Kaum Disabilitas dan Perempuan Marginal di Manggarai Dibekali Pengetahuan tentang Media Berbasis Online
redaksi - Rabu, 15 Juni 2022 22:29RUTENG (Floresku.com) - Sejumlah kaum disabilitas dan kelompok perempuan marginal di wilayah Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur dibekali pengetahuan tentang media berbasis online, bertempat di Aula Santu Yoseph Efata Ruteng, pada Kamis 15 Juni 2022.
Kegiataan yang diinisiasi oleh Plan Indonesia ini berjalan di bawah tema 'Fokus Group Diskusi: Merancang Media Masa Berbasis Onlie'.
Hadir sebagai pemateri, Fasilitator Plan Indonesia, Mba Nisa yang menjelaskan Kode Etik dan Profil Plan Indonesia; Direktur PT Flores Multimedia, Adrianus Kornasen dengan materi persentasenya Manajemen Bisnis Media Online; Photographer Febri Wiko yang memaparkan tentang materi Fotografi dan Videografi, dan Jurnalis AFB TV Ronald Tarsan memaparkan materi Teknik Wawancara dan Menulis Berita serta Founder Flores Digital, Nando yang mengurai tentang Fanpage di Facebook sebagi Sarana Promosi dan Branding.
- Kamis, 16 Juni 2022: SMA Negeri 1 Langke Rembong Pentaskan Drama Teater 'Panah Dewa'
- Pengurus Ikatan Alumni Undana Dilantik di Aula Rujab Bupati Matim
- Menjalani Tahapan Pemilu 2024 Butuh Komitmen dan Kerja Keras
Supervisor Plan Indonesia, Yohanes B. Joman Field dalam pembicaraannya menjelaskan, kegiatan pembekalan yang diinisiasi oleh Plan Indonesia ini sebetulnya dilatari oleh adanya anggapan bahwa kaum disabilitas dan perempuan marginal itu tidak bisa melakukan apapun dan juga tidak bisa menjadi pemimpin serta memberi kontribusi bagi pemerintah daerah. Padahal, lanjutnya, teman-teman disabilitas dan marginal bisa menjadi pemimpin dan mengadvokasi kegiatan di pemerintahan.
"Terbukti bahwa diantara mereka sudah pernah mengadvokasi kegiatan terkait perubahan di kota Ruteng yang dulunya pernah dicap sebagai kota terkotor. Dan pemerintah daerah mau mendengar dan menerima masukan mereka terkait perubahan itu," ungkap Yohanes B. Joman Field
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Jhon tersebut menjelaskan, terkait dengan kegiatan pembekalan tentang media masa berbasis online itu sendiri, Plan Indonesia mau mengatakan bahwa, kaum disabilitas dan perempuan marginal sebetulnya bisa melakukan hal yang sama seperti kebanyakan orang pada umumnya.
Selain itu, masih kata Jhon, melalui kegiatan seperti ini, Plan Indonesia juga mau mengatakan kepada semua orang di luar sana bahwa kaum disabilitas dan perempuan marginal juga memiliki hak yang sama, termasuk dalam hal mengakses informasi dan memproduksi konten-konten positif, baik itu berita maupun juga konten yang berisi hiburan serta memasarkan produk dalam kaitannya dengan dunia bisnis.
"Kita tentunya terus berupaya agar kaum disabilitas dan juga perempuan marginal yang ada di Manggarai bisa menjadi pribadi yang aktif dan produktif. Bukan sebaliknya menjadi pribadi konsumtif semata di tengah perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Karena itu pula kita hadir untuk mefasilitasi kegiatan pelatihan ini," ungkap Jhon.
Lebih lanjut, Jhon menyampaikan harapannya agar materi yang dijelaskan oleh para narasumber bisa memberi asas manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dari peserta kegiatan sehingga bisa memberi kontribusi bagi kemajuan Kabupaten Manggarai.
"Saya berharap agar materi yang dijelaskan punya asas manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dari peserta kegiatan sesuai dengan bakat dan minatnya," ungkap Jhon.
"Kalaupun mereka menemukan kesulitan, saya berpikir bahwa teman-teman media selalu siap membantu mengatasi kesulitan yang mereka alami, khususnya pula berkaitan dengan penulisan dan juga publikasi kegiatan di media masa online," sambungnya.
Sementara itu, Mba Nisa yang hadir memberikan materi lewat aplikasi Zoommeeting menjelaskan, sebutan Plan Internasional Indonesia sebetulnya adalah sebuah entitas saat masuk ke Indonesia. Dan pada pada tahun 2017 yang lalu, lanjutnya, diubah menjadi Yayasan Plan Internasional Indonesia.
"Dan sekarang untuk penyebutannya adalah Yayasan Plan Internasional Indonesia atau Plan Indonesia," ungkapnya.
Lebih lanjut Mba Nisa menjelaskan, kaum disabilitas dan kelompok perempuan marginal memang sengaja dilibatkan dalam kegiatan ini dengan tujuan untuk memperkenalkan kepada mereka tentang kode etik komunikasi.
