Mengharukan, Bocah Cacat Mental Meminta 'Solideo' dari Paus Fransiskus

redaksi - Jumat, 22 Oktober 2021 15:51
Mengharukan, Bocah Cacat Mental Meminta 'Solideo' dari Paus FransiskusBocan Paolo Junior (10 tahun) yang disaabilitas intelektual (cacat mental) meminta silideo putih dari Paus Fransiskus, di Vatikan, Rabu, 20 Oktober 2021. (sumber: Reruters/usmail24.com)

VATIKAN (Floresku.com) - Sebuah  momen yang mengharukan ketika seorang anak laki-laki dengan ketidakmampuan belajar (cacat mental) naik ke panggung untuk menemui Paus dan meminta topi kecilnya sebelum ditawari tempat duduk di sebelah Paus.

Topi kecil ini disebut zucchetto. Nama lainnya pileola atau solideo. Di Indonesia, biasanya lebih umum dikenal solideo. Fungsi solideo ini adalah sebagai pelindung kepala dari hawa dingin.

Paus merespon santai dan berjabat tangan dengan Paolo Junior yang berusia sepuluh tahun, yang menunjuk ke solideo putih Paus dan bertanya apakah dia bisa memakainya. 

Baca juga: Ini Dia 10 Pemenang Lomba Cipta Lagu Tradisional NTT 2021

Peristiwa megharukan itu terjadi secara spontan saat Paus  Fransiskus memimpin audiensi umum mingguan di Aula Paulus VI, di Vatikan. Begitu tulis, usmail24.com. Rabu, 20 Oktober 2021.

Paus, kemudian  mengundang Paolo untuk duduk di sebelah kanannya ketika kepala rumah tangga kepausan, Monsignor Leonardo Sapienza, menyerahkan kursinya.

Saat anak laki-laki itu duduk, dia mulai bertepuk tangan dengan antusias, sangat menghibur Yang Mulia, yang kemudian memuji anak laki-laki itu atas caranya “mendekat dan berjalan seolah-olah dia berada di rumah.”

Paolo akhirnya mendapatkan keinginannya dan diberi topi putih seperti milik Paus sebelum berjalan kembali untuk duduk bersama keluarganya saat Aula Paulus VI meletus dengan tepuk tangan.

“Saya berterima kasih kepada anak laki-laki ini atas pelajaran yang telah dia ajarkan kepada kita semua,” kata Paus Fransiskus di akhir audiensi, memuji “spontanitas dan kebebasan” anak-anak.

Memperhatikan kecacatan Paolo, Francis, 84, menambahkan: “Semoga Tuhan membantunya dalam keterbatasannya, dalam pertumbuhannya, karena dia memberi kita kesaksian ini yang datang dari hati.

Baca juga: Kunu Toto, Nipado, Do Kepa, dan Sumpah Pemuda

“Anak-anak tidak memiliki penerjemah otomatis dari hati ke kehidupan: hati hanya bergerak maju.”

Paus mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan anak laki-laki yang mendekat, ke kiri, sebelum melambai padanya saat dia kembali untuk duduk dengan ‘solideo’ sendiri, hadiah dari Paus. Paus dipeluk oleh bocah itu saat ia bertemu dengan jemaat di akhir audiensi umum.

Paus berbicara panjang lebar di hadapan audiensinya tentang masalah kebebasan dan mengingatkan jemaat Rasul Santo Paulus yang mengajarkan bahwa kebebasan adalah asalkan tidak mementingkan diri sendiri.

“Kebebasan yang dipandu oleh cinta,” jelas Fransiskus, “adalah satu-satunya hal yang membebaskan diri kita sendiri dan orang lain.”

Baca juga: STFK Ledalero Akan Berubah Bentuk Jadi 'Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif'

“Dimensi sosial sangat mendasar bagi orang Kristen,” lanjut Paus, menambahkan bahwa “itu memungkinkan mereka untuk melihat kebaikan bersama dan bukan pada kepentingan pribadi.”

Dia mengatakan memahami kebebasan sangat pedih hari ini karena pandemi telah menyoroti betapa orang saling membutuhkan.
"Tidak cukup mengetahui hal ini," kata Francis. "Kita harus membuat pilihan konkret setiap hari."

Dia mengakhiri pidatonya dengan permohonan kepada kawanan, mengatakan: 'Mari kita katakan dan percaya bahwa orang lain bukanlah penghalang untuk kebebasan saya, melainkan kesempatan untuk menyadarinya sepenuhnya - karena kebebasan kita lahir dari kasih Tuhan dan tumbuh dalam kasih. . .'. (NDA).

 

Editor: Redaksi

RELATED NEWS