Jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, Stok Minyak Tanah untuk Masyarakat Manggarai Dipastikan Stabil

redaksi - Sabtu, 17 Desember 2022 20:09
Jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023, Stok Minyak Tanah untuk Masyarakat Manggarai Dipastikan StabilIlustrasi; Minyak tanah langka di Kota Ruteng, Manggarai, NTT. (sumber: Sumber TVOne)

RUTENG  (Floresku.com) - Menjelang Perayaan Natal dan Tahun Baru 2023, stok minyak tanah yang diperuntukan bagi masyarakat Kabupaten Manggarai dipastikan stabil. 

Pasalnya, untuk Desember 2022 ini, Kabupaten Manggarai dikabarkan mendapat penambahan jumlah minyak tanah sebanyak 100 Kilo liter.

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Bagian (Kabag) Ekonomi Setda Manggarai, Baharuddin Abbas mengatakan bahwa, kondisi minyak tanah menjelang Natal dan Tahun Baru ini memang dari pihak Pertamina itu ada penambahan sebanyak 100 Kilo liter. 

Penambahan itu, masih kata Baharuddin, untuk mengantisipasi jelang Natal dan Tahun Baru 2023.

"Jadi itu yang dijelaskan kepada saya bahwa untuk kebutuhan masyarakat Manggarai ada penambahan sebanyak 100 Kilo liter pada bulan Desember ini," ujarnya, pada Sabtu 17 Desember 2022 di halaman ruang Spring Hill Resto & Cafe, Mbaumuku, Ruteng.

Baharuddin mengatakan bahwa problem yang muncul saat ini sebetulnya bukan lagi soal ketersediaan minyak tanah. Sebaliknya yang mejadi keluhan masyarakat saat ini adalah soal harga", kata Baharuddin.

"Untuk ketersesiaannya aman. Yang menjadi keluhan masyarakat saat ini soal harga. Jadi yang bisa dikontrol oleh pemerintah itu dari agen hingga ke pangkalan [minyak tanah]. Kalau sudah di bawah pangkalan itu tidak bisa. Itu sudah berlaku hukum ekonomi itu," ujarnya.

"Yang punya dokumen kan itu hanya mereka-mereka di agen dan pangkalan saja," tambahnya.

Kelangkaan Minyak Tanah

Diberitakan sebelumnya, kelangkaan minyak tanah kini sedang terjadi di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur. 

Warga tampak berbondong-bondong mendatangi sejumlah pangkalan minyak tanah yang ada di Kota Ruteng guna mendapatkan minyak tanah.

Pantauan media ini, pada Senin 21 November lalu di salah satu pangkalan minyak tanah yang terletak di Kelurahan Pitak, Kecamatan Langke Rembong terlihat, belasan warga yang datang dari pelbagai desa/kelurahan di Kota Ruteng tampak kebingungan dan kesal lantaran stok minyak tanah sudah habis.

"Saya sudah dari tadi pagi cari minyak tanah. Baru saja saya ke Mbaumuku tetapi di sana juga sudah habis," ungkap Herlin, seorang warga yang mengaku berasal dari Cucusangge, Desa Bangka Kenda, Manggarai.

"Ini kan musim hujan setengah mati cari kayu bayar," sambung Herlina yang terlihat bingung dan kesal.

"Saya sudah cari  (minyak tanah) sampai ke Nekang, tidak ada. Ke Tenda, dan Kumba, semua kosong. Bahkan, sampai ke sekitar Bandara, dan Karot juga kosong. Kalau boleh tahu berapa kisaran harga per satu jeriken? 25 ribu (Rupiah)?," ucap Herlina. 

Senada dengan itu, seorang warga lainnya yang mengaku bernama Tati dari kelurahan Watu mengungkkapkan dirinya sudah sejak dua minggu mencari minyak tanah tersebut. Namun, tidak menemukan karena stock sudah habis.

