Limbah Medis RS TC Hillers Maumere Akhirnya Diangkut: PT Wastec International Tangani 10 Ton Sampah Berbahaya
redaksi - Kamis, 10 Juli 2025 16:21
MAUMERE (Floresku.com) — Setelah sekian lama dikeluhkan oleh warga dan pemerhati lingkungan, tumpukan limbah medis yang menggunung di area RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), akhirnya mulai diangkut hari ini.
Sejak Kamis (10/7) pagi, terlihat sejumlah petugas sibuk memindahkan kantong-kantong limbah medis ke dalam mobil pengangkut milik pihak ketiga yang ditunjuk untuk penanganan limbah tersebut, yakni PT Wastec International.
Berdasarkan informasi yang diperoleh media ini di lokasi, jumlah limbah medis yang diangkut mencapai 10 ton, sebagian besar berupa limbah padat hasil aktivitas medis yang sudah lama tertumpuk di area belakang rumah sakit. Proses pengangkutan dilakukan secara bertahap dan diawasi langsung oleh tim teknis dari PT Wastec International.
Dalam keterangannya kepada media, Dedi, salah satu perwakilan manajemen PT Wastec International, menjelaskan bahwa kehadiran mereka di NTT, khususnya di Maumere, adalah bentuk komitmen perusahaan dalam mendukung pengelolaan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) secara bertanggung jawab dan sesuai regulasi.
“Limbah B3 adalah limbah yang sangat berbahaya jika tidak dikelola dengan baik. Ia bisa mencemari tanah, air, bahkan merusak kesehatan manusia dan ekosistem. Kami hadir di NTT untuk membantu rumah sakit dan pelaku usaha lainnya agar bisa mengelola limbah secara aman dan profesional,” ujar Dedi.
- Mediasi Berakhir Damai, Notaris Siap Lanjutkan Proses Pembuatan Akta
- BRI Jadi Sorotan Berkat 11 Penghargaan di Ajang Banking Service Excellence 2025
- Langkah Progresif BRI dalam Transformasi Didukung Komisi XI DPR RI
Ia menambahkan, PT Wastec International membuka peluang kerja sama dengan semua pelaku usaha dan fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah NTT agar limbah B3 tidak lagi menjadi ancaman bagi lingkungan hidup dan masyarakat.
Profil PT Wastec International
PT Wastec International bukan pemain baru dalam industri pengelolaan limbah berbahaya. Perusahaan ini memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun dalam pengumpulan, pengangkutan, dan pengolahan limbah B3, baik dalam bentuk padat, cair, maupun sludge. Pelanggannya berasal dari berbagai sektor, termasuk fasilitas pelayanan kesehatan, industri manufaktur, serta sektor minyak dan gas bumi.
Dengan mengandalkan teknologi ramah lingkungan dan efisien, serta tenaga ahli bersertifikat, perusahaan ini mampu menangani berbagai jenis limbah dengan mengedepankan prinsip keberlanjutan dan kepatuhan terhadap regulasi.
Dalam operasionalnya, PT Wastec menyediakan layanan end-to-end mulai dari pengangkutan, pengumpulan, hingga pengolahan limbah. Solusi yang mereka tawarkan dirancang untuk memudahkan fasilitas medis dan industri agar bisa fokus pada layanan utama mereka, tanpa mengabaikan kewajiban lingkungan.
Pentingnya Pengelolaan Limbah B3 di Indonesia
Masalah pengelolaan limbah B3 masih menjadi pekerjaan rumah besar di Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil atau kepulauan seperti Nusa Tenggara Timur.
Dengan meningkatnya aktivitas industri dan layanan kesehatan, volume limbah yang dihasilkan pun terus bertambah setiap tahun.
Limbah B3, jika tidak dikelola dengan benar, dapat berdampak serius terhadap kualitas lingkungan dan kesehatan masyarakat. Kontaminasi air tanah, penyebaran penyakit, dan pencemaran udara menjadi risiko nyata dari penumpukan limbah medis yang tak terurus.
- Destinasi Wisata Pantai Kota Jogo: Pemda Nagekeo Berusaha Menata, Sejumlah Pengunjung Justru ‘Merusakkannya’
- Penimbunan BBM di Maumere: Oknum Diduga Gunakan POM CV Palapa untuk Distribusi Ilegal
- Penimbunan BBM di Sikka: Satpol PP Soroti Lemahnya Pengawasan dan Perlunya Regulasi Tegas
Maka dari itu, kehadiran perusahaan profesional seperti PT Wastec International menjadi penting, bukan hanya untuk membantu penanganan teknis limbah, tapi juga untuk mendidik dan mendorong pelaku usaha agar lebih sadar terhadap dampak limbah yang mereka hasilkan.
“Harapan kami, semua pihak yang menghasilkan limbah B3 bisa bersinergi dengan kami agar lingkungan NTT, khususnya Maumere, tetap lestari dan bebas dari polusi,” tutup Dedi.
Langkah Awal, Tapi Belum Selesai
Meskipun pengangkutan limbah 10 ton hari ini menjadi langkah positif, namun banyak pihak menilai bahwa hal ini baru permulaan dari tanggung jawab yang lebih besar. Masih dibutuhkan sistem pengelolaan limbah medis yang lebih terstruktur dan berkelanjutan di RS TC Hillers dan fasilitas kesehatan lainnya di Sikka.
Pemerintah daerah, pengelola rumah sakit, serta otoritas lingkungan hidup diminta untuk memastikan bahwa pengelolaan limbah B3 dilakukan secara rutin, bukan hanya setelah muncul desakan publik atau potensi krisis lingkungan.
Warga Maumere berharap tidak ada lagi kejadian limbah medis yang menumpuk tanpa penanganan dalam jangka waktu lama. Selain berbahaya, kondisi tersebut juga mencoreng citra pelayanan kesehatan yang seharusnya menjadi pelindung masyarakat, bukan ancaman lingkungan.
Dengan dimulainya kerja sama antara RS TC Hillers dan PT Wastec International, publik kini menantikan konsistensi, transparansi, dan keberlanjutan dalam pengelolaan limbah medis di wilayah ini. Jangan sampai pengangkutan 10 ton hari ini hanya menjadi “angin lalu” tanpa komitmen berkelanjutan dari semua pihak yang berkepentingan. (Silvia). ***