.com yang mendapat perlakuan intimidasi dari oknum Pokja Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Sikka pada Selasa, 01 Januari 2022 kemarin, sangat disesalkan segenap insan pers.

Pasalnya, setelah terintimidasi, suasana batin wartawati Mardat pun tertekan. "Saya merasa tertekan," ujar Mardat via pesan whatsapp, Rabu, 02 Februari 2022 saat ditanya kondisi psikisnya usai dihujam kalimat tak sopan itu.

Sejumlah insan pers pun menyayangkan sikap arogansi oknum PNS di Sikka  kepada wartawati Mardat. Salah satunya Patman Werang, Kontributor TVRI Flores Timur.

Menurut Patman, perilaku itu merupakan bentuk pelecehan terhadap kerja-kerja jurnalistik sebagai kontrol sosial, apa lagi mengintimidasi dengan kalimat wartawan bisa dibeli.

"Ini salah satu bentuk pelecehan. Berita yang dipublikasi wartawan itu adalah bentuk kontrol bukan sedang mengadili siapa-siapa," ujar Patwan.

Sebagai sesama pekerja pers, Patman berharap Bupati Sikka harus mengevaluasi oknum PNS tersebut.

Menurutnya, tindakan intimidasi itu 'tidak cukup cakap' dalam menyelesaikan persoalan karena terdapat indikasi pemasungan kinerja wartawan.

"Upaya-upaya persekusi terhadap kerja-kerja wartawan harus dihentikan. Wartawan sebagai mitra dalam melakukan kontrol sosial. Bupati Sikka perlu mengevaluasi ini," tandasnya.

Elisabeth Mardat, wartawati Floresku.com, Maumere (Foto: Dokpri).

Diberitakan sebelumnya, wartawati mardat diintimidasi karena berita yang ia tulis tentang tanggapan kuasa hukum CV. Putra Pratama, Fransiskus Soares Pati yang menyurati Bupati Sikka atas proyek Jaringan Air Bersih IKK Kecamatan Paga dari mata air Ijukutu.

Wartawati Mardat mulanya ia ditelfon Albino Siku dan memintanya memghapus berita berjudul "Terkait Kisruh Proyek Jaringan Air Bersih, Kuasa Hukum CV Putra Pratama Surati Bupati Sikka".

"Saya dihubungi Albibo Siku. Dia minta saya hapus berita tentang proyek air Ijukutu," ungkap Mardat.

Permintaan itu jadi tanda tanya besar. Mardat lalu menanyakan mengapa harus dihapus. Albino tak menjawab dan meminta Mardat datang ke kediamannya di Kilo 2,  depan Pura, Kelurahan Kota Uneng, Kabupaten Sikka.

Bersama rekan wartawan, Karel Pandu, keduanya bergegas menuju rumah tujuan. Tiba di kompleks Kilo 2, Mardat kembali menghubungi Albino via sambungan suara whatsapp, menanyakan alamat yang dimaksud. Albino lalu mengarahkan kedua wartawan itu hingga tiba di rumahnya.

Setiba di rumah, rupanya di rumah tersebut sedang ada acara. Beberapa tamu di antaranya adalah anggota DPRD Sikka, hadir,  juga ada  beberapa tamu perempuan.

"Kami ditawari dan disuguhkan dua botol air minum mineral. Setelah itu kami ngobrol-ngobrol," ungkap Mardat.

Mardat mengatakan, dalam obrolan itu, ia terlibat pembicaraan dengan seseorang PNS yang ia kenal bertugas di salah satu instansi Pemerintah Sikka. Oknum PNS itulah yang mengintimidasi Mardat.

Oknum itu menginterogasi Mardat dari mana media tempatnya bekerja. Mardat pun memberitahu identitas medianya. Tanpa pikir panjang dan terbalut arogan, oknum PNS itu kemudian menampik dengan kalimat, " Kamu wartawan bisa dibeli," tepat dihadapn Mardat.

"Saya tanya balik, wartawan siapa yang bisa dibeli dan siapa yang membeli," kata Mardat.

Sambil tersenyum, orang itu menanyakan apakah mardat sering menulis berita. Mardat menjawab ia biasa menulis.

"Dia menanyakan soal integritas saya sejauh mana. Lalu dia tanya lagi soal pemberitaan dalam satu dua hari terakhir. Saya bilang berita banyak. Berita yang mana? Dia tanya tentang berita dari Lawyer Putra Pratama. Saya jawab itu berita saya tadi siang," jelasnya.

Merasa diatas angin, oknum PNS itu bertanya tentang nyali wartawati Mardat. Tak mau menjawab pertanyaan, Mardat bersama rekan wartawan memilih pulang dari rumah itu.

Setelah perbincangan itu, wartawati Mardat mengaku tertekan. Pasalnya, segala bentuk pertanyaan itu selain mengintimidasi, juga berkesan menodong dan mengancam kerja-kerjanya sebagai seorang pewarta masyarakat. (Paul Kebelen). ***

Editor: redaksi

RELATED NEWS