"Sudah 2 minggu kami keliling mencari (minyak tanah), tapi stocknya sudah habis," ujar Tati.

Ketika ditanyai terkait harga minyak tanah, Tati mengungkapkan bahwa harga minyak tanah per jerigen kecil yang dijual di kios itu senilai Rp 30 ribu. Namun kalau di pangkalannya hanya Rp 25 ribu.

"Kalau di kios Rp 30 ribu. Dan kalau di pangkalannya itu senilai Rp 25 ribu," cetusnya.

Sementara itu, Belasius Sahusatar selaku owner pangkalan minyak tanah yang berlokasi di Jl Komodo. No 9 Kelurahan Pitak, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai saat ditemui awak media mengungkapkan bahwa sebelumnya, pangkalan minyak tanah miliknya tersebut menerima lima drum dan bahkan lebih per hari. Namun, sejak bulan September, dia menerima tiga drum saja.

"Sekarang kami terima tiap hari itu tiga  drum. Dengan tiga drum bagaimana bisa memenuhi kebutuhan begitu banyak orang? Tidak akan mampu tho. Apalagi sekarang stocknya sudah habis sama sekali. Ini tadi tidak sampai satu jam sudah habis. Yang datang  membeli tidak hanya  warga di seputaran kota saja, tetapi juga dari kampung. Kasihan juga 'kan.  Mereka datang dari jauh untuk  membeli satu jeriken, ditambah biaya transportasi, itu sudah berapa?" cetus pria berusia 57 tahun tersebut.

"Tadi, saya melayani warga  masing-masing satu jeriken kecil. Sekarang saya  sudah tidak bisa melayani lagi. Mau tidak mau, saya suruh mereka ke pangkalan yang lain; dimana ada minyak tolong ambil di situ," sambungnya.

Pengurangan Alokasi dari Pusat

Ketika disentil terkait penyebab krisis minyak tanah yang ada, pria yang mengaku sudah 20 tahun menjadi pengelola pangkalan minyak tanah tersebut mengatakan bahwa sepengetahuannya, hal tersebut terjadi karena ada kontrak yang turun dari pusat.

"Penyebab krisis ini pengaruh kontrak yang turun dari pusat. Jadi, biasanya kontrak ini 150 ke atas tetapi kasih turun dari pusat hanya 105 ton ke agen. Memang saya bukan agen tetapi kami inikan pangkalan. Kami terima tiap hari 3 drum," ujarnya.

Ditemui secara terpisah, Kabag Ekonomi  Baharuddin Abbas mengungkapkan bahwa terkait hal tersebut, pihaknya telah mengadakan rapat dengan agen minyak dan juga utusan dari pertamina Reo.

Dan berdasarkan rapat yang diadakan, lanjutnya, diketahui bahwa kelangkaan ini sebetulnya terjadi karena ada pengurangan alokasi dari pusat.

"Para  agen bilang bahwa memang ada pengurangan sampe 50 kilo Liter," ungkap Baharuddin, pada Selasa 22 November 2022.

Lebih lanjut Baharuddin mengatakan, Pengurangan tersebut sebetulnya bervariasi. Dari empat agen besar di kota Ruteng ini, pengurangannya bervariasi.

"Kita tidak tau juga. Dan sempat ditanya pada mereka namun mereka juga tidak tahu soalnya sampai ada pengurangan seperti itu. Dan pengurangan itu terjadi di bulan November ini. Kalau di bulan Oktober itu masih normal," cetusnya.

Lebih jauh, Baharuddin Abbas menjelaskan bahwa atas persoalan tersebut, pihaknya diminta untuk membuat surat ke Kementrian SDM, Pertamina, Gubernur dan BPH Migas. Dan saat ini, pihaknya sementara memproses permintaan tersebut.

"Kami sementara proses karena kami masih kumpul data yang kurang itu berapa. Kita lihat dulu di lapangan," katanya. (Jivansi). ****

RELATED NEWS