" Hal terpenting adalah panduan foto dan dokumentasi, dengan menutup wajah anak-anak karena alasan psikologi," cetusnya.
Managemen Bisnis Media
Sementara Direktur PT Flores Multi Media, Adrianus Kornasen saat memberikan materinya tentang managemen bisnis media mengatakan, hadirnya teknologi informasi dan komunikasi yang makin canggih membuka kemungkinan bagi setiap orang, tak terkecuali kaum disabilitas dan juga perempuan marginal untuk bersaing di dalamnya, termasuk dalam mendapatkan uang.
Prinsipnya, kata Andre Kornasen, mesti ada kemauan untuk belajar.
"Jadi, kehadiran media massa online ini sebetulnya juga membuka ruang bagi kaum disabilitas dan perempuan marginal untuk mengakses dan menyebarluaskan informasi serta memasarkan produk yang dihasilkan sesuai dengan kode etik yang berlaku," ungkap Andre Kornasen.
Lebih lanjut, Kornasen menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan manajemen Bisnis Media, ada sejumlah infrastruktur yang harus disiapkan, di antaranya tekhnologi, sumber daya dan peta pasar.
Saat ini, kata Kornasen, untuk membangun sebuah website ada sejumlah teknologi yang bisa dipakai seperti blogger dengan nilai investasi hanya sebesar Rp300, wordpress dengan nilai investasi sebesar Rp1,5 juta dan AWZ dengan nilainya investasi hampir senilai 3 Miliar.
Untuk mendukung kinerja website yang mumpuni, maka perlu teknologi AWS.
Teknologi ini salah satu yang termahal di dunia dengan nilai investasi sekitar Rp3 miliar menggunakan kode HTML lebih rumit.
"Kenapa terjadi error 503 pada website, itu menandakan kapasitas website belum bisa menampung pembaca dalam jumlah banyak," ujarnya.
Andre menjelaskan, AWS merupakan teknologi paing unggul karena mampu menjangkau pembaca paling banyak dan memiliki sistem notifikasi seperti halnya pada wordpress.
Dia pun memperlihatkan contoh website Floreseditorial.com yang menggunakan teknologi AWS, yang kini memiliki sekitar 8000 subscriber.
Pada kesempatan itu, ia juga mengajak para peserta untuk menjadi content creator di sejumlah media online miliknya, sehingga bisa mendapatkan penghasilan setiap bulan melalui tulisan.
Fanpage di Facebook sebagi Sarana Promosi dan Branding
Narasumber lainnya, Founder Flores Digital (FGD), Nando mengatakan, Fanpage Facebook saat ini masih dianggap sebagai salah satu fitur yang efektif untuk mempromosikan produk, layanan jasa, hingga organisasi atau komunitas
"Fanpage membuat penggunanya dapat mengelola konten secara tepat sasaran dan terarah," ujarnya.
Ia menjelaskan, dalam FGD ini peserta diharapkan dapat membuat fanpage dan mengisi konten fanpage, sehingga bisa mempromosikan produk dan branding yang mereka miliki.
Selain belajar membuat fanpage, peserta juga diajarkan cara mengisi konten berita di website, peserta diharapkan dapat memahami proses penyajian berita dari menyusun berita hingga berita tersebut bisa dipublish ke masyarakat luas.
Teknik Wawancara dan Menulis Berita
Pada tempat yang sama, Jurnalis AFB TV Ronald Tarsan dalam pemaparan materinya mengatakan, berita adalah produk utama jurnalistik atau jurnalisme.
Dalam literatur jurnalistik, sebuah berita harus memenuhi prinsip faktual, akurasi dan berimbang (cover both sides).
Peristiwa yang diberitakan benar-benar terjadi, tidak fiktif, ada data dan faktanya.
Menurut dia, konten berita bukan opini, pendapat, atau gagasan penulis berita (wartawan).
Bahkan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) menegaskan "tidak mencampurkan fakta dan opini". Aktual, kejadian yang diberitatakan masih segar, hangat, baru terjadi, kejadian hari ini, bukan kejadian lampau.
Konten berita juga, kata dia, harus objektif, artinya sesuai keadaan yang sesungguhnya.
Selain itu, untuk membuat sebuah berita khususnya berita lansung harus memenuhi formula baku dengan memuat unsur 5W+1H (what, where, when, who, why, dan how) atau apa, di mana, kapan, siapa, kenapa, dan bagaimana.
Lebih dari itu, penulis wajib menaati Undang-undang Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik (KEJ) maupun pedoman serta peraturan lainnya yang ditetapkan oleh Dewan Pers.
"Ada banyak rambu-rambu yang wajib ditaati bila ingin menjadi penulis atau wartawan, sehingga semua produk jurnalistik bisa dipertanggungjawabkan di depan hukum," pungkas Ronald. (Jivansi). ***