Kain Tenun dan Pakaian Tradisional Suku Rote
redaksi - Jumat, 19 Januari 2024 11:45ROTE (Floresku.com) - Suku Rote adalah salah satu penduduk asli Pulau Rote, yang sebagian di antaranya ada pula yang menetap di Pulau Timor, Pulau Ndao, Pulau Nuse, Pulau Pamana, Pulau Doo, Pulau Heliana, Pulau Landu, Pulau Manuk, dan pulau-pulau kecil lainnya.
Ada ahli yang berpendapat bahwa orang Rote sebelumnya bermigrasi dari Pulau Seram di Maluku.
Pakaian yang mereka kenakan merupakan hasil tenunan sendiri yang menggunakan bahan serat gewang. Mereka juga menggunakan pewarna alami untuk bahan kain tenunnya.
- Enam Menu Tradisional Nusantara yang Pantas Diciipi
- KPJ-MOF Berikan Bantuan Uang Tunai Dan Sembako kepada Kelompok Pemuda Wolorona
- KBRI Quito Siapkan Rencana Kontigensi Usai Pemerintah Equador Tetapkan Status Darurat Militer
Bagi perempuan Ndao tradisi menenun merupakan peninggalan leluhur yang penuh akan nilai filosofi yang sakral. Bahkan, setiap anak perempuan di Ndao sudah belajar menenun sejak berusia 5 tahun.
Mereka percaya, kesempurnaan perempuan Ndao terletak pada ketrampilannya menenun. Bahkan, bagi seorang perempuan Ndao membuat kain tenun merupakan salah satu syarat menikah.
Dengan kemampuan menenun yang dikuasainya, seorang perempuan Ndao akan sangat dihargai oleh kaum pria.
Sesakral prosesnya, motif tenun roti juga memiliki makna tersendiri bagi masyarakat Rote Ndao.
Biasanya motif tenun rote diwariskan secara turun-temurun. Bahkan, ada beberapa ritual khusus yang digelar untuk mewariskan motif tenun rote kepada garis keturunan.
Tujuannya agar motif tenun rote tersebut tetap eksklusif dan tidak bisa sembarangan ditiru oleh orang lain. Dahulu, tenun rote melambangkan strata sosial masyarakat.
Seperti bagi masyarakat biasa tidak boleh menggunakan kain berpola hias. Mereka hanya boleh menggunakan kain polos berwarna hitam yang pewarnaannya menggunakan tanaman Nila dicampur dengan arang.
Sementara itu bagi masyarakat keluarga bangsawan boleh memakai kain berpola hias, ikat kepala, sabuk pinggang yang semuanya memiliki makna tertentu. Bahkan, ada perbedaan cara pemakaian kain tenun di keluarga bangsawan.
Mereka yang merupakan keluarga bangsawan biasanya memakai kain tenun hingga bawah mata kaki.
Sementara itu, bagi para prajurit perang kerajaan, mereka menggunakan kain tenun ini hingga batas bawah lutut.
Para pria di suku Rote biasanya mengenakan pakain kemeja putih yang dipadukan dengan sarung tenun sebatas betis.
Lalu menggunakan selempang dari kain tenun dan hafa berupa kain tenun yang dililit di pinggang. Tak lupa akesoris berupa topi ti’ilangga, habas berupa kalung, dan juga golok.
Sedangkan para kaum wanita mengenakan kain tenun yang dipakai seperti kemben dan bagian bawah menggunakan tenun ikat.
Pada bahu kiri dilempangkan kain tenun, lalu pendi berupa ikat pinggang terbuat dari perak atau emas. Lalu hiasan kepala bulak moti atau bulan baru dan habas berupa kalung. (Sandra). ***